Dengan langkah ringan, senyum tak luntur dari wajahnya, si gadis cantik yang posturnya diatas rata-rata itu memasuki sebuah ruangan. Suasana syahdu menyelimuti tatkala alunan musik akustik terdengar dari speaker yang terpasang di beberapa pojok ruangan. Matanya menatap sekelilingnya mencari sesuatu yang menjadi tujuannya datang kesini.
"Shan. Sini!" Teriakan cukup keras terdengar dari meja yang berada di pinggir dinding kaca, dekat taman belakang. Gadis itupun mempercepat langkahnya, menghampiri pelaku yang memanggil namanya tadi.
"Kok baru kalian berdua? Michelle mana?" Tanya si gadis ketika mendapati meja hanya diduduki dua orang. Masih kurang 1 orang lagi.
"Telat dikit katanya. Ada urusan bentar." Jawab salah satunya. Si gadis hanya mengangguk mengerti.
"Vino, coba lo perhatiin muka si Shani malam ini. Merasa ada yang beda gitu ga sih?" Tanya Seseorang di sebelah Vino. Vino kemudian menatap seksama wajah gadis yang baru datang itu.
"Kirain gue doang yang mikir gitu. Mario kayaknya gue tau nih kenapa." Ucap Vino mengiyakan.
"Duh kok perasaan gue jadi ga enak ya?" Ucap Mario memasang muka sedih.
"Mampus ga lo! Bentar lagi dua mobil lo bakal pindah ke tangan dia." Tunjuk Vino pada Shani.
"Shan, Gracia udah jawab iya?" Tanya Mario perlahan. Yang ditanya hanya memasang wajah datar menatap dua laki-laki di hadapannya.
"Belum." Jawab Shani.
"Alhamdulillah." Teriak Mario cukup keras.
"Salah sebut njir." Vino memukul kepala Mario sedikit kencang.
"Oh iya sorry. Puji Tuhan." Mario menghembuskan nafas lega.
"Bisa diam ga sih kalian berdua? Gue bilang Gracia belum jawab, bukan berarti dia nolak gue. Jadi gue belum kalah ya. Ga usah seneng dulu lo!" Jawab Shani.
"Terus lo senyum-senyum daritadi kenapa?" Tanya Vino.
"Aneh bener. Senyum doang ga boleh."
"Bukan gitu. Agak beda aja hari ini. Wajah lo hari ini kelihatan happy aja gitu." Jelas Vino.
"Sebelum kesini gue abis makan bareng Gracia." Jawab Shani. Kedua temannya hanya menggangguk ikut tersenyum mendengarnya.
"Terus?"
"Hari ini dia lebih kalem sama gue. Bahkan tadi dia ngebolehin gue nyium keningnya. Gue ngerasa kayak perjuangan gue selama ini ngejar dia ga sia-sia aja gitu. Semoga nanti jawabannya sesuai sama yang gue harepin."
"Kalau enggak?" Tanya Mario.
"Feeling gue sih dia bakal jawab iya. Gue kurang apa coba, gue udah turutin semua yang dia mau." Ucap Shani percaya diri.
"Semoga ya." Reflek mereka bertiga menoleh ke kursi samping Shani. Pasalnya jawaban itu bukan berasal dari mereka, tapi dari seorang gadis yang kini tiba-tiba duduk disebelah Shani.
"Lo darimana sih Chel? Lama amat!" Tanya Mario. Ternyata itu orang yang mereka tunggu sejak tadi.
"Gue tadi udah jalan kesini, tapi tiba-tiba di tengah jalan bokap minta jemput, ban mobilnya bocor." Jawab Michelle sambil menyeruput gelas minuman di hadapannya. Ga peduli punya siapa.
"Emang ga tau diri lo ya. Minuman gue lo embat!" Ucap Vino kesal sambil menarik kembali gelasnya di tangan Michelle.
"Gue haus banget yakin." Jawab Michelle tanpa rasa bersalah.
"Jadi gue ketinggalan info apa nih daritadi?" Lanjut Michelle.
"Tanya tuh Bu Bos." Jawab Mario.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Bully
Roman pour Adolescents"Segala sesuatu yang kita dengar adalah pendapat, bukan fakta. Segala sesuatu yang kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran". -Marcus Aurellius-