32 🔥

6.3K 367 21
                                    

Woro-woro :

Maaf lama update. Baru sembuh habis kena demam soalnya. Jangan lupa beri vote ya. Aku sedih karena part sebelumnya votenya gak sampai seratus.

Mau double up? Makanya vote ! 👿Ehehe

Cerita ini tinggal beberapa part aja selesai. Ngedit Ebooknya selesai awal juni sengaja aku cepetin biar Aku bisa melanjutkan Cerita yang lain.


Akhir-akhir ini Andra lebih sering menghabiskan waktunya di kantor. Enggan pulang ke rumah karena letih selalu bertengkar dengan Rena. Juga enggan mengunjungi Dira karena gadis itu terlihat keberatan dan selalu memintanya pulang setiap kali Andra datang. Andra tidak menyalahkan Dira kok, dia paham Dira hanya takut kalau Rena tahu. Oleh karena itu dari pada membuat Dira tertekan, Andra memilih menahan diri datang ke apartemen.

Kondisi rumah tangganya dengan Renapun sampai saat ini belum menemukan titik terang, bahkan makin hari kian memburuk. tiada hari tanpa pertengkaran. Andra dengan pendiriannya mencoba mempertahankan rumah tangga mereka dan Rena yang masih kukuh berpisah karena Andra tidak mau meninggalkan Dira.

Beban di pundak Andra terasa sangat berat saat ini. Ia marah kepada Rena. Bukan ia tidak bisa meninggalkan Dira, Andra bersedia melakukannya demi rumah tangganya. Bagaimana juga Rena yang lebih dulu menemaninya belasan tahun. Tapi Rena bahkan tidak mau menuruti satu permintaannya. Andra akui memang egois. Dulu dia sendiri yang mengizinkan Rena membuka butik dan sekarang dengan seenaknya meminta istrinya berhenti. Tapi perlu digaris bawahi disini, dulu Andra mengizinkan butik itu dibuka hanya untuk selingan agar Rena tidak kebosanan. Nyatanya Rena begitu terlena dengan keberhasilannya hingga lalai dan mengesampingkan peranannya sebagai istri. Hal itulah yang mendasari Andra kembali menarik ucapannya dulu. Karena Rena menyalahgunakan kepercayaan nya.

"Permisi pak." Sekertaris Andra masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu. "Ada kiriman untuk Bapak."

Andra mengernyit menerima amplop coklat dari sekertarisnya. "Kamu boleh keluar." Ucapnya pada sang sekertaris.

Andra segera membuka amplop coklat itu dan mengeluarkan sebuah kertas yang ada didalamnya. Perasaan Andra tidak enak. Dan benar saja. Rahang Andra mengeras, telapak tangannya mengepal usai membaca isi surat itu. Hollyshit. Rena mengirim surat gugatan perceraian padanya!.

Tanpa menunggu lebih lama Andra meraih ponsel disaku, menghubungi Rena. Panggilan ke satu, kedua, dan ketiga tidak diangkat oleh wanita itu semakin membuat Andra menggeram murka.

Andra bangkit keluar dari ruangannya. "Batalkan meeting hari ini. Saya ada urusan mendadak." Instruksinya pada sang sekertaris sebelum melanjutkan langkah menuju lift.

Dengan amplop coklat tangan. Andra mendatangi butik milik Rena."Dimana Rena?." Andra bertanya ke salah karyawan Rena saat tidak melihat batang hidung istrinya.

"Ibu Rena ada lantai dua pak."

Andra bergegas menaiki tangga, membuka pintu ruangan Rena dengan kasar. "Apa maksudnya ini?." Andra melempar amplop itu di hadapan Rena.

Rena mengentikan kegiatannya mendesain gaun. "Oh kamu belum baca isinya?." Meletakkan pensil di meja Rena menatap dengan Andra tenang.

"Sialan Rena! Kamu benar-benar ingin berpisah denganku?. Apa kamu tidak memikirkan anakmu?!."

"Tanyakan pada dirimu juga? Kamu tidak kasihan pada Vani saat menjalin hubungan dengan gadis itu?."

Andra meninju tembok disampingnya."Aku bersalah. Tapi Demi Tuhan aku bersedia meninggalkannya asal kamu berhenti dari pekerjaanmu. Kenapa sulit sekali menuruti permintaanku!."

Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang