DuaPuluhDua

2.8K 357 81
                                    

Bermimpilah setinggi langit, Jika kamu terjatuh berarti tidurmu kurang ke tengah.




==Hai, Long time no see==








"Shani..."

Shani berbalik ketika mendengar namanya dipanggil seseorang. Diantara minimnya cahaya ruangan itu, masih terlihat meski samar siapa yang sedang berdiri di pijakan tangga. Hingga akhirnya sosok itu turun kemudian berjalan mendekat padanya.

Shani masih diam membisu. Matanya masih samar-samar menangkap ekspresi seperti apa yang sedang diperlihatkan orang ini. Antara takut atau khawatir apa yang baru saja dilakukannya terdengar jelas di telinga orang itu. Tapi biarlah. Shani sudah punya jawabannya andaikan ia dituduh melakukan hal yang tidak benar.

Sosok itu kini berhenti tepat di depannya. Diam sesaat kemudian mendongakkan kepalanya membuat kontak mata. Kini makin jelas terlihat ekspresi orang ini. Tidak ada ekspresi marah ataupun kesal seperti yang tadi dia tunjukkan. Semua lebih ke ekspresi datar tanpa emosi. Tapi patutkah Shani mulai merasa cemas sekarang?

"Gee, Ak---" Shani mulai membuka mulutnya.

"Ada kamar kosong disisi kanan kamar gue. Pake aja." Ucap orang itu yang ternyata adalah Gracia.

"Tapi-----"

"Pake." Ucap Gracia kemudian berbalik pergi. 

Shani bengong. Ini aneh. Untung saja dia cepat siuman kemudian menyusul Gracia sebelum gadis itu masuk kembali ke kamarnya.

"Gee...." Shani berusaha meraih tangan Gracia agar gadis itu tidak buru-buru naik.

Yang ditahan hanya berbalik menatap penuh tanya tanpa mengucap sepatah katapun.

"Apa?" Tanya Gracia jengah ketika Shani tak juga mengatakan sesuatu.

"Aaaa.....Enggak. Aku mau ikut kamu ke atas." Ucap Shani mendadak berubah pikiran tak jadi mengatakan sesuatu yang tadi ingin sudah tertahan di ujung lidah. 

Dia hanya takut akan makin merusak mood Gracia malam ini. Mungkin saja Gracia tak mengatakan apapun karena memang dia tidak tahu apa yang Shani lakukan tadi.

"Hmmm." Jawab Gracia cuek kemudian naik kembali. Tak peduli tangan Shani yang masih menempel terus di lengannya.

"Itu kamar lo." Tunjuk Gracia ketika mereka sudah sampai di depan pintu kamarnya. Shani hanya mengangguk tapi tak beranjak pergi. Pegangan tangannya pada lengan Gracia tak juga dia lepas.

"Mau istirahat kagak sih? Ga capek?" Tanya Gracia mulai kesal.

"Ya capek."

"Ya udah masuk kamar sana." Perintah Gracia.

"Ehm Ge, Ak----"

"Ngomongnya besok lagi bisa ga? Mata gue udah sepet banget ini." Potong Gracia.

"Oke." Shani mengangguk kemudian melepaskan tangannya dan pergi menuju kamar yang dimaksud.

Baru beberapa langkah ponsel di saku celananya berdering. Berselang beberapa menit ponsel Gracia juga terdengar berdering dari dalam kamar. Tanpa pikir panjang Shani mengangkatnya, Gracia juga terlihat sudah masuk kembali ke kamarnya.

Raut wajah Shani berubah ketika menerima panggilan tersebut. Hingga panggilan itu terputus dia masih berdiri kaku di tempatnya. Hingga entah sadar atau tidak tubuhnya tergerak maju ke arah pintu kamar Gracia. Baru mengangkat tangan hendak mengetuk, pintu terbuka dan Gracia muncul. Kali ini piyama yang tadi dia pakai berubah menjadi t-shirt yang tertutup jaket.

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang