26 🍋

7.7K 454 26
                                    



  Plak !

  Andra memegangi pipinya terkejut kemudian menatap Rena marah. Apa-apaan wanita itu. Apa dia sudah tidak waras. Suami baru pulang kerja tiba-tiba ditampar tanpa sebab. "Rena, apa kamu gila !. Mengapa tiba-tiba menamparku!." Ucap Andra tidak terima.

    "Iya aku gila. Dan itu semua karena kamu Brengsek !."

    Lagi. Sebuah botol parfum melayang kearah Andra yang untung saja dapat di tangkis pria itu dengan cepat.

    "Rena ada apa denganmu ?." Andra semakin tidak mengerti dengan tingkah brutal istrinya.

     "Ada apa ?!, Kamu masih bertanya ada apa Andra ?." Rena menggeleng kepala sambil bertepuk tangan. "Hebat. Kamu memang hebat bersandiwara."

    "Rena aku benar-benar tidak paham."

     Rena berjalan kearah lemari mengambil sesuatu lalu melemparkannya ke Andra. "Masih belum paham juga ?!."

    Andra terpaku menatap kamera di tangannya. Sial. Bagaimana bisa Rena menemukan kameranya."Ren ini kamu—"

   "Iya aku menemukannya di dalam kopermu. Kenapa ?. Kamu masih ingin pura-pura tidak tau ?."

    "Bukan. Ak—"

    "Bagaimana rasanya berhubungan dengan gadis muda. Apa dia lebih nikmat ? Apa dia lebih jago memuaskanmu dari pada aku ? Apa lubangnya masih rapat ? Katakan brengsek !."

    Rena kembali melempari Andra dengan barang apapun yang ada dijangkauannya. Terakhir wanita itu melempar vas bunga kaca hingga pecah sebelum akhirnya terduduk dilantai dan menumpahkan air matanya. Hatinya sangat sakit menerima fakta yang tak pernah ia bayangkan.

    Andra memejamkan mata. Kata-kata Rena sangatlah tidak pantas. namun ia juga memaklumi mengapa Rena sampai mengeluarkan kata seperti itu. Wanita mana yang tidak marah mengetahui suaminya memiliki wanita lain

  Andra mendekati Rena, ingin memeluknya. Tapi wanita itu langsung mendorongnya kasar.  "Ren aku bisa jelasin."

    "Kamu bajingan Ndra, Bisa-bisanya kamu selingkuh dengan teman anakmu sendiri."

    Andra memeluk Rena tak peduli wanita itu terus meronta."Maafkan aku, tolong dengarkan penjelasanku dulu."

   "Lepas brengsek, kamu menjijikan."

   "Tidak akan sebelum kamu mendengarkan penjelasanku."

   "Penjelasan apalagi hah ! Kamu pasti ingin membuat pembelaankan."

   "TIDAK !. Aku tidak membenarkan perbuatanku. Aku mengaku salah. kamu boleh marah padaku. Tapi sebelum itu tolong dengarkan aku sebentar saja." Andra menarik nafas dalam mengerahkan semua stok kesabarannya untuk menghadapi Rena. "Aku tidak sengaja melakukan kesalahan dengan Dira."

   Rena berhenti terisak dan menatap Andra dengan mata berlinang setelah mendengar kalimat pria itu.

   "Malam itu aku tidak sengaja bertemu dengannya di club. Dia mabuk begitu juga aku. Dan semua terjadi begitu saja. awalnya aku dan dia sepakat ingin melupakannya tapi Beberapa minggu kemudian rupanya perbuatan kami membuahkan hasil, Dira hamil. Dia mencoba menyembunyikannya dariku dan berniat menggugurkan janinnya tapi sayangnya aku lebih dulu tahu. Aku menentang keras niatnya karena bagaimanapun juga janin malang itu tidak bersalah. Melihat bagaimana hancurnya dia, aku merasa bersalah karena itu aku...." Andra melirik Rena sekilas."Aku memutuskan menikahinya."

   "Dan tanpa memberitahuku lebih dulu !."

   "Ren, mengertilah posisiku saat itu. Aku tidak mungkin memberitahumu karena kamu pasti akan sakit hati."

   "Tapi itu lebih baik daripada aku harus tahu dengan cara seperti Andra !." Jerit Rena. "Bahkan aku yakin andai aku tak menemukan kamera itu kamu pasti akan terus menutupi kebusukanmu."

    "Ren-"

    "Berapa usianya sekarang ?." Potong Rena tak memberi kesempatan Andra berbicara.

   "Enam bulan."

    Rena Menatap Andra tak percaya matanya kembali berkaca-kaca. Sudah selama itu rupanya. "Jadi ini kesibukanmu yang sebenarnya Andra. menjaga wanita simpanan yang tengah hamil anakmu ?." Rena tertawa miris. "Pantas saja kamu tidak pernah lagi menyindirku mengenai anak."

    "Bukan Seperti itu-"

   "Cukup !." Rena mengangkat tangannya didepan wajah Andra bertanda tak ingin mendegar apapun lagi. wanita itu segera bangkit dan menyentak Tangan Andra yang hendak menahannya. "Pertemukan aku dengan gadis murahan itu. Sebelum kamu mempertemukanku dengannya jangan harap aku mau berbicara denganmu !." Rena berjalan ke arah pintu namun sesaat kemudian kembali berbalik. "Apa Vani tahu tentang ini ?."

   Andra menggeleng lemah. "Tolong jangan beritahu vani untuk saat ini."

   "Kenapa ? kamu takut anakmu tau ?." Tanyanya sinis.

   Andra berdecak. "Terserah apa katamu. Aku hanya tidak ingin dia sedih dan konsentrasi belajarnya terganggu."

   Rena hanya berdecih sebelum benar-benar keluar dengan membanting pintu.

***

    Andra tak habis-habisnya meruntuki kebodohannya sendiri yang lupa mencopot memori card dari dalam kamera hingga menyebabkan terbongkarnya semua rahasianya. Seharusnya ini tidak  terjadi jika dia tidak bertindak ceroboh. Sekarang entah bagaimana caranya dia akan menyampaikan kabar ini pada Dira.

    "Mas Andra lagi mikirin apa ?."

    Andra menggeleng. Menepuk-nepuk sofa kosong disebelahnya meminta Dira duduk disampingnya. Pikiran yang semrawut membuat Andra melarikan diri ketempat ini. Tempat yang menjadi favoritnya menghabiskan waktu akhir-akhir ini. Apalagi kalau bukan Apartemen.

   "Gimana home schooling hari ini. Apa kamu mengalami kesulitan ?." Tanya Andra lembut sambil menyingkirkan anak-anak rambut yang menutupi wajah Dira ke belakang telinga.

    Dira menyenderkan kepalanya dilengan Andra. Entah dapat keberanian dari mana ia melakukan hal itu. "Tidak. Semuanya lancar."Balas Dira

    Andra mengecup puncak kepala Dira. Tangannya beralih mengusap perut buncit gadis itu."Kalau si kecil, di sini baik-baik saja kan ?."

    Dira mengangkat kepalanya dan mengangguk semangat. "Iya, sangat baik. Sampai bisa nendang-nendang aku."

    "Menendang ? Kamu serius sayang ?."

     Dira mengangguk.

    Andra lantas berjongkok didepan Dira. menyibak kaos yang gadis itu kenakan kemudian menempelkan pipinya diperut Dira."Nak Ini papa. Kamu lagi apa didalam ?. Apa kamu bisa mendengar suara papa ?."

   Sejurus kemudian wajah Andra berbinar, ia mendongak menatap Dira dengan senyum girang."Sayang dia beneran gerak, mas bisa merasakannya."

    Dira mengangguk haru."iya mas."

   "ayo gerak lagi nak, main sama papa lagi." Andra kembali menunduk mengajak anaknya berinteraksi. Untuk sesaat pria itu seakan lupa dengan permasalahan yang saat tengah terjadi.
  

   
***

Bonus chapter :

    Rena keluar dari kamar terburu-buru. Dia sudah hampir telat  menuju bandara akibat kesiangan. Sambil mengeret koper, Rena berjalan menuruni tangga. Naasnya saat di tengah tangga tiba-tiba roda kopernya patah. Alhasil mau tak mau Rena harus mengganti kopernya. Rena memutuskan meminjam suitcase milik Andra. Saat hendak memindahkan barang-barangnya Rena menemukan sebuah kamera DSLR didalam koper Andra.

    Penasaran dengan hasil bidikan Andra, Rena iseng membuka kamera itu. Awalnya tidak ada yang aneh dengan foto didalam kamera Andra. Isinya kebanyakan foto hewan dan pemandangan. Tetapi ketika ia menggeser slide tepat yang ke dua puluh sebuah foto yang muncul sukses membuat nafasnya tercekat.

    "Ini.....gak mungkin !." Gumamnya lemas.


Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang