25 🍁

7.5K 462 21
                                    


Dear my bestie,

   Saat kamu membaca surat ini, itu berarti aku sudah tidak ada lagi didekatmu. Aku ingin minta maaf karena pergi tanpa pamit dan hanya berani mengatakannya lewat surat ini.

   Aku harus pergi karena suatu alasan yang tak bisa kujelaskan. Vani, aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu. Tetapi keadaan yang tak mengizinkanku. Percayalah, suatu saat nanti kamu pasti akan mengetahui segalanya, dan bila saat itu tiba kuharap kamu masih bisa memaafkanku.

   Vani sahabatku. Setelah aku pergi, hiduplah dengan baik. Tak perlu risaukan aku. Aku tidak tahu kapan kita bisa berjumpa lagi, tapi kelak saat kita dipertemukan lagi aku ingin melihat kamu dalam kondisi sehat dan bahagia, karena itu berjanjilah padaku untuk hidup dengan baik.

   Dan tolong sampaikan maafku juga pada Bagas. Maaf karena selama ini bersikap pura-pura tidak peka dengan perasaannya. Aku bukan gadis yang baik. Dia berhak mendapatkan yang lebih dariku.

   Vani, terima kasih karena selalu ada saat suka maupun duka. Terima kasih atas semua bantuan yang kamu berikan untukku selama ini. Aku sangat menyayangimu. Sampai kapanpun kamu dan Bagas adalah sahabat baikku. Jaga diri baik-baik, aku pergi.

With love
Dira

    Vani menutup lembaran surat yang baru saja ia baca. Sudah beberapa minggu Dira menghilang tanpa kabar tapi dia baru menemukan surat ini kemarin, dilaci kamarnya. Dira benar-benar sudah menyusun kepergiannya dengan sangat rapi hingga tidak ada seorangpun yang mengetahui jejaknya. Bahkan mbak Rani sekalipun.

   Vani tidak tahu pasti apa yang membuat Dira menghilang seperti ini, tapi ia yakin ini ada kaitannya dengan kehamilannya.

    Ia dan Bagas sudah berusaha mencari keberadaan Dira juga mencari tau tentang laki-laki yang menghamili Dira. tetapi nihil, malahan mereka berdua mendapatkan fakta baru yang sangat mengejutkan dari mbak Rani. Fakta jika sebenarnya Dira sudah menikah diam-diam. Namun dengan siapa mbak Rani tidak bisa menyebutkan nama karena dia tidak ingat. Dia baru bertemu dengan suami Dira dua kali. Itupun saat akad dirumah Dira dan saat di restoran  jadi mbak Rani tidak tahu dimana alamat tempat tinggal suami Dira.

    Vani tak habis pikir. Bagaimana bisa Dira menyembunyikan hal sebesar ini darinya. Sebagai seorang sahabat, Vani merasa tidak dianggap. Dira sudah mengecewakannya. Ah tidak, bukan hanya dirinya, tetapi juga Bagas. Laki-laki itu jauh lebih kecewa dari pada Vani. Saking kecewanya setelah mendengar kabar tersebut, Bagas memilih untuk berhenti mencari Dira dan menyuruh Vani melakukan hal yang sama. Tetapi Vani menolak, dia kekeuh ingin mencari Dira karena dia ingin meminta penjelasan dari gadis itu.

   "Buat apa lo repot-repot cari dia lagi. Dia pasti sama suaminya. Udahlah biarin dia hidup semaunya."

   "Gue tau tapi gue harus memastikannya dengan mata gue sendiri."

   "Terserah lo deh." Saat itu juga Bagas langsung membanting sendoknya dan pergi meninggalkannya.

   Vani membuang nafasnya lelah. Sekarang harapannya tinggal mbak Rani. Semoga saja wanita itu lekas mengingat siapa nama suami Dira agar dia bisa segera menemukan petunjuk untuk mencari keberadaan sahabatnya.
 

***

    "Neng jusnya."

     Dira tersenyum mengucapkan terima kasih pada bi Tati, ART baru yang Andra pekerjakan di apartemen mereka.

     "Bi Tati mau kemana, duduk disini temani aku."

     "Baik neng."

    "E-eh kenapa duduk dilantai ?." Dira segera menarik bik Tati yang hendak bersimpuh dilantai. "Duduk disofa bi."

   Bi Tati menolak karena sungkan, Namun Pelototan Dira membuatnya mau tak mau pindah ke sofa. Dira tersenyum geli. Jujur dia tidak  nyaman diperlakukan seperti seorang majikan. Sebagai yang muda sepatutnya dialah yang menghormati Bi Tati bukan malah sebaliknya.

   "Gimana kerja disini ?, bi Tati betahkan ?. Harus betah ya bik karena cuma bibi satu-satunya teman aku disini. Kalau bibi nggak betah nanti aku gak ada temannya lagi." Ucap Dira sedikit bergurau.

   "Alhamdulillah kerasan neng. Disini kerjanya lebih sedikit dibandingkan dirumah nyonya besar."

  "Nyonya Besar ?."

   "Iya, Nyonya besar. Ibunya Bapak."

   "B-bi Tati kenal sama orang tua mas Andra ?." Tanya Dira terbata

    "Gimana gak kenal atuh neng, orang bibi saja dulu kerja dirumahnya Nyonya saras gantiin ibu bibi yang sudah sepuh."
  
    fakta yang sangat mengejutkan. Mengapa Andra tidak pernah bercerita padanya. Apakah laki-laki itu sengaja tidak memberitahunya atau memang belum sempat menceritakannya.

   Dira tiba-tiba menunduk. Entah mengapa ia jadi malu dengan bi Tati. Wanita itu pasti mengetahui segalanya. "Jadi bibi tahu kalau aku...."
 
   "Istri kedua bapak ?." Tebak bi Tati

   Dira mengangguk pelan.

   "Iya, bibi tahu. Bapak sudah cerita."

    Dira tersenyum masam. "Aku jahat ya bi, menikah dengan suami orang diam-diam."

    "Boleh bibi pegang tangannya ?."

   Dira menatap perempuan paruh baya itu lalu mengangguk. Bi Tati menarik telapak tangan Dira dan menggenggamnya. "Awalnya, bibi memang sempat mengira Neng Dira wanita licik yang merayu bapak. Tapi setelah bibi bertemu neng geulis, bibi percaya neng bukan wanita seperti itu. Neng orang baik karena itu Bapak jatuh hati."

    Dira menggeleng. "Aku jahat bi. Aku mengkhianati Vani, sahabatku sendiri."

   Raut terkejut terlihat diwajah bi Tati. "Neng teh temannya non Vani ?."

    Dira mengangguk bersamaan dengan butiran-butiran kristal yang menyeruak keluar dari pelupuk matanya. Malu. Dia sangat malu.

   Bi Tati mengusap punggung Dira. "Neng yang sabar ya. Bibi tahu neng tidak bermaksud menyakiti non Vani, semua yang terjadi karena kehendakNya." 

    Dira memeluk bi Tati dan menangis semakin keras, meluapkan segala emosi yang selama ini selalu ia pendam sendiri. "Aku takut bi, Aku tidak mau dibenci oleh Vani." Isaknya tertahan.

    "Serahkan semua sama yang di Atas neng. Jangan berhenti berdoa. Tuhan pasti akan membantu neng Dira melewati cobaan ini." Tutur bi Tati mengelus rambut Dira. "Apapun yang akan terjadi nanti. Biarkan semua mengalir seperti air di sungai. Sekarang yang terpenting adalah kandungan neng geulis. Neng tidak boleh sedih berlarut-larut, itu tidak baik untuk kesehatan janin."

    

    
  

***


Guys jangan lupa vote dan komen. Part selanjutnya kita masuk konflik.

Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang