13 🌼

9.6K 504 8
                                    

 






"Wahh kamu masak ?."

Dira menoleh lalu mengangguk malu. Melihat Andra, dia jadi teringat kejadian tadi pagi waktu dirinya terbangun dipelukan Andra. Astaga itu sangat memalukan sekali. Untung saja Andra masih terlelap saat dia bangun.

"Iyaa, hampir matang. Om mandi dulu gih."

"Siap. Dira apa kamu baik-baik saja?."

"Aku? baik-baik saja. Memangnya aku kenapa ?."

Andra menggeleng masuk kedalam kamar mandi. Sepertinya Dira tidak ingat dengan mimpinya semalam.

Dira mengerutkan kening sebelum mengangkat bahunya tak acuh, tangannya dengan cekatan kembali melanjutkan pekerjaannya menata piring dimeja makan.

Selesai menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, Dira beralih menyiapkan pakaian kerja untuk Andra. Eits tapi jangan salah paham dulu, Dira melakukan ini karena memiliki sebuah alasan. Selain karena merasa ini tugasnya, Dira juga tidak mau Andra sampai melihat tumpukan underwearnya didalam lemari jika pria itu mengambil pakaiannya sendiri.

Dira bergegas keluar kamar usai meletakkan pakaian Andra di atas ranjang. Dia harus segera pergi sebelum pria itu selesai mandi. Jangan sampai ia kembali melihat pemandangan dada telanjang lagi pagi ini karena itu sangat tidak baik untuk kesehatan penglihatannya

***

Ketukan pintu semakin keras membuat Dira tergopoh-gopoh menuju pintu depan. Bibirnya mengeluarkan sumpah serapah untuk siapapun yang mengetuk pintu dengan tidak sabar.

"Tunggu sebentar." Teriaknya sambil memutar kunci pintu.

Begitu pintu terbuka wajah Andra menjadi pemandangan pertama yang Dira lihat. Dira mendelik kesal.

"Astaga, om bisa sabar tidak? jalan dari kamar sampai pintu itu membutuhkan waktu."

Mengabaikan kekesalan Dira, Andra menyerahkan bungkusan plastik ditangannya. "Bakso beranak dan martabak manis untukmu."

Dalam hitungan detik wajah Dira berubah berseri-seri. Melupakan kekesalannya yang entah hilang kemana, Dira mengambil kantung kresek yang Andra angsurkan.

"Makasih ya."

Brakk

Dira melongokkan kepalanya ke belakang tubuh Andra mendengar pintu suara pintu mobil ditutup. "Siapa om ?." Tanyanya pada Andra

"Feri, mau ambil berkas yang tertinggal di kamarmu."

Dira mengangguk. Tak lama sosok Feri muncul. Dira menyapanya sebentar sebelum masuk kedalam menyusul Andra yang sedang mengambil berkas di kamar.

"Tidak perlu membuat minuman Ra, Feri sudah pulang."

Dira mengurungkan niatnya mengambil teh. "Loh kok cepat sekali ?."

"Anaknya sudah menunggu di rumah. Oh iya Ra tolong panasin air ya saya mau mandi." Pinta Andra seraya membuka dua kancing teratas kemejanya.

"Om mau tidur disini lagi ?."

Andra mengangguk

"Apa tidak sebaiknya om pulang saja. Aku merasa segan dengan keluarga om dirumah, mereka pasti bertanya-tanya karena om jarang dirumah sekarang."

"Kamu tidak perlu merisaukan itu, istri saya tidak akan menunggu atau mencari saya. Masih banyak urusan yang harus dia pikirkan ketimbang saya."

Dira menangkap adanya nada getir yang terselip dari kalimat yang Andra ucapkan. Sekarang dia jadi sedikit prihatin. Dira teringat Vani yang sering mengeluh padanya mengenai kedua orang tuanya yang selalu sibuk bekerja.

Second Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang