14 🌹

9.1K 449 24
                                    


"Dira kamu baik-baik saja? Kantung matamu sangat hitam."

Dira menggeleng. Bagaimana tidak menghitam ya jika semalaman saja dia tidak bisa tidur sama sekali.

"Kalau sakit absen saja sehari Ra, tidak perlu memaksakan diri." Saran Andra yang lagi-lagi dibalas gelengan oleh Dira.

Dalam hati Dira heran bisa-bisanya pria itu masih bisa bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa setelah kejadian semalam.

"Soal tadi malam—"

"Stop ! Jangan dibahas please." Potong Dira cepat. dia tidak mau mengingat-ingat kejadian memalukan itu apalagi membahasnya.

Untuk sesaat Andra terdiam memperhatikan Dira sebelum akhirnya mengangguk mengerti."Baiklah."

Dira menarik nafas lalu kembali melanjutkan kegiatannya memakai sepatu.

"Saya tunggu dimobil, hari ini saya akan mengantar kamu."

"Aku naik busway saja."

"Saya tidak menerima penolakan."

Dira mendengus. "Dasar tuan pemaksa."

"Ayolah Dira kenapa kamu selalu takut, Vani tidak akan melihat mobil saya. Jangan khawatir."

Sok tau !, kalau ternyata nanti Vani lihat bagaimana ? aku juga yang paling dirugikan. Dan tentu kalimat itu hanya mampu Dira ucapkan dalam hati. Karena jika dia mengatakannya secara langsung pasti akan menimbulkan berdebatan dan Dira tidak mau berdebat dengan Andra karena itu hanya buang-buang waktu saja.

Selama perjalanan Dira tak mengeluarkan sepatah katapun. Dia duduk diam sambil menatap keluar jendela. Kesal ? iya sih dikit. Tapi faktor utamanya karena rasa cangung. Dira merasa sulit bertingkah seperti biasa setelah adegan ciuman itu. Argh..Astaga ! kenapa dia malah mengingatnya lagi sih.

"Kamu menyuruh saya untuk tidak membahas kejadian semalam tapi kamu sendiri dari tadi marah dengan saya karena kejadian tadi malam."

Dira menoleh. Pria ini cenayang atau bagiamana sih. Tau aja yang sedang dia pikirkan. "Aku tidak marah."Bantahnya.

"Tidak marah tapi mendiamkan saya." Andra melirik Dira sejenak.

"Maaf aku hanya emm..sedang menahan mual." Dira meringis. Sebenarnya tidak ada rasa mual sama sekali tapi hanya alasan itu yang terpikirkan olehnya.

Jawaban Dira berhasil  membuat Andra khawatir. "Kamu mual ? Astaga, tadi kan saya sudah bilang kalau tidak enak badan absen saja satu hari. Jangan memaksakan diri Dira, saya tidak menyukainya."

Melihat kekhawatiran Andra membuat Dira merasa bersalah karena telah berbohong. "Tidak papa om. ini sudah mendingan, sebentar lagi pasti reda."

Andra tampak masih khawatir, beberapa kali menoleh kesamping memperhatikan Dira. "Kamu yakin?, Apa kita putar balik saja. Kamu libur saja ya hari ini ?."

"Tidak perlu om. Beneran ini udah reda kok mualnya."

"Jangan bohong."

"Astaga enggak loh om. Aku serius."

Meski terlihat setengah tidak rela namun akhirnya Andra menyetujui. Dia kembali fokus mengemudikan mobilnya.

"Kalau ada apa-apa langsung telfon saya." Ucapnya sesaat setelah mobilnya berhenti tak jauh dari sekolah Dira.

Dira mengangguk melepas seltbelt dan meraih tangan Andra lalu menciumnya sekilas. Kepalanya menoleh kanan kiri melihat kondisi sekitar sebelum akhirnya turun dari mobil meninggalkan seorang pria yang tanpa sepengetahuannya tengah memperhatikannya intens.

Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang