23 🌼

8K 613 51
                                    









   Suara deru motor terhenti didepan rumah Dira membuat Andra melongokkan kepalanya dari balik jendela untuk mengintip siapa yang datang. Matanya memicing ketika melihat Dira di antar oleh seorang laki-laki.

   Siapa ?. Batinnya

   Saat laki-laki itu membuka helmnya barulah Andra tau laki-laki itu ternyata adalah Bagas.

   Andra mengamati interaksi keduanya yang tengah berbincang. Wajahnya merengut tidak suka ketika Bagas beberapa kali terlihat mencubit pipi istrinya. Andra benar-benar tidak suka. Baginya tidak ada yang boleh menyentuh Dira selain dirinya. Sayangnya meski tidak menyukai apa yang dia lihat, Andra tidak bisa berbuat banyak. Dia harus puas hanya melihat istrinya dari balik jendela.

   Tak berapa lama kemudian Bagas pergi. Dira memutar tubuhnya lalu berjalan masuk setelah motor Bagas sudah tidak terlihat lagi. Andra yang melihat itu langsung bersembunyi dibelakang pintu. Tepat setelah Dira masuk kedalam Andra langsung memeluk gadis itu dari belakang.

   "Om Andra, Kebiasaan !!."

   "Panggil mas coba. Kan kemarin udah dibilangin jangan panggil om lagi."

   "Gak biasa."

   "Makanya dibiasain atuh. Mas gak mau dikira ayah kamu lagi seperti kemarin di mall."

   Dira tertawa. Ia mengingat kejadian itu. Kemarin sore saat dirinya dan Andra memasuki outlet sepatu di salah satu mall. Seorang pramuniaga yang mendampingi mereka tiba-tiba berceletuk kepada mereka. Kurang lebih seperti ini.

   "Senang rasanya melihat ternyata masih ada remaja yang mau menemani ayahnya membeli sepatu seperti putri anda pak. Dizaman sekarang ini sudah jarang saya menjumpai remaja yang mau menemani orang tuanya. Biasanya mereka lebih sering pergi bersama teman-temannya dibanding bersama ayah atau ibu mereka."

   Andra yang saat itu tepat berada di sampingnya hanya tersenyum paksa menanggapi mbak-mbak pramuniaga. Mungkin karena sudah terlanjur unmood akhirnya dengan wajah masam pria itu mengajaknya keluar dari toko itu tanpa membeli apa-apa. Setelah keluar dari toko tersebut Dira cepat-cepat menenangkan Andra yang terlihat sangat kesal, dengan kalimat-kalimat yang bisa membuat kepercayaan diri pria itu kembali lagi. 

   "Kamu ya, malah ketawa." Gumam Andra mengelus perut gadisnya sambil mengecupi pipinya.

   "Makanya o-"

   "Mas, Dira !." Ralat Andra

   "Oke-oke. Makanya mas itu jangan pakai jas terus dong. Kemarin karena pakaian kita sangat kontras makanya mbak-mbak itu salah paham."

   Andra berdehem masih sambil mengecupi pipi Dira yang semakin hari semakin empuk.

   "Cium-cium terus dari tadi. Aku bau asem loh habis pulang sekolah."

   Andra menggeleng. "Ngilangin bekas tangan orang di pipi istrinya mas."

   Dira terdiam sesaat, otaknya ngelag. Lalu tertawa setelah mengerti maksud ucapan Andra. "Astaga. Jangan bilang mas cemburu sama Bagas ?."

   "Bukan cemburu, tapi mas gak suka kalau ada yang sentuh-sentuh kamu seenaknya. Kamu milik mas Andra. Cuma mas Andra yang boleh sentuh kamu."

   Dira mengusap rambut Andra lembut. Bolehkah dia merasa senang atas kalimat yang baru saja Andra ucapkan ?. 

   "Sekarang boleh bikin tanda disini sepuasnya." Andra menjilat sensual leher Dira. Selama ini Dira selalu melarangnya membuat tanda di leher karena masih bersekolah. Namun kini setelah resmi keluar dari sekolahnya tak ada lagi alasan bagi Dira untuk melarangnya membuat tanda.

Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang