EnamBelas

2.9K 368 129
                                    

Sampai musim semi tiba
Jangan menghilang
Rasa sayang yang kupendam ini
Sampai musim semi tiba
Teruslah ada
Perasaan yang turun menumpuk salju cinta 🎶🎶

Musik itu mengalun merdu dari speaker ponsel yang kini terus saja berkedip tak berhenti. Sayangnya si pemilik tak juga sadar dari mimpinya. Bisa jadi malah makin asyik bersepeda menikmati indahnya arsitektur kota Konstantinopel itu. Menit kelima dan mungkin sudah puluhan panggilan masuk, dia akhirnya membuka mata, dengan terbelalak. Semua gara-gara tak sengaja sepedanya melaju kencang melewati jalan turunan dan dia baru mengetahui kalau rem sepedanya blong.

Greget-greget panik dia berusaha bangun bersamaan dengan ponselnya yang berdering kembali untuk kesekian kalinya.

"Halo!" Dengan kesal dia meraih benda persegi itu di meja sampingnya, menggeser icon hijau tanpa melihat ID si pemanggil.

"Udah bangun?" Tanya suara di seberang.

"Kebangun. Ini siapa?"

"Matanya dibuka dulu sayang." Kata terakhir itu seketika membuat kesadarannya terisi penuh. Dia menarik ponselnya menjauh dari telinga, memastikan siapa yang menelponnya.

"Sayang. . . "

"Sorry. Aku ga ngecek dulu main angkat-angkat aja." Jawab Gracia tak enak.

"Gapapa. Aku cuma mau bilang kalau aku ada di depan pintu. Bisa tolong bukain ga?"

"Apa!" Gracia tidak bisa menyembunyikan kekagetannya.

"Aku di. . ." Belum selesai si penelpon bicara, panggilannya diputus sepihak oleh Gracia. Dengan cepat Gracia turun dari tempat tidurnya hampir saja tersandung selimutnya sendiri.

Menuruni tangga dua pijakan sekaligus, Gracia bergerak ke arah pintu depan. Memastikan kalau ini bukan hanya prank semata.

Klik.

Pintu terbuka. Benar saja tak jauh darinya seonggok Iblis berwajah bidadari. Eh salah bidadari beneran ini mah, berdiri sambil tersenyum manis padanya.

"Pagi sayang." Sapanya kemudian mendekat hendak memeluk.

"Mau apa?" Tanya Gracia.

"Kok gitu sih pertanyaannya. Kemarin kamu bilang aku boleh kesini lagi suka-suka aku." Langkahnya terhenti. Mukanya cemberut.

"Iya tapi ga sekarang juga. Ini masih jam 5 pagi Shani!" Ucap Gracia dengan kesal.

"Maaf. Habisnya udah kangen banget sama kamu. Aku ga bisa tidur semalam, makanya daripada buang-buang waktu mending kesini aja."

"Tapi bisa kan kalau dateng yang agak normal dikit jam-nya. Ganggu tidur aku tau ga!" Omel Gracia.

Shani tidak menjawab. Hanya menunduk. Terlihat dari wajahnya dia merasa sangat bersalah. Gracia yang melihat perubahan itupun menjadi tak tega. Bagaimanapun menjengkelkan orang didepannya ini, statusnya sekarang adalah pacarnya. Dia harus mau mulai merubah habitnya yang biasanya ketus menjadi lebih lembut. Mulai belajar menerima kehadirannya.

Diraihnya tangan Shani kemudian menariknya masuk ke dalam. Shani masih saja diam namun tidak menolak ketika tangannya ditarik. Gracia menutup pintu kembali dan menguncinya.

Tanpa mengatakan apapun, Gracia menuntun Shani naik ke lantai atas menuju kamarnya. Untuk pertama kalinya Shani melihat isi kamar Gracia. Sejak naik tangga tadi, jantungnya berdetak abnormal. Memang ini bukan pertama kalinya dia masuk ke rumah Gracia. Bahkan dia pernah masuk ke kamar Eve saat menemani anak itu bermain. Tapi ke kamar Gracia? Mungkinkah Gracia sudah mulai percaya padanya saat dia diijinkan masuk ke salah satu ruang privasinya?

Meet The BullyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang