TujuhBelas

3.2K 399 216
                                        

"Mau minta restu buat nikahin kamu."

"Uhuk...uhuk.... "

"Pelan-pelan sayang minumnya. Aku ga minta." Shani menepuk pelan punggung Gracia saat mendengar gadis itu tersedak minumannya sendiri.

"Minumannya ga enak ya?" Tanya Shani polos.

"Iya, ga enak banget kayak omonganmu."

"Kok aku?"

"Kalau ngomong yang bener. Becanda kamu ga lucu!"

"Lho siapa yang lagi becanda?" Shani bertanya.

"Ck.!" Gracia dengan kesal meletakkan gelasnya kembali ke meja kemudian duduk bersandar. Shani yang melihat itu kemudian menarik Gracia. Membawa gadis itu ke pelukannya, bersandar di bahunya.

"Aku serius." Ucapan Shani sontak membuat Gracia mendongak menatapnya.

"Bahkan kalau kita berangkat sekarang ke Prancis buat ketemu kakak kamu juga aku siap. Sayangnya itu ga mungkin kan karena kamu pasti nolak." Ucap Shani lagi dan Gracia masih saja diam di pelukannya.

"Masih terlalu awal untuk itu. Aku........belum siap." Gracia berkata dengan pelan.

"Iya aku tau. Aku bakal nunggu kapanpun kamu siap."

"Jangan menghabiskan waktu nunggu sesuatu yang belum pasti. Kita ga tau apa yang terjadi besok. Bahkan 1 jam dari sekarang aja kita ga tau." Gracia kemudian menegakkan badannya. Melepaskan diri dari pelukan Shani.

"Asal buat kamu, waktu aku abis ga masalah kok." Ucap Shani mantap.

"Apalagi omongan kamu yang barusan. Berasa yang ngomong itu titisan buaya." Gracia menahan senyum mengatakan itu.

"Enak aja! Aku serius tauk Ge!'

"Iya serius iya." Gracia hanya manggut-manggut.

"Udah mau gelap. Pulang ga?" Tanya Gracia.

"Masih betah disini. Aku males pulang. Males liat Chika yang tiba-tiba nongol dirumah."

"Terus mau sampai jam berapa disini?" Tanya Gracia.

"Sampe bosen. Atau Check in aja disini yuk." Ucap Shani sambil menaikturunkan kedua alisnya.

"Gak! Gak Ada ya. Maunya kamu itu mah."

"Ya emang maunya aku. Kan yang nawarin aku tadi."

"Gak! Pokoknya pulang sekarang." Gracia kemudian berdiri. Mengalungkan tasnya bersiap pergi.

"Gre.." Shani memegang tangan Gracia. Menahannya untuk tidak pergi meninggalkannya.

Pancaran mata itu lagi. Yang beberapa kali Gracia liat ketika keinginan Shani tidak ia turuti. Padahal Gracia tau permintaan Shani sederhana. Sangat sederhana. Menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Kesepian. Gracia cukup peka dengan perasaan itu. Karena kondisinya sendiri tak jauh berbeda, tapi dia sudah terbiasa dengan kata itu.

Gracia akhirnya sedikit membungkuk, mendekatkan wajahnya pada Shani.

"Kita pulang sekarang ya. Ga usah Check in. Kalau mau kamu boleh nginep dirumah aku." Ucap Gracia kemudian mengelus pelan pipi Shani. Seketika seutas senyum terbit di wajah gadis berlesung pipi itu.

"Beneran?"

"Iya. Ayo." Gracia kemudian berdiri tegak, mengulurkan tangannya pada kekasihnya itu, yang tentu saja disambut dengan sukacita.

"Aku kalau tiap hari disuruh pulang ke kamu juga mau kok." Ucap Shani yang kini beralih mengandeng tangan Gracia, menuntunnya keluar dari tempat itu.

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang