Tiga

3.1K 369 24
                                    

Gracia POV

Hari ini aku menuju kelas dengan tidak bersemangat. Semalam aku mimpi buruk. Masih terbayang dengan jelas wajah mematikan wanita yang kemarin aku tampar. Aku tidak begitu takut sebenarnya karena kalaupun harus berduel satu lawan satu dengannya aku siap. Hanya saja untuk saat ini aku ingin kuliah dengan tenang, di sisa masa studiku yang sebentar lagi selesai. Ga kebayang kalau setiap hari aku harus berurusan dengan mereka seperti cowok culun itu.

"Udah sarapan?" Feni baru saja datang kemudian duduk disebelahku. Aku hanya mengangguk.

"Sakit gigi?" Aku menggeleng.

"Ga enak badan?" Lagi-lagi aku menggeleng.

"Gre?"

"Hmm" aku menoleh padanya.

"Kenapa?"

"Lagi badmood aja sih"

"Ga biasanya"

"Iya emang lagi ga biasa"

"Kalau butuh temen cerita gue siap dengerin kok" Feni hanya menepuk pelan pundakku. Aku hanya menghembuskan nafasku kasar.

"Fen"

"Ya?"

"Lo kenal Shani Indira?" Feni yang sedang membalas chat terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan ponselnya.

"Lo tadi nanya siapa gre?"

"Shani Indira, kenal?"

"Ddd. .da..darimana lo tau dia?"

"Cowok yang nabrak gue di toilet kemarin dia temennya shani"

"Apa?! Jadi lo kemarin ribut itu sama salah satu dari mereka?" Aku hanya mengangguk.

"Oh no!" Melihat respon Feni seperti itu aku semakin menekuk wajahku. Beneran masalah besar kan ini?

"Gue pasti terlibat masalah besar ya?"

"Sepertinya" Feni menatapku memelas. God, hanya usapan kasar di wajahku yang bisa aku lakukan saat mengetahui hidupku dalam masalah mulai saat ini.

"Mereka siapa sebenarnya?"

"Gue kasih tau lo. Tapi ga disini. Kita cari tempat yang aman selesai kuliah ini. Takut banyak mata-mata soalnya. Oke?" Feni berbisik padaku.

Selesai kuliah Feni mengajakku duduk di taman belakang yang cukup sepi. Setelah memastikan suasana aman Feni mulai bicara padaku.

"Bisa lo ceritain dulu ga kenapa sampai lo terlibat masalah sama shani. Kan yang lo tabrak bukan dia" aku mengangguk kemudian menceritakan dengan detail sampai mengapa aku menamparnya.

"Duh gre"

"Iya gue tau, jangan bikin gue tambah menyesal karena udah lakuin itu. Sejujurnya gue ga takut, gue cuma pengen kuliah dengan tenang aja disini tanpa gangguan. Tapi kayaknya gue salah, apa yang gue lakuin kemarin malah ngundang musuh"

"Saran gue lebih hati-hati aja mulai hari ini. Kalau sudah menyangkut nama Shani and The gank gue takut ga bisa bantu lo banyak gre"

"Iya gapapa, gue bisa jaga diri. Gue cuma pengen tahu mereka siapa sebenarnya"

"Gue yakin lo udah ketemu mereka semua kan, mereka adalah 4 orang penyumbang dana terbesar di kampus ini gre. Mario orang yang kamu tabrak kemarin bokapnya pemilik maskapai penerbangan terbesar di beberapa negara asia tenggara, terus Vino orang tuanya memiliki perusahaan mobil balap di luar negeri, Michelle cewek satu-satunya selain Shani, bokap nyokapnya adalah pengacara terkenal dan banyak pengacara-pengacara lain di negara ini yang bekerja dibawah perintah orang tuanya. Yang terakhir The Great Shani Indira, Dia cucu konglomerat pemilik Natio Corp, jaringan bisnisnya sudah tersebar di seluruh dunia. Terakhir yang gue denger soal shani dia korban broken home, kedua orang tuanya masing-masing sudah menikah lagi dan dia lebih memilih tinggal bersama kakek neneknya. Karena dia cucu satu-satunya sudah pasti dia yang akan jadi pewaris seluruh harta kekayaan kakeknya" Aku melongo setelah mendengar semua cerita Feni.

"Lo ga bohong kan sama gue Fen?" Feni menggeleng lemah

"Info yang gue tau mereka berempat itu sudah berteman baik sejak masih sekolah. Bahkan saat kuliah meski beda jurusan mereka selalu bertemu. Tak ada yang bisa masuk kedalam circle mereka. Mereka terlalu kuat gre. Banyak yang ga suka mereka, tapi lebih banyak yang mengejar-ngejar mereka untuk dijadikan kekasih. Terlebih Shani. Dia sering dicap playgirl karena sering gonta ganti cewek. Udah puluhan cewek yang jadi korbannya. Dan selama ini tidak ada satupun yang bisa melawan mereka walaupun yang salah itu mereka. Sekali kamu menjadi target mereka maka mereka akan memperlakukanmu sampai kamu merasa dirimu itu sampah" Oh God. Kayaknya ini kesalahan besar aku kuliah disini. Mau mundur juga udah telat.

"Gre"

"Gre! Kok malah ngelamun"

"Iya apa fen?"

"Gue malah jadi khawatir sama lo. Kepikiran ya?"

"Sedikit sih. Kepikiran mau pindah kampus hehe"

"Lha kok gitu? Lo mau ninggalin gue? Walaupun kita baru aja kenal, tapi gue seneng temenan sama lo"

"Hehe enggak, enggak. Gila aja gue pindah kampus lagi yang ada kakak gue bisa ngomel 7 hari 7 malam ga selesai-selesai"

"Jangan terlalu dipikirin ya. Cukup hati-hati aja, sebisa mungkin menghindar aja kalau ketemu mereka" Feni menggenggam tanganku, menatapku dengan tersenyum.

"Iya semoga ya"

Sore ini selesai kuliah aku berencana mampir ke perpus dulu mencari bahan untuk tugas besok. Kampus sudah cukup sepi karena sebagian besar mahasiswa sudah pulang. Tinggal beberapa langkah lagi sampai di pintu perpus aku melihat ada dua orang laki-laki sedang memukul seseorang yang kini tersungkur ke lantai. Tak ingin terlibat masalah, aku berlagak pura-pura tidak melihat dan ingin berbalik pergi, tapi terlambat.

"Tolong aku" cowok culun itu melihatku! Seketika aku membeku di tempat.

"Tolong" dia menatapku memelas meminta tolong. Masalah lagi ini! Dalam hati ingin pergi saja, tapi melihatnya seperti itu aku tidak tega.

"Hei kalian!" Seperti dapat kekuatan baru, bak wonder woman aku berteriak pada dua laki-laki berbadan besar itu. Serempak mereka berdua menatapku. Kok ngeri ya.

"Stop! Kalian nyakitin dia" aku berjalan mendekat. Tapi pandangan dua laki-laki itu berubah menatap arah lain. Aku mengikuti arah pandang mereka. Tak jauh darisana tampak seorang wanita berkacamata hitam berdiri sambil melipat tangannya bersandar di kap mobil sport putih miliknya menatap ke arah sini. Seketika aku paham apa yang terjadi.

"Shani"

Tbc.

Ini cerita teriseng yang pernah saya tulis. Sorry kalau gajelas. Updatenya juga bakal sesuka hati. Kalau kalian suka vote, komen boleh dong 😂😂😂. Kalau ga suka skip aja 😌😌

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang