31. Belum Bisa
_-_-_-_
Kadang memang, mie rebus pake telur itu makanan yang paling enak disaat perut sudah sangat kelaparan. Apalagi diluar hujan gerimis. Sambil menonton film didalam kamar, rasanya sudah seperti di surga.
Bulan memakan mie rebusnya dengan mata yang menatap kearah laptop. Dia rewatch film Narnia lagi. Setelah bosan dengan Harry Potter, akhirnya dia beralih pada Narnia. Dua film yang amat sangat dicintainya.
"Coba munduran dikit, gue nggak nampak subtitle nya anjir," celetuk Langit.
Iya, dia sedang berdua saja dengan Langit saat ini. Tadi dia menelpon Langit untuk datang kerumahnya. Untuk apa lagi selain memasakkan mie rebus untuknya? Nanti kalau Bulan yang masak, bisa bisa mie nya medok.
"Rusuh lo!" protes Bulan.
"Lo nya yang kemajuan!"
"Inget, lo lagi numpang."
"Inget siapa yang masak mie."
"Pamrih nih ceritanya?"
"Berterimakasih dikit kek!"
Kalau kaya gini ceritanya, yang ada Peter, Susan, Edmund, dan Lucy yang melihat peperangan antara Bulan dan Langit.
Jadi, dengan amat sangat terpaksa, demi sikap berterimakasih, Bulan memundurkan duduknya. Membiarkan Langit melihat lebih jelas.
Tapi Langit nggak tau diri. Dia malah maju! Menguasai laptop.
"Mundur nggak lo!" Bulan menarik baju Langit dari belakang.
"Ih! Rese banget sumpah!"
Langit berjalan menuju dapur, lalu mencuci piringnya. Langit itu kalau makan cepet banget. Orang baru dapet lima suapan, dia udah selesai.
"Ini punya siapa?" tanya Langit sambil menunjukkan sebuah buku kecil di samping televisi.
Bulan menoleh sekilas, lalu menjawab,"punya gue lah."
Langit ber-Oh ria. Lalu dia beralih ke benda di samping buku. Ada sapu tangan. Yang Lamgut tau sih, Bulan nggak suka pake sapu tangan.
"Ini punya siapa anjir?" tanyanya.
Bulan menoleh lagi, namun kali ini tidak lamgsung mengalihkan pandangannya. Dia juga sama terkejutnya dengan Langit. Kenapa ada sapu tangan dirumahnya?
"Punya wali gue kali," jawab Bulan santai.
"Ada tulisannya," beritahu Langit.
Bulan yang penasaran langsung memencet tombol pause lalu menghampiri Langit. Benar saja, ada sulaman tulisan di sisi sapu tangan itu.
Bagaskara Tsinadja
Begitulah tulisannya. Bagaskara adalah nama wali Bulan. Berarti memang itu adalah sapu tangan walinya.
"Letak aja deh disitu, nanti palingan diambil juga sama tuh bapak bapak," ujar Bulan lalu kembali menonton filmnya.
Langit masih berdiri memegang sapu tangan itu. Ada rasa yang mengganjal dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL HURTS
JugendliteraturIni kisah Bulan. Kisah seorang gadis kuat dan tangguh. Kisah seorang gadis keras kepala dan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu. Ini hanya kisah seorang Bulan. Tawuran. Satu kata yang tidak asing jika berbicara dengan Bulan. Satu satunya kaun...