2. Gaun Abu Abu
_-_-_-_
"Bulan, pliss stop!!" Langit meneriaki Bulan yang kini tengah brutal memukuli Bumi.
Ya, dia adalah Bumi. Cowok yang menjadi musuh bebuyutan Bulan di arena tawuran. Cowok yang menjadi salah satu alasan Bulan untuk mengikuti kegiatan tawuran yang bahkan dulu tak pernah sekalipun terfikirkan olehnya.Cowok yang tadi menyapanya dengan ramah namun ia balas dengan tendangan serta pukulan yang bertubi tubi. Bukan tanpa alasan. Itu karena... Bumi adalah anak dari seorang perebut kebahagiaannya.
Bughh...
Bughh...
Bughh...
Entah untuk keberapa kalinya dia memukul Bumi. Bergantian dari rahang kiri sampai rahang kanan. Mata, serta hidungnya membuat hidung yang mancung itu mengeluarkan darah segar. Namun Bumi sama sekali tidak membalasnya. Tidak berniat sedikitpun membalasnya.
"Bulan pliss banyak orang!"
Bulan masih tidak menghiraukan teriakan dari Langit. Dia masih saja brutal memukuli Bumi. Rasanya, dia ingin meluapkan semua bebannya setelah apa yang dia rasakan selama satu tahun ini.
"Bulan!! Kita selesaikan ini baik baik!" Teriak Langit lagi lalu menarik paksa Bulan agar segera menjauh dari Bumi. Bumi masih terbaring lemas. Tidak ada lagi tenaga. Memang Bulan tidak sedang bermain main. Bulan memang benci padanya. Dan dia tau alasan Bulan menghajarnya habis habisan.
"JANGAN PERNAH LO LIATIN WUJUD LO YANG BURUK RUPA INI DIDEPAN GUE BANGSAT!! LO ITU CUMA PERUSAK!!" Teriak Bulan lalu pergi meninggalkan Bumi yang masih berbaring ditanah serta meninggalkan Langit yang masih bingung, menolong Bumi atau mengejar Bulan.
"Mars, cepetan kesini, gue shareloc. Bantu Bumi, gue mau ngejer Bulan." Dan keputusan yang tepat adalah menelpon Mars untuk membantu Bumi.
"Emang kenapa sihh ahh gue ngantuk nihh!! Ga kasian lo sama mata gue?"
"Tumben lo bisa tidur? Udah ahh buruan!!" Langit memutus telepon sepihak. Dia menepuk nepuk pundak Bumi. Lalu mendekatkan bibirnya ditelinga Bumi.
"Tunggu Mars!"
Dan dia langsung mengejar Bulan.
_-_-_-_
"Gue ga berhak bahagia yaa? Gue harus gini gini aja? Tapi gue capek. Gue capek kalau terus terusan ngebatin gak jelas. Gue capek kalau terus terusan ditinggal. Gue capek kalau terus terusan ngerasa kehilangan." Bulan berhenti sejenak mengatur nafasnya. Tangannya mengelus lembut sebuah batu nisan dihadapannya.
"Kalo lo masih hidup, pasti gue seneng banget. Gue gabakal merasa kehilangan. Gue ga bakal ngerasa kesepian. Karena selalu ada elo disamping gue."
"Mama mau nikah lagi Yi,"
"Papa juga nggak ada kabar,"
"Gak ada lagi yang bisa diperbaiki."
Perlahan ingatan demi ingatan berputar layaknya adegan adegan film hingga tak bisa lagi dilupakan. Gambaran gambaran peristiwa warna warni penuh mengisi ruang kanvas hingga tak bisa lagi dihapus. Coretan coretan tinta diatas kertas telah terukir rapi hingga sayang untuk dibuang. Itulah kisah seorang Bulan dengan 'dia' serta keluarganya. Yang mungkin tidak akan ada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL HURTS
Teen FictionIni kisah Bulan. Kisah seorang gadis kuat dan tangguh. Kisah seorang gadis keras kepala dan terlalu cepat menyimpulkan segala sesuatu. Ini hanya kisah seorang Bulan. Tawuran. Satu kata yang tidak asing jika berbicara dengan Bulan. Satu satunya kaun...