LimaBelas

2.9K 363 180
                                    

~Abaikan video diatas karena memang tidak nyambung. Cuma lagi seneng dengerin aja 😌~


"Shani sorry gue......"

"Stop...Stop jangan terusin!"

Shani tiba-tiba berdiri dari samping Gracia dan berganti posisi berlutut dihadapannya. Sekali lagi netra keduanya bertemu. Dengan sigap Shani menggenggam kedua tangan Gracia. Membuat gadis berhidung mancung itu kaget dengan gerakan yang tiba-tiba. Gracia berusaha melepaskan kedua tangannya namun Shani tak membiarkannya, malah menggenggamnya semakin erat.

"Aku masih sanggup. Aku sanggup nunggu kamu sampai batas waktunya. Bahkan jika kamu butuh tambahan waktu itu ga masalah buat aku." Dalam satu tarikan napas Shani mengucapkannya. Gracia hanya memandang takjub gadis didepannya ini. 

"Permainan apalagi ini?" Ucap Gracia dalam hati. Kemarin mengejar-ngejar, memaksa agar segera dapat jawaban, tapi sekarang malah berubah pikiran dan bilang sanggup menunggu lebih lama lagi. 

Jika ini adalah sinteron, Shani pasti adalah sutradaranya, penentu jalan ceritanya. Sedangkan Gracia cuma pemainnya.

"Kenapa lo begitu menyebalkan!" Gracia mulai kesal.

"Aku cuma ga mau kamu ngasih jawaban ke aku disaat kamu lagi emosi. Apa yang terjadi hari ini, sedikit banyak pasti bakal berpengaruh sama jawaban kamu sekarang."

"Sok tau..!"

"Lebih baik aku sok tau. Daripada usahaku selama ini sia-sia."

"Usaha apa?" Tanya Gracia bingung.

"Supaya kamu mau nerima aku."

"Again... sok tau! Kayak ngerti aja gue bakal jawab apa!"

"Tau. Kamu pasti mau nolak aku kan?"

Gracia mendengus. Semakin lelah rasanya menghadapi sikap orang ini. 

"Hidup ga selalu tentang lo. Ga selalu berjalan sesuai keinginan lo. Ada masanya lo harus ngrasain hidup nggak adil. Ngrasa dunia itu kejam karena lo ga dapet yang lo mau."

"Iya. Apa salahnya kali ini aku minta sesuatu berjalan seperti apa yang aku mau? Karena ketika aku tak pernah meminta pun, duniaku udah terlanjur berbuat kejam." Ucap Shani kemudian menunduk. 

Gracia memandang heran perubahan raut wajah yang tiba-tiba dari gadis berlesung pipi itu. Seperti cuaca siang hari yang panas terik tiba-tiba berubah menjadi mendung yang mengundang badai. Perubahan ekspresi yang jarang ia liat pada gadis arogan ini.

"Shani...." Dengan ragu Gracia memanggil. Shani mengangkat kepalanya perlahan. Dia tersenyum. Tapi siapapun tahu senyum itu terpaksa. 

"Ya?" Shani menatap Gracia penuh tanya. Entah mengapa ketika Gracia menatap Iris coklat gelap itu otaknya mendadak blank, lupa dengan apa yang mau dia katakan. 

Mata itu....tersirat luka...

"Ge......" Shani memanggil Gracia yang masih saja diam. Mendengar itu Gracia buru-buru berkedip menghilangkan segala macam bentuk pikiran yang mulai menganggunya. 

"Jadi kita gimana?" Tanya Shani lagi.

"Kita gimana apanya?"

"Soal yang tadi? Masih berniat jawab sekarang? Karena jujur aku sekarang yang ga siap denger jawaban kamu."

"Kalau aku jawab Iya, kamu juga ga siap dengernya?"

"Jadi kamu nerima aku?" Wajah Shani mulai sumringah. Gracia tersadar sepertinya dia salah memilih kata.

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang