Dua

3.7K 371 35
                                    

Siapa Shani Indira? Ngapain dia nyari aku?

"Gimana?" Tanya cowok itu lagi.

"Kamu jalan duluan, aku ikut dibelakang" dia mengangguk kemudian memimpin jalan.

Aku mengikutinya hingga kita sampai disebuah lapangan basket. Cowok culun itupun menoleh padaku.

"Mereka ada disana" dia menunjuk pada satu sisi tribun penonton. Disana tampak 4 orang sedang duduk sambil tertawa-tawa, 2 laki-laki dan 2 perempuan. Dari gaya berpakaiannya tampaknya mereka bukan mahasiswa biasa. Pasti cuma kumpulan anak-anak orang kaya yang bisanya cuma jadi beban orang tua, pikirku.

"Ayo kita kesana" aku mengajaknya mendekat. Saat jarak hanya tinggal beberapa meter percakapan mereka terhenti. Semua mata tertuju padaku dan cowok culun itu. Aku sedikit memicingkan mata, ada satu sosok yang ikut duduk diantara 4 orang itu. Si cowok menyebalkan yang kutemui tadi pagi. Pasti dia biang keroknya. Aku tetap berjalan mendekat sampai jarakku dan mereka hanya beberapa langkah. 4 orang itu kemudian berdiri, tapi ada satu wanita tinggi, putih, rambut sedikit bergelombang yang berdiri satu langkah di depan 3 temannya tadi, di tangannya kulihat dia memegang sebuah berkas. Itu pasti skripsi yang dimaksud. Aku maju beberapa langkah lagi hingga jarakku dan si wanita itu hanya dua langkah.

Oh my god. She is so beautiful. Baru kalau ini aku merasa jantungku berdetak tak beraturan saat berada di dekat orang lain. Kami saling menatap selama beberapa detik untuk kemudian aku memutus kontak. No! No! No! Buang pikiran anehmu gracia. She's not an Angel, she's a Devil you know? Sekali lagi aku mencoba menatapnya dengan tajam kemudian maju untuk meraih skripsi itu ditangannya. Terlepas. Buru-buru aku memberikannya pada si cowok culun itu.

"Terimakasih" Dia menerimanya untuk kemudian sedikit membungkuk padaku mengucapkan terimakasih. Segera dia pergi meninggalkan tempat itu.

Kini tinggallah aku dan 4 orang menyebalkan ini. Aku menatap mereka satu persatu. Hingga mataku bertemu dengan si cowok menyebalkan itu.
"Yah ketemu gue lagi ya" ucapnya dengan nada mencemooh. Aku hanya balik menatapnya sinis. Aku kembali lagi menatap wanita di hadapanku ini. Dia tersenyum, yang aku tahu itu senyum jahat yang pernah aku lihat seumur-umur. Hah mimpi apa aku semalam bertemu dengan orang-orang kayak begini?

Plak!

"Ouch!" suara meringis terdengar dari 3 orang dibelakang wanita ini. Bagaimana tidak? Aku baru saja menampar wanita didepanku ini.

"Lo pantes dapetin itu!" ucapku kemudian buru-buru pergi. Karena sebenarnya agak takut juga melihat tatapan mata yang siap membunuh setelah kuhadiahi sebuah tamparan di pipinya. Dalam hati sedikit menyesal kenapa aku begitu berani padahal bisa saja setelahnya aku bakal dikeroyok mereka berempat. Habis dah!

--------------

Shani POV

Aku masih menatap nanar kepergian wanita itu sambil mengelus-ngelus pipiku. Panas anjay!

"She's different right?"

"Bener kata mario. Kayaknya target lo satu ini sedikit lebih berat daripada yang kemarin-kemarin"

"Iya dia aja berani lempar mario pake sepatu. Apalagi lo yang notabene sama kayak dia shan. Kayaknya dia ga bakalan takut"

"Gimana mau menyerah aja?" Aku hanya mendengus mendengar pertanyaan mario.

"Kapan lo pernah nemu kata menyerah dalam kamus gue mar?"

"Wah shani mulai tersulut nih"

"Oh jelas. Enak aja dia udah berani pegang-pegang pipi gue masak gue biarin lolos gitu aja?"

"Bener sih. Tapi ga muna juga. Dia cantik. Cantiknya beda sama mantan-mantan lo sebelumnya shan. Lo ngerti kan maksud gue?" Tanya michelle padaku. Dan aku hanya mengangguk membenarkan. Selama ini tidak pernah ada yang bisa menolak pesona Shani Indira, bahkan mereka rela berlutut dihadapanku hanya demi bisa jalan sama aku. Tapi kali ini statement yang kubanggakan banggakan selama ini terpatahkan oleh ulah satu orang.

"Terus yang mau lo lakuin sekarang apa?" Aku mulai berpikir. Tampaknya tak akan berhasil jika menggunakan cara yang sudah-sudah. Pesonaku ga mempan sama dia. Dia bukan manusia biasa.

"Kasih gue tambahan waktu. Gue perlu pikirin cara yang tepat buat menjerat dia"

"Wow. Wow. Wow Gila tuh cewek. Bisa-bisanya bikin Indira kehabisan akal bagaimana cara menaklukan hati wanita"

"Vino!"

"Apa chel?"

"Gue setuju sama lho. Mana tuh pipi sebelah udah kayak kepiting rebus, susuk kecantikannya hilang seketika dah. Hahaha!!" Mereka berdua kemudian menertawaiku layaknya orang gila. Terserah deh!

"Sono guling guling ditanah kalian berdua. Gue ga peduli!"

"Hahahahahaha" tawa menggelegar terdengar kembali ditelingaku.

"Mar" aku memanggil mario

"Hmmm"

"Tumben lo ga ikut ketawa?"

"Gak ah. Gue takut hadiah gue ilang. Nih udah bau-bau gue menang kan ya, kalau gue ketawa ntar gue didiskualifikasi lagi sama lo"

"Dih!"

"Jadi gimana?" Tanya mario sekali lagi.

"Kayak yang tadi gue bilang. Kasih gue tambahan waktu, gue naikin hadiahnya"

"Serius?" Mario menatapku tak percaya.

"Hmm. Kalau gue kalah, gue kasih ga cuma 1 tapi 2 mobil Ferrari buat lo"

"Deal shani. Deal!!" Ucap mario dengan semangat.

"Hmm little girl...I'm watching you from now on"

Tbc.

Dah ah, bye.

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang