Enam

2.8K 377 60
                                    

"Mommy..."

"Eve, pelan-pelan sayang nanti jatuh" aku berlutut, merentangkan kedua tanganku menyambut si anak kecil berambut kuncir dua yang kini berlari riang kearahku.

"Ip kangen mommy"

"Oh ya? mommy kangen Ip juga" aku mencium kedua pipinya gemas, kemudian berdiri.

"Mommy?" Si anak kecil menggoyangkan kakiku meminta perhatian.

"Ya sayang?" Aku menunduk untuk melihatnya yang sedang memperhatikan shani kemudian menatapku seperti ingin mengatakan sesuatu padaku.

"Haha Ip lucu deh. Ip udah makan?" aku terkekeh setelah anak itu membisikkan sesuatu padaku. Kulihat dia masih melihat shani dengan waspada.

"Udah tadi sama mbak" Dia menunjuk babysitternya yang daritadi berdiri di belakangnya.

"Pinter anak mommy. Kalau gitu mommy punya sesuatu buat Ip" aku merogoh tasku kemudian mengeluarkan sebatang permen lollipop padanya.

"Nih buat Ip karena udah jadi anak baik hari ini"

"Makasih mommy"

"Sama-sama sayang. Sekarang masuk ya diluar dingin, nanti mommy nyusul" Dia menggangguk kemudian berlari masuk. Tapi sebelum itu sekali lagi kulihat dia memandang shani dengan tatapan tak biasa.

"Mbak minta tolong siapin meja kerja saya ya malam ini, sama tolong buatin kopi" ucapku pada babysitter Eve.

"Baik non" setelah itu dia kemudian menyusul eve kedalam.

"Lo ngapain masih disini? Bukannya pulang!" aku menatap kesal pada shani yang masih berdiri mematung kayak patung pancoran.

"Lo udah punya anak?" Dia malah bertanya hal lain.

"Emang muka gue udah kayak emak-emak ya?" Dia menggeleng lemah namun aku masih bisa menangkap raut kaget diwajahnya.

"Gue berharap dia anak gue, anak kandung gue. Sayangnya bukan. Dia keponakan gue, anak kakak gue" Lah kenapa gue malah jelasin ke dia ya? Padahal harusnya bodo amat dia mikir itu anak gue. Haissh. .

Kulihat shani menghembuskan nafasnya pelan.

"Terus kenapa dia manggil lo mommy?"

"Penting?" Shani hanya mengangguk menunggu jawaban.

"Eve udah tinggal sama gue dari dia belum bisa jalan sama ngomong. Sejak ibunya meninggal terus kakak gue sering bolak balik luar negeri buat kerja, Eve jadi tanggung jawab gue. Entah kenapa makin gede dia malah manggil gue mommy. Tapi biarlah" Shani hanya mengangguk. Ada senyuman yang sangat tipis kulihat tersungging di bibirnya.

"Terus tadi dia bisikin lo apa? Soalnya liatin guenya gitu banget" mendengar itu aku malah tertawa. Seketika teringat apa yang Eve katakan tadi.

"Ih dia bilang apa? Pasti dia bicara hal jelek soal gue"

"Emang" shani melongo.

"Dia bilang apa?"

"Dia bilang gue ga boleh deket-deket sama lo. Aura lo buruk soalnya" aku tertawa. Shani hanya mendengus.

"Aura bidadari gini dibilang buruk" gumamnya.

"Anak kecil kalau ngomong ga pernah boong. Banyak benernya. Gue percaya sama Eve kalau ga boleh deket-deket lo. Jadi mending lo pulang deh sana" ucapku mengusirnya.

"Gue belum mau balik, gue masih mau disini. Lo terserah mau ngapain abis ini. Mana tau kan lo butuh bantuan, gue bisa kok pinjemin tangan gue"

"Ga butuh! Gue ga butuh bantuan siapa-siapa. Yang gue butuhin lo pulang sekarang"

"Gak mau! Gue kan tadi udah bilang lo bebas mau ngapain aja, anggap gue ga ada. Gue cuma mau jaga-jaga aja siapa tau kan ntar gue ada gunanya" aku mulai kesal dengan sifat keras kepalanya.

"Arggh! Bisa ga sih sekali aja lo dengerin orang lain? Ga semua hal terjadi atas kehendak lo. Tapi lo ga salah, gue yang salah karena sempat berpikir masih nemu sedikit kebaikan pada manusia tukang bully kayak lo. Gue malah kasihan sama orang tua lo, susah payah besarin, nafkahin ternyata cuma jadi beban" setelah mengatakan itu aku mulai merinding karena kulihat mata shani mulai merah seperti menahan amarah, tangannya mengepal erat, nafasnya naik turun dengan cepat. Dengan cepat dia menarik tengkukku hingga jarak wajahku dan wajahnya hanya tinggal beberapa centi saja.

"Lo ga tau apa-apa soal gue!" Dia menekan setiap kata yang diucapkanya dengan nada dingin. Aku mulai takut. Dalam hati aku menyesal, mungkin apa yang kukatakan tadi sudah melampaui batas.

"Shani gu. . ." Belum selesai bicara mulutku sudah dibungkam olehnya dengan bibirnya. Dengan kasar lidahnya mencoba masuk kedalam mulutku. Mengobrak abrik isinya tanpa ampun. Aku merasa tak berdaya, tenaganya begitu kuat. Hingga perlahan aku merasakan ada darah bercampur dengan saliva. Selang beberapa saat akhirnya shani menarik kepalanya, melepaskan cengkraman tangannya di leherku.

"Gracia!" dia kaget menatapku. Sudah dipastikan tampilanku kini seperti korban pelecehan. Karena memang iya! Aku hanya balas menatapnya kosong, tak bisa berbuat apa-apa.

"Gre. . Maafin gue" dia meraih kedua tanganku kemudian menggenggamnya erat.

"Ppu..pukul gue, tampar gue, lakukan apapun ke gue. Maafin gue, gue ga sengaja, gue ga bisa nahan emosi gue, sungguh!" Shani menggunakan kedua tanganku yang ia genggam kemudian memukulnya ke dadanya dan pipinya, seolah-olah mengajarkan aku untuk menghukumnya. Aku hanya menunduk diam, tak bergerak sedikitpun. Tak lama dia meraih tubuhku, memeluknya erat.

"Gue minta maaf, gue beneran ga sengaja. Lo boleh hukum gue apa aja, gue bakal terima gre. Maafin gue" masih kudengar dia berkata lirih. Perlahan kesadaranku kembali, aku berusaha lepas dari pelukannya. Masih tak mau menatapnya dengan langkah berat aku berjalan kedalam rumah tanpa mengucapkan satu kata pun padanya.

Sesampainya di kamar, aku membanting tasku asal. Sekilas aku menatap cermin, disana ada pantulan seorang gadis dengan rambut acak-acakan, bibir bengkak dan sedikit luka robek dengan titik darah yang mulai mengering disana. Terbayang kembali perlakuan shani padaku, aku memang salah sudah keterlaluan padanya, tapi kenapa dia harus memperlakukanku seperti ini? Aku membanting tubuhku ke kasur meringkuk dibawah selimut, semua rencana yang mau kulakukan setelah ini buyar. Malam ini aku hanya ingin menangis, meratapi nasibku. Ingin berteriak tapi takut membuat Eve panik. Berteriak dalam hati saja.

Aaaaaaaaaa. . .First kiss gueeeeee. . . . .!!!!!





Tbc.

Soal itu anak siapa sudah terjawab ya? Jan tanya bapaknya siapa Wkwk . . 🤪🤪🤪

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang