Selamat Tahun Baru Islam untuk seluruh umat muslim dimanapun kalian berada. Berkah untuk kita semua.
Vote dan komennya jangan dianggurin ya kakak. . 😌😂✌️
==Happy Reading==
Ternyata cuma taruhan
Gracia menyeret kakinya berjalan menjauh keluar dari lapangan basket. Tangannya mulai terasa pedih setelah dia gunakan untuk menampar pipi Shani. Bisa dibayangkan betapa kerasnya tamparan itu. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya pipi Shani ketika tangan itu mengenai wajahnya. Tapi peduli amat mikirin pipi Shani, Shani saja tidak memikirkan bagaimana sakitnya perasaannya.
"Gue udah pernah peringatin lo!" Langkah Gracia terhenti saat mendengar suara seseorang tak jauh dibelakangnya.
"Nyesel kan jadinya?" Gracia berbalik. Dia hafal suara itu.
"Indira ga pernah mau terlibat hal serius dengan orang lain. Satu-satunya orang yang pernah dia seriusin cuma gue. Dan sekarang terbukti!" Gadis itu berdiri dengan berkacak pinggang. Menatap Gracia dengan angkuh.
"Ya, ya. Lo menang, gue kalah!" Gracia terkekeh.
"Ambil lagi aja, Gue ga butuh! Kalian berdua cocok kok." Gracia tersenyum kemudian melangkah pergi tak ingin lebih lama lagi disitu.
Gracia memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Beberapa kali orang-orang mengklaksonnya karena hampir saja terserempet. Tak sampai 15 menit mobilnya terparkir sempurna di halaman. Dia keluar dengan membanting pintu cukup keras.
Saat pintu kamarnya akhirnya tertutup. Gracia bersandar pada daun pintu, diam mematung. Rasa sesak yang sejak tadi dia tahan akhirnya keluar bersama air mata. Satu, dua, tiga tetes makin deras, makin deras.
Tasnya dia lempar. Kemudian membanting dirinya ke kasur. Tangisannya makin keras meski sedikit teredam bantal.
"Shaniiiiii!! Gue benci lo bgsd!"
-------------------
Shani masih tetap berdiri tak bergerak. Otaknya kosong. Bahkan Gracia pergi saja dia tak sanggup menahannya.
"Ketahuan?" Pertanyaan Michelle sontak membuat Shani menoleh, menatapnya tajam.
"Chel. Ga usah mulai." Mario mencoba menengahi.
"Inget kan gue pernah bilang apa kemarin kalau Gracia akhirnya tahu semuanya?" Tak mempedulikan ucapan Mario, Michelle tetap bicara.
"Mau lo sekarang apa hah?" Shani maju selangkah mendekati Michelle, tatapan tajamnya tak mengendur sedikitpun.
"Masak harus gue ulang mau gue apa?" Michelle balik bertanya.
"Ulang! Gue mau denger lagi. Ulang!" Shani lebih mendekat lagi. Emosinya makin meluap.
"Guys! Tolonglah. Jangan rusak lagi pertemanan ini cuma karena satu orang."
"Lo diem Vin! Ga ada istilah temen kalau soal Gracia."
"Denger kan guys. Shani Indira yang terhormat aja udah ga peduli soal kita. Lalu kenapa gue mesti peduli sama dia?" Michelle terkekeh.
"Shan. Tenang ya. Lo ga mau ulang kesalahan yang sama kan?" Kali ini Mario bersuara.
"Iya Shan. Inget yang kemarin. Lo udah janji sama kita." Timpa Vino.
Shani diam. Menghela napas dalam. Kepalanya tertunduk. Semua yang dikatakan temannya benar. Dia sudah berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama. Tapi ini menyangkut Gracia. Gracia bukan Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Bully
Genç Kurgu"Segala sesuatu yang kita dengar adalah pendapat, bukan fakta. Segala sesuatu yang kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran". -Marcus Aurellius-