30 🍄

6.6K 348 13
                                    


Halo, Lupheza update.
Sebelum kalian membaca chapter ini aku mau menyampaikan terima kasih kepada para pembaca yang masih setia membaca cerita gak jelas yang sudah bertahun-tahun tapi gak selesai-selesai ini haha.

Gak lupa, aku juga ingin ngucapin banyak-banyak thankyou ke kalian yang sudah follow dan mendukungku di karyakarsa.

Pokoknya I lophe yuw.

Andra kira setelah mengetahui apa yang terjadi, Rena akan sedikit berubah, lebih memperhatikan rumah tangga mereka. tapi ternyata harapan Andra terlalu tinggi. Rena tetaplah Rena si wanita ambisius yang masih sibuk dengan dunia karirnya.

Padahal Andra sudah berusaha mengikuti kemauan Rena. Tidak menemui Dira satu bulan belakangan ini dan rela menahan kerinduannya demi keutuhan rumah tangga mereka. Tapi Rena masih tetap saja sibuk dengan dunianya sendiri, membuat Andra merasa usahanya untuk memperbaiki rumah tangganya sia-sia.

Harusnya mereka, baik dirinya atau Rena bisa meluangkan waktu untuk saling introspeksi diri. Tidak bermaksud menyalahkan Rena, namun salah satu alasan kuat yang membuat Andra berpaling adalah faktor kesepian. Rena terlalu sibuk dengan pekerjaannya membuat Andra merasa diabaikan.

Sayangnya Rena tak sepemikiran dengan Andra. Dalam kamus Rena, Andra yang bersalah sepenuhnya. Andra yang tidak tau bersyukur karena selingkuh. Demi Tuhan, Andra tidak marah saat Rena menyalahkannya karena memang Andra salah. Tapi setidaknya wanita itu juga berkaca dengan dirinya sendiri. Jika menelisik kebelakang bukankah sudah berkali-kali Andra menyampaikan ketidakpuasannya pada Rena, bukan dalam hal intim tapi dalam hal sikap.

Andra tidak meminta Rena berhenti dari pekerjaannya karena Andra tahu Rena sangat menyukainya. Andra hanya meminta Rena mengurangi pekerjaannya dan tidak melupakan kewajibannya. Ada Vani dan dirinya yang membutuhkan Rena. Tapi Rena tidak pernah mendengarkannya, menganggap ucapannya angin lalu. Sebagai laki-laki egonya sudah pasti tersentil saat perintahnya sebagai kepala keluarga tak didengarkan. Tapi sekali lagi Andra berhasil menekan egonya, dia tetap bertahan dan mencintai Rena.

Dan sekarang disaat ada wanita lain yang memberinya kehangatan yang selama ini Andra butuhkan, Andra masih berusaha bertahan dengan Rena. Tapi jika Rena masih sama saja, Andra tidak yakin dia bisa tetap bertahan.

"Pa!"

"Eh iya...." Andra tersadar dari pikirannya

"Papa melamun ?."

"Gak."

"Bohong banget."

Andra terkekeh kecil. "Lagi mikir pekerjaan."

"Ada masalah ya? Pantesan kemarin-kemarin papa sibuk melebihi mama. Tapi belakangan ini papa udah gak sibuk tuh aku liat. Sekarang papa pulangnya sore gak malam lagi, terus sekarang papa juga selalu dirumah. Iyakan. Apa masalahnya belum selesai juga ?." Cerocos Vani dengan sok tau. Membuat Andra gemas hingga tak tahan mencubit pipi putrinya.

"Cerewet."

Vani menyingkirkan tangan Andra dari pipinya. "Papa aku sudah besar. Stop cubit pipi aku kaya anak kecil."

"Masa sih, Gak ah menurut papa kamu masih kecil."

Vani mendelik tidak terima. "I already have an ID card pa, itu artinya aku sudah dewasa."

Andra tertawa. Dia senang menggoda Vani. "Iya deh, papa tau kok. Kamu memang sudah dewasa tapi bagi papa kamu tetap putri kecil papa. Huh rasanya baru kemarin papa menggendong kamu yang masih mungil dan kemerahan, sekarang kamu sudah sebesar ini ya nak. Dan baru papa sadari juga ternyata papa sudah tua."

Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang