•8. Dia•

86 30 74
                                    

8. Dia

_-_-_-_

Istirahat kali ini berbeda. Rasanya ada yang kurang. Mars sakit. Kemarin, saat pulang sekolah, kakinya masuk ke selokan samping warung Bu Endah. Dan malangnya lagi, ada lintah menempel disela sela ibu jari dan jari tengah kakinya. Sungguh malang. Mars sangat takut kepada lintah. Cowok yang bar bar saat di area tawuran bisa sepenakut itu?

Itulah manusia. Punya kelebihan dan punya kekurangan. Punya kekuatan dan juga punya kelemahan.

Kini tinggallah mereka berenam. Tidak, tinggallah mereka berlima. Langit, Bulan, Gana, Purnama, dan Alam. Lembayung? Jangan ditanya. Pasti sudah tau dia kemana. Apalagi kalau bukan menemui Pelangi? Sebucin itu Lembayung pada Pelangi.

"Jenguk si Jupi jangan?" Tanya Gana. Mereka yang semula menatap makanan kini berlaih memandang Gana. Jupi? Siapa Jupi?

Merasa ditatap begitu horor, akhirnya Gana menjelaskan, "Si Mars anjirrr ahhh! Jenguk jangan?"

Mereka hanya ber-Oh ria lalu kembali pada kegiatan masing masing. Gana mendengus kesal. Pertanyaannya sama sekali tidak direspon. Dia bosan punya teman gak punya akhlak seperti mereka.

"Gue jenguk Jupi sendirian aja." Ambek Gana. Semua hanya menoleh sebentar pada Gana lalu kembali ke kegiatannya masing masing.

Bulan dan Purnama yang sibuk membahas pelajaran tentang Bulan Purnama. Langit yang sibuk berfikir ada berapa lapis langit di dunia ini. Alam yang sedang mencari informasi tentang bencana alam apa saja yang pernah terjadi di Indonesia.

"Kenapa sih gaada didunia ini yang peduli sama Gana! Kenapa sih Gana terus terusan dicuekin! Kenapa Gana terus terusan di kucilkan?! Kenapa Gana ga pernah dianggap! Mama mereka jahat sama Gana!"

Drama ala Gana mulai. Dia menjerit membuat seisi kantin menoleh padanya. Bersandiwara seakan akan dia sedang dinistakan. Dia juga memasang mimik muka yang sangat meyakinkan. Air matanya tampak membanjiri pipi. Sejak kapan dia menangis? Kenapa tiba tiba saja sudah ada air mata di pipinya?

Teman temannya terheran heran. Lembayung bangkit meninggalkan Pelangi menuju meja teman temannya.

"Kenapa tuh anak?" Tanya Lembayung menunjuk Gana yang sudah berjongkok memeluk lututnya di sudut kantin.

"Entah, gue juga ga tau. Kelamaan jomblo kali," jawab Purnama. Matanya masih menuju Gana. Kini Gerhana meraung raung seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.

"Apa jangan jangan kesambet setan lagi." Jawab Langit ngasal.

"Ogeb! Jaman sekarang gaada setan setanan!" Lembayung menjitak kepala Langit.

"Hehh Jukiman! Kemarin yang minta temenin gue malem malem buang air besar karena takut ada setan siapa ya? Lupa gue." Langit menyindir Lembayung.

"Ahh diem lo Junet!"

"Hehh temen lo lagi nangis malah pada berantem!" Lerai Bulan. Sejujurnya dia malu melihat Gana meraung raung gak jelas di sudut sana.

"Uda biarin aja sih tu anak. Nanti juga diem sendiri kalo uda capek." Ucap Alam. Akhirnya mereka diam sambil melanjutkan kegiatan masing masing. Lagi.

BEAUTIFUL HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang