•13. Diem, atau gue tendang?•

42 19 2
                                    

13. Diem, atau gue tendang?

_-_-_-_

Bel tanda istirahat berbunyi. Anak anak The Jamet cakep kini berkumpul di warung Bu Endah. Setelah mendengar bahwa Mars mendapatkan id Telegram dari seorang cewek yang dia temui di bot Anonymous, akhirnya mereka mengadakan acara makan makan dengan menjadikan Langit sebagai donatur.

Mereka memesan makanan pada Bu Endah tanpa memikirkan harga. Membeli sepuas yang mereka inginkan. Sedangkan disudut, Bulan melamun dengan tenang.

"Woi! Melamun aja lo!" Ujar Langit menyadarkan Bulan yang melamun dengan damai.

"Gue capek," keluh Bulan.

"Sini, mana yang mau dipijitin?"

"Ini bahunya," ujar Bulan. Langit memijat bahu Bulan dengan telaten sampai Bulan pun bersendawa.

"Kan lo bisa nolak jadi wakil OSIS Lan. Daripada lo maksa terus sakit karena kecapekan," saran Langit.

"Kepsek yang nyuruh gue, gue gabisa bantah."

Langit menghela napas. Benar juga, kalau kepsek yang menyuruh, tidak ada yang bisa membantah.

"Lang, ini tangannya gantian." Bulan memberikan tangan kanannya untuk dipijat Langit.

Langit lanjut memijat tangan Bulan. Menarik jari jari Bulan yang lentik. Dan terkadang juga mencubitnya.

"Ini jidat lo kenapa?" tanya Langit sambil menyentuh jidat Bulan yang ditempel koyo. Memang sedari tadi tidak terlihat karena tertutup poni Bulan.

"Pening,"

Langit menuntun kepala Bulan agar menyender ke bahunya. Apa gunanya sahabat jika berbagi bahu saja tidak mau? Langit mebgelus elus rambut Bulan. Dia juga mengelus alis Bulan hingga Bulan terlelap tenang.

Dipandanginya wajah Bulan. Enam belas tahun dia mengenal Bulan, dan tidak berubah barang sedikitpun dari lekuk wajah Bulan. Hanya saja, sifat dan sikap Bulan yang berubah total.

Langit memeluk Bulan dengan satu tangannya dan tangan satu lagi memainkan hape. Dia hanya ingin menjadi pelindung dan penjaga Bulan. Langit ingin menjadi sahabat yang berguna.

"Gue gapaham sama tuh orang dua! Katanya cuma sahabat tapi manja manjaan gitu," ujar Gana pada Mars.

"Kita liat aja kedepannya gimana,"

"Sumpah ya, dari tatapan Langit aja udah nampak gitu loh! Kok bisa Bulan nggak peka?!" Geram Gana.

"Kok lo yang emosi sih? Biarin mereka aja lah!" sahut Purnama.

"Lo juga! Kapan mau peka?!" sindir Gana lalu pergi ke luar warung.

"Tuh anak kenapa sih? Heran!"

Mars menggeleng kepala takjub. Ternyata, ada makhluk yang lebih tidak peka dari Bulan.

_-_-_-_

Bulan melangkahkan kakinya keluar kelas saat KBM telah selesai. Dengan lunglai dia berjalan sendirian. Teman temannya yang lain sudah lebih dulu meninggalkannya karena tau kalau Bulan akan pulang bersama Bintang.

BEAUTIFUL HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang