Part 19

488 40 0
                                    

Hanum Pov

Hari ini terakhir fitting baju pernikahan, Aku ditemani Maya untuk fitting. Tiga hari lagi adalah hari pernikahan kami, aku dan Mas Shaka. Setelah aku menerima permintaan terakhir Mas Sagam, esoknya Mama langsung menghubungi percetakan untuk mengubah nama calon pengantin prianya. Namun Mas Shaka memperlihatkan undangan yang sudah jadi disaat Mama menunggu telfonnya dijawab. Mama menangis setelah mendengar Mas Shaka menceritakan tentang undangan tersebut. Kemudian memelukku dengan erat dan memintaku untuk mengikhlaskan semua yang terjadi dalam hidupku. Siangnya Mas Shaka mengantarku pulang karena kami sudah masuk masa pingitan sejak hari itu.

“Sudah pas ya Mbak Hanum bajunya. Ini masih tiga hari sebelum harinya biasanya masih bisa berubah bentuk badannya. Tapi Mbak Hanum ini dari awal ukurannya tetap, palingan kurang dikit aja.” Ujar Mbak Sofi, penjahit baju pengantinku. Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.

“Biasa Mbak calon manten pasti dijaga dengan baik tubuhnya menjelang hari pernikahannya.” Celetuk Maya menanggapi ucapan Mbak Sofi.

“Itu pasti Mbak. Setiap perempuan menginginkan yang terbaik di hari bahagianya. Saya dulu juga gitu, sampai takut mau makan banyak.”

Aku dan Maya hanya tersenyum menanggapi ucapannya. Selesai fitting baju, kami pergi untuk makan siang di sebuah Mall. Lea tidak bisa ikut karena dia ditugaskan oleh perusahannya untuk ikut meninjau proyek di Lombok. Rasanya sepi tidak ada Lea. Untungnya dia akan pulang besok dan cuti saat pernikahanku.

Kami memilih restoran jepang untuk makan siang kami. Suasana restoran tampak lengang padahal sudah memasuki jam makan siang. Tiba-tiba ada yang menyiramkan minuman di atas kepalaku. Karena terkejut aku langsung berdiri dan mengelap kepala dan pundak yang tersiram. Maya menjerit saat melihatku disiram.

Beberapa pengunjung restoran menoleh pada kami mendengar jeritan Maya. Setelah aku cukup tenang baru aku menoleh kepada orang yang sudah menyiramku. Ternyata Felly yang melakukannya. Aku menarik nafas lalu menghembuskannya mencoba untuk tenang dan tidak terpancing emosi. Maya berdiri disebelahku mencoba menenangkanku dengan mengusap punggung.

“Apa maksudnya ini Felly?”

“Itu pantas kau dapatkan, perempuan jalang.”

“Aku tidak melakukan apapun sehingga kamu bisa bertindak seperti ini.”

“Oh… Mau pura-pura lupa? Kau merebut Mas Shaka dariku. Dia calon suamiku dan kau merebutnya begitu saja. Kau bilang kau tidak melakukan apapun? Kau benar-benar perempuan jalang.”

Felly mencengkeram lenganku saat mengatakannya. Dia terlihat begitu sangat emosi. Aku mencoba tetap tenang dan menggenggam tangan Maya untuk tidak terpancing emosi. Pandangan para pengunjung sepenuhnya kepada kami sekarang.

“Aku tidak pernah merebut siapapun Felly, termasuk Mas Shaka. Kalaupun Mas Shaka lebih memilih menuruti permintaan terakhir Mas Sagam itu atas kemauannya sendiri. Tidak ada yang memaksanya untuk menerima.”

“Omong kosong. Selama satu minggu kau tinggal di rumah keluarga Mahendra tentu saja kau pasti sudah menggodanya. Aku tahu itu dengan pasti. Tidak mungkin Mas Shaka begitu saja menerimanya jika kau tidak menggodanya.”

“Aku tidak pernah menggodanya. Bahkan aku memintanya untuk tidak menerimanya karena ada kamu di sampingnya selama ini.”

“Cih! Pembohong! Kau mengatakan semua itu hanya untuk membuatku senang kan. Jangan coba-coba menipuku dengan ucapanmu itu. Aku tidak akan pernah percaya dengan mulut busukmu itu.”

Cengkeraman Felly semakin kuat di lenganku. Aku merasakan kukunya juga. Mungkin dia sengaja melakukannya karena melihat ringisan di wajahku. Memang cukup sakit cengkeramannya sekarang. Aku mencoba melepaskannya namun Felly justru lebih kuat lagi mencengkeramnya. Maya pun berusaha membantu dan menyentak tanan Felly agar segera melepaskan lenganku. Tidak kami hiraukan pelayan yang sedang menata pesanan kami di meja.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang