DuaPuluhDelapan

2.1K 220 34
                                    





==SelamatNganu==





"Gracia!!!" Pekik Shani ketika mendapatkan istrinya sedang tak berdaya.

Dengan cepat dia masuk, membuka semua ikatan tangan dan kaki Gracia lalu menggendongnya keluar dari tempat yang mungkin jika terlambat sedikit saja akan berubah menjadi makam istrinya.

Keduanya akhirnya duduk di taman depan perpustakaan sesuai permintaan Gracia. Dia butuh menghirup oksigen bebas sebanyak-banyaknya.

"Apa yang sakit?" Tanya Shani. Jelas Shani tidak akan bertanya hal yang klise apakah Gracia baik-baik saja padahal jelas dengan mata kepala sendiri dia melihat Gracia sedang tak berdaya.

Tak menjawab Gracia justruk memegang tengkuknya. Lalu sejenak menggerakkan kepala dan lehernya beberapa kali.

"Kalau kamu tanya kenapa bisa begini, aku ga tau. Tiba-tiba ada yang mukul dari belakang, bangun-bangun udah diruangan tadi." Ucap Gracia setelah merasa lebih baik meski leher bagian belakangnya masih sakit.

"Minum dulu." Ucap Shani sambil menyodorkan sebotol air mineral. Sesekali membantu Gracia memijat belakang lehernya.

"Aku gapapa kayaknya. Cuma pegel aja." Ucap Gracia sambil menepuk-nepuk pelan pipi Shani. Menyadari bahwa Shani menatapnya dengan aura penuh kecemasan.

"Selain dipukul, mereka ga apa-apain kamu kan?"

"Kayaknya sih enggak. Pas aku sadar udah kekunci sendirian."

"You scare me babe." Ucap Shani lalu menarik Gracia,merangkulnya.

"Calm down. I'm okay."

"Mana bisa begitu. Sekarang kita pulang ya. Lehermu butuh dikompres." Ajak Shani mengingat hari sudah gelap dan diangguki saja oleh Gracia.

Dua sejoli itu berjalan beriringan menuju parkiran mobil seakan tidak ada hal buruk yang baru saja terjadi. 

Padahal Shani sudah menawarkan diri untuk menggendong Gracia sampai ke mobil. Sayangnya ditolak mentah-mentah. Dia tau Gracia bukan wanita yang menye-menye. Terlampau independen sampai semua hal disimpan dan dirasakan sendiri. Tapi tidakkah dia butuh orang lain? Apalagi Shani bukan lagi orang lain baginya. Sudah sewajarnya jika Gracia menggantungkan semua hal padanya. 

Gengsimu terlampau besar Gracia.

Shani mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang setelah sebelumnya mengabari semua teman-temannya kalau Gracia sudah ditemukan. Gracia sendiri duduk di kursi penumpang sambil memejamkan mata.

"Pusing banget anjirr! Kelakuan siapa elah. Awass aja gue bales!" Umpat Gracia dalam hati.

Setengah hatinya jengkel, setengahnya lagi cemas dan bertanya-tanya teror apa sebenarnya yang sedang terjadi. Urusan kakaknya belum selesai, sekarang berpindah ke dirinya. Padahal dia merasa selama hidupnya tak pernah memiliki musuh. Kecuali musuh baru setelah mengenal Shani. Sejak kenal Shani, hidupnya memang tak pernah beres.

Tepat setelah mobil berhenti di halaman, Gracia membuka mata lalu keluar dari mobil dengan cepat. Tentu saja membuat Shani melongo. Dalam hati ingin membangunkan Gracia atau menggendongnya kedalam seperti di eptipi, nyatanya mimpinya ketinggian. Malah dia yang ditinggal masuk duluan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang