Dira menatap ruang kelasnya yang sudah kosong kemudian menjatuhkan kepalanya diatas meja. Pelajaran telah usai beberapa saat lalu dan anak-anak semuanya telah kembali kerumah masing-masing kecuali dirinya. Seharusnya ia juga sudah pulang bersama yang lain, tapi karena Andra menghubunginya dan mengatakan akan menjemputnya jadilah ia masih tertahan disini.
Oh iya ngomong-ngomong berbicara mengenai Andra. Hubungannya dengan pria itu kian hari kian membaik. Setelah pertengkaran mereka di mobil tempo hari, sikap Dira menjadi sedikit melunak pada Andra. Mungkin karena Dira sudah menyadari letak kesalahannya sehingga gadis itu mencoba memperbaikinya.
Dering ponsel menyadarkan Dira yang hampir terpejam. Andra sangat lama hingga membuat Dira mengantuk. Untung saja pria itu menghubunginya sebelum dia benar-benar sampai di alam mimpi.
"Halo."
"Kamu dimana ? saya sudah depan sekolah."
"Masih dikelas, tunggu bentar."
"Oke."
Dira berjalan lesu keluar dari kelas. Sampai dipintu gerbang, sebuah mobil suv hitam sudah terparkir rapi menunggunya. Dira menoleh kanan kiri sebelum bergegas masuk kedalam mobil ketika pintu penumpang belakang terbuka dari dalam menyambutnya.
"Capek ?."
Dira mengangguk, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil.
"Mau makan siang apa ?." Tanya Andra tiba-tiba.
Dira melirik Supir pribadi Andra lewat kaca spion depan sebelum menjawab pertanyaan Andra. Dia pikir Andra akan menjemputnya sendiri ternyata bersama Arman, supirnya. Bukannya apa ya Dira merasa kurang nyaman saja jika ada sopir pribadi Andra. Pria itu tahu tentang statusnya. Ia tidak tahu bagaimana anggapan Arman mengenai dirinya.
"Aku tidak ingin apa-apa, aku hanya butuh tidur sekarang." Balas Dira lalu menutup kedua matanya yang terasa berat. Tak butuh waktu lama, hanya selang beberapa menit kepala Dira sudah terkulai lelap di bahu Andra.
Andra tersenyum tipis. Diusapnya perut gadis itu dari balik seragamnya. Sebenarnya ini adalah kali pertama Andra menyentuh perut Dira. Sebelum-sebelumnya dia tidak pernah berani melakukannya meskipun ingin. Tapi sekarang berhubung gadis itu sedang tidur ia nekat saja menyentuhnya.
Sehat-sehat ya kamu. Papa menyangimu
Kadang Andra masih tidak percaya. Setelah Sekian tahun memendam keinginan, akhirnya tak lama lagi dia akan mendapatkannya. Ya Meskipun sayangnya bukan dari rahim Rena.
Tapi tidak apa. Meski tidak tumbuh di rahim Rena setidaknya anaknya tumbuh di rahim seorang gadis yang kuat dan baik hati seperti Dira. Andra cukup bersyukur karena Dira tidak pernah lagi berbicara tentang keinginan aborsi seperti dikantornya dulu. Ia juga berterima kasih karena gadis itu sudah mulai mau terbuka dengannya.
Andra tidak tahu bagaimana nasib mereka kedepannya. Ia belum ingin memikirkannya. Bukannya ingin menyepelekan tapi untuk sekarang ini fokusnya adalah merawat Dira dan janinnya sebaik mungkin. Soal yang lain Andra akan memikirkannya setelah anak mereka lahir.
"Ra.. bangun sudah sampai." Andra mengguncang bahu Dira pelan ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti dipekarangan rumah Dira.
"Ngantuk sekali." Dira menggumam.
"Iya nanti di rumah tidur lagi."
Dira menurut. Sambil menguap Ia turun dari mobil berjalan tergesa memasuki rumah. Dia sangat tidak sabar bertemu dengan kasurnya.
"Mau kemana, makan dulu."
"Aku ngantuk mau tidur."
"Makan dulu baru tidur. Jangan membantah Dira anak saya butuh makan !."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love
ChickLitAGEGAP "Tidak ada deskripsi cerita. Penasaran ? Cuss langsung Baca aja ." #agegap #roman #affair #accident