4 🍋

14.8K 507 4
                                    

Jang lupa vote. Karena ini repost jadi vote kalian yang dulu hilang so please vote ulang ya..😍😍






Andra mengusap wajahnya kasar. melirik gadis— Ah masih bisakah Andra menyebutnya gadis setelah apa yang  dia lakukan tadi malam.

Sial ! Nafsu sialan !

Sudah lima belas menit berlalu sejak dirinya terbangun karena suara tangisan seorang perempuan yang terdengar menyayat hati namun sampai detik ini Andra masih tidak berani membuka suaranya. Otaknya memutar peristiwa semalam. Tentu saja Andra masih mengingat jelas apa yang mereka lakukan semalam suntuk. Meneguk kenikmatan sesat yang kini berujung pada penyesalan.

Bajingan memang kata yang tepat untuk dirinya. Memangnya apalagi selain kata itu, yang pantas untuk menggambar seseorang yang dengan bejatnya meniduri gadis muda polos yang sedang mabuk. Dan lebih parahnya lagi gadis itu adalah teman anaknya sendiri.

Sekali lagi Andra melirik Dira yang masih betah memunggunginya dengan sendu. Memberanikan diri mengulurkan tangan kebahu telanjang perempuan itu. Namun, saat tangannya tinggal sedikit lagi menyentuh bahu itu, Andra kembali menurunkan tangannya.

Shit! Sejak kapan dirinya berubah menjadi pengecut.

Menarik nafas dalam-dalam meyakinkan diri. Baru setelahnya Andra memberanikan diri membuka mulutnya. "Dira...saya minta maaf."

Tubuh itu langsung menegang saat mendengar suaranya Andra bisa melihatnya, namun tidak mengatakan apapun. Andra semakin meneguk ludahnya susah payah karena tidak mendapat respon.

"Saya sungguh-sungguh minta maaf." Tak mau dilabeli pengecut, Andra tak menyerah begitu saja. Dia kembali meminta maaf.

"Apa dengan maaf semua bisa kembali seperti semula ?."

Tidak. Tentu saja tidak. Maaf tidak akan mengembalikan yang telah hilang, tapi setidaknya dengan maaf  Andra menunjukkan bahwa dia menyesal melakukan itu.

Andra memang bersalah, Andra mengakui itu. Tetapi kejadian semalam bukan murni semua kesalahannya. Bukan ingin membela diri tapi tidak akan ada asap kalau tidak ada api.
 
"Semalam kamu mabuk." Ucap Andra memberitahu.

"Dan om memanfaatkan saya."

"Saya tidak marah dengan asumsimu. Tapi dengarkan penjelasan saya dulu dan setelah itu kamu bebas menuduh saya apapun."
Andra menarik nafas."Semalam saya menemukan kamu di dance floor, sendiri. Awalnya saya ingin membawa kamu pulang waktu tau kamu mabuk dan ditinggal oleh Bagas. Tapi saat saya mencoba ingin menggandengmu mengajakmu keluar, kamu malah memeluk leher saya dan menggoda saya tanpa kamu sadari."

"Jadi om menyalahkan saya ?."

Andra menggeleng. "Bukan begitu. Saya bersalah tapi kamu juga salah. Kamu yang lebih dulu mengundang nafsu saya muncul. Kondisi saya semalam tak jauh lebih baik, saya setengah sadar karena saya juga minum. Dan kamu jangan mengira saya tidak mengelak karena saya sudah melakukannya. Tetapi kamu yang mabuk tidak mau lepas hingga akhirnya saya goyah dan kita melakukannya."

Bibir Dira terkatup rapat namun air matanya mengalir semakin deras. Bodoh! Seharusnya dia tidak minum minuman setan itu, seharunya dia menerima meminum dari bartender itu, seharusnya dia tidak usah penasaran dengan minuman itu. 

Melilitkan selimut ditubuh, Dira bangkit memunguti pakaiannya yang berceceran di lantai kemudian masuk ke kamar mandi tanpa sepatah katapun.

Menatap pintu kamar mandi yang baru saja tertutup Andra lantas meremas rambutnya. Dira yang diam membisu malah kian membuatnya resah. Akan lebih baik kalau gadis itu memukul, menampar atau mengumpatinya dari pada diam seperti ini.

Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang