Delapan

2.7K 364 48
                                    

Gracia POV

Pacar shani. . .

Sial! Orang itu bener-bener ya. Ga bisa dibiarian, dia udah keterlaluan. Tanpa mempedulikan kelas yang akan dimulai 5 menit lagi, aku berjalan keluar mencari keberadaan shani. Di tempat biasa dia berkumpul bersama teman-temannya tidak kujumpai satu orang pun disana, bahkan teman-temannya. Saat akan berbalik pergi tak sengaja aku melihat seorang laki-laki yang sedang berjalan sambil bermain hape tak jauh dari tempatku berdiri.

"Heh jabrik!" Suaraku terdengar cukup nyaring hingga beberapa orang menatapku penuh tanya termasuk laki-laki itu. Dia menatapku beberapa saat kemudian menunjuk dirinya sendirinya.

"Lo manggil gue?" Aku mendekat padanya.

"Lo pikir yang rambutnya alay kek lo gini siapa lagi disini?"

"Apa lo bilang?" Dia menatapku tak suka.

"Nama gue Vino. Bukan jabrik!"

"Terserah! Gue ga peduli. Mana temen lo?"

"Siapa?"

"Ga usah pura-pura bego! Mana temen lo yang gila itu, yang arogannya setengah mampus! Gue mau ketemu dia"

"Maksud lo Indira?"

"Ck. Mana dia?"

"Ada di ruang gym. Silahkan kalau mau ketemu" Dia menunjuk ke suatu ruangan tak jauh darisitu. Senyum tercetak diwajahnya saat tahu aku mencari shani. Wajah kesalnya tadi seketika berubah excited. Genk isinya orang sinting semua. Batinku

Tanpa mengucap sepatah katapun aku menuju ruangan yang dimaksud. Baru beberapa langkah masuk kedalam, seseorang yang kucari terlihat ada disana. Damn! Mata gueee. . Oh God! That hell body! Mendadak otak blank, mulut menganga lebar saat melihat tubuh sexy dan sixpack itu. Sempurnaaaa. . .

"Halo sayang. Apa yang kamu lakukan disini?" Aku bahkan tak sadar dia kini sudah berdiri di depanku.

"Hah?"

"Kamu baik-baik aja?" Dia menatapku khawatir. Bahkan aku sepertinya masih kesulitan mengendalikan diriku sendiri, tubuhku beku apalagi melihatnya dari jarak sedekat ini. Buru-buru aku menutup mulutku saat kesadaranku mulai kembali, aku menyentuh mulutku takut ada satu atau dua tetes air liur yang menetes saat melihatnya tadi. Kalau beneran ada kan malu anjir.

"Kamu tunggu sini. Aku ganti baju dulu bentar. Kita keluar darisini"

"Kenapa?" Tanyaku polos.

"Aku takut kamu kesurupan"

"Apa lo bilang!" Kesadaranku kembali sepenuhnya.

"Takut kamu kesurupan, soalnya daritadi diem aja kayak orang bego"

"Iya gue kesurupan pengen bunuh lo!"

"Emang salahku apa?"

"Ga usah pura-pura. Maksud lo apa ngomong ke orang-orang kalau gue pacar lo!"

"Lho emang iya kan? Walaupun belum ada deklarasi apapun, tapi kamu udah suka sama aku kan? Jadi kenapa kita ga pacaran aja"

"Hell no! Suka sama lo? Jangan ngimpi! Lo bahkan bukan tipe gue" entah ini hanya perasaanku atau bukan, aku sempat menangkap perubahan raut wajahnya. Dia terlihat sedih?

"Bisa ga lo berhenti ganggu hidup gue? Banyak wanita lain diluar sana, kenapa ga lo ganggu aja mereka? Kenapa harus gue?" Ucapku kembali saat dia tak juga bersuara. Namun sedari tadi dia masih terus menatapku. Tak tahukah dia aku mati-matian menahan diri berusaha fokus agar tidak tergoda bibirnya yang menurutku kissable itu? Gre lo harus kuat! Jangan sampai lo tergoda!

"Ga bisakah setidaknya kamu mencoba untuk bersamaku? Kamu hanya belum tau aku yang sebenarnya. Aku sangat jauh berbeda dari apa yang orang-orang yang bilang, dari apa yang kamu lihat dan kamu dengar" dia menghela nafasnya dalam.

"Beda? Gue rasa ga perlu. Dan ga perlu dengerin orang lain, karena gue udah rasain sendiri lo manusia seperti apa. Lo itu cuma. . . " Aku menghentikan ucapanku karena teringat terakhir kali aku bicara padanya sedikit melampaui batas, hidupku hampir tak selamat. Sepertinya aku harus extra menahan emosiku kali ini.

"Oke. Bagaimana kalau kita bikin challenge"

"Challenge apa? Aku ga mau terima challenge apapun dari orang lain, karena disini aku yang bikin aturannya. Ga masalah kamu ga mau anggap aku pacar kamu, yang penting seluruh penghuni kampus taunya kamu punya aku dan ga ada yang boleh nyentuh milikku sedikitpun" ucapnya dengan angkuhnya.

"Ga mau terima challengenya berarti ini terakhir kalinya lo liat gue disini"

"Oke apa challengenya?"

"Minggu depan udah Ujian akhir semester, kalau nilai lo lebih tinggi dari gue, gue bakal coba buat terima lo tapi kalau sebaliknya, jangan pernah muncul lagi di hadapan gue. Deal?"

"Gitu doang? Ga ada challenge lain yang lebih keren gitu?" Tanyanya santai. Kupikir tipe orang kayak gini  ga pernah peduli soal nilai akademi, mereka lebih peduli pada harga dirinya, selama ada uang nilai bisa dibeli jadi aku yakin aku pasti menang dan lepas dari orang ini sepenuhnya.

"Hmm. Mau terima tidak?"

"Oke kalau kamu maunya kayak gitu" dia bahkan tidak merasa terganggu sedikitpun.

"Satu lagi. Gue tahu lo mungkin terbiasa pakai cara kotor buat dapetin semua yang lo mau. Tapi kali ini gue mau kita bermain secara fair, kalau lo curang gue anggap lo kalah"

"Aku emang brandal, tapi kalau buat urusan dapetin kamu aku ga akan pernah pakai cara kotor. See you sweety" Belum sempat merespon dia mendekat dan dengan cepat mencium bibirku lalu pergi meninggalkanku. Tanpa sadar aku meraba bibirku yang sempat dikecupnya sambil menatap punggungnya yang berjalan semakin menjauh. Merasa ditampar pikiran sendiri, buru-buru aku keluar dari ruangan untuk kemudian bertemu kembali si laki-laki jabrik yang masih berdiri di tempatnya tadi. Dia menyunggingkan senyum lebar padaku sambil mengedipkan mata. Fix semuanya orang gila!

---------------

Siang ini aku sedang makan siang bersama feni di kantin kampus sambil menceritakan apa yang terjadi dengan shani kemarin.

"Seriusan gre? Gue ga ngerti gimana isi otak lo kemarin sampai berani nantang shani"

"Gue yakin gue bakal menang fen. Gue ga bodoh-bodoh banget kok"

"Gue ga bilang lo bodoh gre. Tapi lo ga tau dengan siapa lo berurusan. Bagaimana bisa lo nantang seorang mahasiswa bisnis manajemen?"

"Oke. Terus hubungannya sama jurusan yang dia ambil apa?" Tanyaku bingung.

"Sekarang lo pikir. Buat apa dia ambil jurusan itu kalau bukan buat jadi seorang pebisnis. Dan orang bisnis tidak akan begitu saja terima tantangan dengan mudah kalau hal itu tidak memberikan banyak keuntungan buat dia"

"Ooo. . Okay. Gue pikir gue mulai dapat poinnya" aku mulai berpikir perkataan feni barusan. Kemudian teringat perkataan shani kemarin yang bilang bahwa dia tidak pernah mau terima tantangan apapun dari orang lain, lalu jika shani menerimanya dengan mudah apa itu artinya dia tau dia bakal menang?

"Gre. Gue pikir lo dalam masalah besar sekarang. Masalah besar!" ucapnya sedikit panik

"Masalah apa sih fen? Gue yakin sama nilai gue kok. Jadi lo tenang aja. Oke?" Aku masih tetap optimis. Aku malah bingung kenapa feni segitu paniknya.

"Oke. Gue percaya lo cerdas. Nilai lo pasti tinggi. Tapi masalah lo bukan soal jurusan shani, masalah lo sebenarnya adalah lo nantang seorang mahasiswa yang masuk dalam Dean's list. Mahasiswa kehormatan kampus dan belum ada yang pernah menggeser posisinya sejak semester pertama. Lo paham gre?"

"APA!"

Tbc.

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang