BAB 28✓

28.4K 4.6K 249
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Sudah terlalu lama mereka berdiam dibalik semak-semak, dan hampir membuat Fera bosan. Pria itu sedari tadi hanya melihat sekitar—untuk berjaga-jaga.

Selang beberapa menit kemudian datanglah Callioer dan Wild, membuat pria itu semakin kuat membekap mulut Fera walau wanita itu sama sekali tidak berniat berteriak dan meminta tolong.

Fera merintih kesakitan. Ia memutar bola mata malas. Tidak perlu berlebihan, dia juga tidak mau meminta pertolongan pada orang yang mati-matian ia hindari.

Setelah kedua pria itu lewat—barulah bungkaman dibibirnya dilepaskan. Menarik tangan Fera kearah hutan.

"Kemana?" tanya Fera sambil melirik kebelakang ragu-ragu. Apa ia akan menyesali keputusannya untuk tidak meminta pertolongan?

Bukan ia tidak bisa melindungi diri sendiri, tetapi lebih kearah malas untuk bertarung. Melihat tubuh Hayena yang lemah saja sudah membuatnya muak. Bagaimana bisa ia masuk kedalam tubuh yang tak pernah ia inginkan.

Tanpa menjawab pertanyaan Fera pria itu terus menarik tangannya paksa menuju hutan yang lebih dalam. Kaki Fera sudah tidak bisa lagi mengikuti langkah pria itu. Nafasnya mulai terputus-putus dengan keringat yang mengucur deras.

"Jangan sok lemah!" Dasar lelaki tidak punya hati. Jika saja ia lagi tidak memiliki tenaga, mungkin satu cukup untuk kekuatannya.

Kau tau rasa kesal yang tidak bisa berbuat apa-apa karena memiliki keterbatasan... Rasanya ingin memaki.

Mereka sudah berlari cukup jauh. Bahkan kini tempat yang Fera pijaki terlihat gelap karena matahari yang tertutupi pohon-pohon besar. Hanya suara kicauan burung-burung dan serangga kecil lainnya yang terdengar.

Ketika hendak berjalan semakin dalam lagi, Fera segera mencekal tangan besar milik pria itu, menghentikan pergerakannya.

Ia berbalik sembari menarik sebelah alisnya.

"Cukup sampai disini," ucap Fera datar, lalu melepas paksa pergelangan tangannya dari cekalan kuat itu.

"Sebaiknya kau serahkan diri baik-baik!" katanya congkak setelah pergelangan tangan Fera berhasil terlepas.

Fera mengernyit. "Siapa yang menyuruhmu?"

"Apa itu menjadi urusan mu?"

"Jadi urusan ku karena menyangkut diriku," jawab Fera santai, mengusap pergelangan tangannya yang memerah.

"Kau telah menghancurkan tempat tinggal ku!" Ia mulai berteriak dengan nafas memburu.

Antagonis princess:HayenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang