32. Tentang menghargai
_-_-_-_
Bulan duduk dikursi belajarnya sambil menatap jendela yang menampilkan langit malam ditemani satu dua bintang itu. Malam ini sepertinya mau hujan. Bintang tidak banyak terlihat seperti biasanya.Dengan ditemani susu coklat, Bulan diam dengan pikirannya. Tentang kemarin malam. Dimana dia secara tidak sadar telah mempertanyakan siapa Bintang. Padahal sudah jelas jelas Bintang adalah pacarnya.
"Gue bego banget," ujar Bulan sambil tertawa hambar.
"Lo pacar gue, Bintang. Gue salah, gue minta maap," lirihnya.
Bulan menyapu tangannya ke seluruh muka lalu menjambak rambutnya. Direbahkan kepalanya diatas meja.
Satu harian tanpa kabar Bintang, baik disekolah maupun diluar, membuat Bulan uring uringan. Dia nggak jadi jumpai anak SMA Galaksi karena ucapan Bintang masih saja terngiang ngiang.
"Ternyata masih, Lan. Lo masih belum bisa hargai hadirnya gue disini."
"Bukan, Tang, bukan. Bukannya gue nggak ngehargai. Gue cuma sedikit terkejut sama permintaan lo," lirih Bulan lagi, kali ini dengan nada yang amat frustasi.
Andai kemarin Bulan sedikit berfikir saat berbicara. Andai kemarin Bulan sedikit saja memenangkan hati daripada egonya, pasti dia tidak akan seberjarak ini dengan Bintang.
Bulan merasa bersalah, sekaligus merasa menjadi pengecut. Dia tidak berani menemui, atau mencari Bintang. Dia bahkan tidak mengirim satu bubble chat pun pada Bintang.
Bulan itu, terlalu membesarkan gengsi.
Anak rambut Bulan berterbangan saat angin dari jendelanya itu berhembus. Semilir angin malam yang sedikit menyejukkan kepalanya.
Tapi, kok anginnya bisa masuk padahal jendelanya ditutup?
"Susu nya dingin itu."
Suara serak basah itu membuat kepala Bulan yang awalnya diatas meja menjadi terangkat. Suara itu, tidak asing. Dan benar saja.
"Kok disini, Tang?"
Iya, dia Bintang. Dan entah kenapa dia ada disini.
"Nggak boleh main kerumah pacar sendiri?" tanya Bintang. Dia duduk di sela jendela Bulan.
"Ada pintu depan kalo lo lupa."
Bintang terkekeh. Tangannya bergerak mengambil gelas berisikan susu coklat itu, lalu meneguknya sampai habis.
"Gue belom ada minum padahal," celetuk Bulan.
"Lo nggak suka susu yang dingin. Lo suka susu anget," ujar Bintang.
"Kok lo tau?"
"Kemaren lo pernah bilang sama Bunda gue, lo nggak suka susu dingin. Aneh rasanya," jawab Bintang santai.
Sementara Bulan ditempatnya termenung. Percakapan dengan Mama Bintang sudah lama sekali. Itu pun terjadi saat Bintang sedang ribut dengan Shaula. Bagaimana bisa Bintang mendengarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL HURTS
Novela JuvenilIni kisah Bulan. Kisah seorang gadis kuat dan tangguh. Kisah seorang gadis keras kepala dan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu. Ini hanya kisah seorang Bulan. Tawuran. Satu kata yang tidak asing jika berbicara dengan Bulan. Satu satunya kaun...