Part 23

503 45 0
                                    

“Sudah bangun, Sayang? Masih kepagian ini buat pengantin baru bangun.” Ujar Bu Annisa saat melihat Hanum di dapur. “Mamaaa…” jawab Hanum malu. Bu Annisa tersenyum melihat rona merah di wajah menantunya itu.

“Hah, kalian ini… Masih ada waktu sehari lagi nginap di hotel kok milih pulang. Heran Mama sama kalian itu. Pengantin baru pinginnya berduaan terus kalian malah pilih pulang.” Gerutu Bu Annisa saat mengingat anak dan menantunya pulang ke rumah kemarin malam. Padahal kamar hotel sudah di booking selama tiga hari untuk mereka.

“Sepi, Ma… Enakan pulang bisa kumpul bareng sama keluarga yang lain.”

“Ya sudahlah. Ngomong-ngomon, kamu nggak perlu nyiapin sarapan buat semuanya. Kamu menantu di rumah ini bukan pembantu, Sayang. Kamu cukup mengurusi keperluan Shaka saja.”

“Mama kan juga mengurus semua keperluan anggota keluarga. Aku mau belajar sama Mama dan membantu Mama juga biar Mama nggak terlalu capek juga ngurus rumah dan anggota keluarga yang lain. Lagian Hanum Cuma bantuin aja kok yang masak Mbok.”

“Mama bersyukur banget punya menantu seperti kamu. Kamu lebih memilih mengurus keluarg ketimbang bekerja, yah meskipun masih ada kafe dan restoran yang musti kamu urus tapi kamu mengutamakan keluarga. Shaka mana?”

“Tadi habis sholat tidur lagi.”

“Dasar anak itu. Cuti nikah harusnya ngajakin istrinya jalan-jalan, ini malah molor.”

“Nggak apa-apa mungkin Mas Shaka sedang kelelahan.”

“Kamu benar. Dia sedang mengurus pemindahan kantor pusat perusahaannya. Untunglah jika kamu memahami kondisi Shaka saat ini.”
Kemudian mereka meneruskan memasak untuk sarapan. Menu sarapan yang dibuat pagi ini adalah soto ayam sesuai permintaan Kakek tadi malam. Sedangkan Hanum menyiapkan sarapan Shaka yakni roti isi dan jus buah. Sudah menjadi kebiasaan jika sarapan Shaka tidak memakan nasi tapi roti dan jus buah.

“Pagi Sayang…. Duh seneng rasanya sarapan disiapin sama mantu. Ada pemandangan baru di meja makan mulai sekarang, Yah.” Ucap Pak Wisnu saat Hanum sedang menata menu sarapan di meja makan.

“Bener banget. Kakek rasanya jadi semangat terus. Mulai besok kamu temani Kakek jogging habis subuh setiap hari. Mulai sekarang Kakek akan menuruti semua perkataan dokter dan hidup sehat karena Kakek ingin hidup lebih lama lagi untuk melihat cicit Kakek lahir.” Seru Kakek sependapat dengan anaknya.

“Oh gitu ya sekarang. Mentang-mentang ada menantu baru terus menantu yang lama dilupain. Oke, mulai besok Hanum hanya akan sarapan Mama, Mama juga nggak mau ketinggalan menghabiskan waktu dengan menantu baru kita.” Sahut Mama mendengar percakapan suami dan ayah mertuanya. Hanum sangat senang dia diterima dengan baik di keluarga ini. Semoga dia tidak pernah mengecewakan keluarga barunya ini.

“Shaka mana? Udah jam tujuh masih belum kelihatan juga.” Tanya Pak Wisnu karena tidak melihat keberadaan anak laki-lakinya.

“Tadi belum bangun, Pa. hanum lihat dulu ke atas. Permisi.” Hanum pamit menuju kamar Shaka. Sebenarnya dia merasa aneh menginjakkan kaki di lantai dua rumah mertuanya. Karena lantai dua ini adalah area milik Shaka dan Sagam. Sedikit banyak membuatnya mengingat Sagam.

Namun Hanum langsung mengenyahkan pikiran tersebut karena dia tidak ingin memikirkan laki-laki lain padahal dia sudah bersuami.
Saat memasuki kamar, keadaan kamar cukup gelap meski matahari sudah bersinar terang. Hanum menyibak gorden yang masih tertutup dan membuka pintu balkon agar udara segar masuk ke dalam kamar. Shaka tidur membelakangi sinar matahari jadi tidurnya tidak terganggu sama sekali.

“Mas bangun… Semua orang sudah mulai sarapan di bawah.” Hanum duduk di sebelah Shaka dan mengguncang pundaknya pelan. Shaka tidak bergeming dari tidur dan Hanum mencoba lebih keras mengguncang pundak Shaka.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang