Part 20

648 51 0
                                    

“Assalamu’alaikum…” Ucap Hanum dan Maya bersamaan saat masuk ke dalam rumah.

“Wa’alaikumsalam…” Jawab semua orang di dalam rumah kemudian suasana menjadi hening.

Rumah Hanum sudah ramai dengan saudara-saudara Hanum dari pihak Ayah dan Bunda. Sebagian menginap di rumah orangtua Hanum dan sebagian di rumah Hangga. Karena pernikahan Hanum hanya menghitung hari jadi seuma sanak saudaranya sudah berdatangan, membantu persiapan pernikahan Hanum. Rencananya akad nikah diadakan di rumah dan resepsinya di hotel. Oleh karena itu rumah orangtua Hanum sangat sibuk mempersiapkan semua yang diperlukan untuk akad nikah nantinya.

Hanum menatap orangtua dan saudara-saudaranya bingung, Bundanya sedang menangis di sofa ruang tamu dan sedang di peluk oleh kakak iparnya. Ayahnya berdiri di sampinng Bundannya dan ikut menenangkan. Saudaranya memberikan tatapan kasihan padanya. Saat Hanum menatap Hangga mencari jawaban hanya sebuah gelengan yang dia dapat.

“Ada apa? Kenapa Bunda nangis?” Hanum menghampiri Bunda dan berlutut di depannya. Hanya tangisan yang Bunda keluarkan. Semua orang diam tidak ada yang menjawab.

“Ayah, jawab Hanum, kenapa Bunda nangis?” Menoleh kepada Ayahnya untuk mencari jawaban namun tatapan yang sulit diartikan yang di dapat Hanum.

“Akan Kakak jelaskan. Ayo ke kamarmu. Maya ayo ikut juga.” Jawab Hangga pada akhirnya.

Sebelum Hanum melangkah salah satu Kakak Pak Bagyo berbicara padanya.

“Hanum… Sebaiknya kamu pikirkan lagi rencana pernikahan kamu ini. Lebih baik mencegah daripada mengatasi. Daripada nanti pernikahan kamu akan berujung dengan perceraian lebih baik pikirkan lagi.” Ucap salah satu Om nya yang diangguki seluruh saudaranya.
Hanum mengernyit bingung mendengar penuturan Om nya.

“Ayo Hanum, Kakak jelaskan di kamar. Maya, bawa Hanum ke kamarnya.”
Setelah mengatakan itu, Hangga melangkah menuju kamar Hanum dengan Erlangga dalam gendongannya yang tertidur. Maya menarik Hanum mengikuti langkah Hangga masuk ke dalam kamar.

Hangga menidurkan Erlangga di tempat tidur Hanum dan duduk di samping anaknya. Hanum dan Maya duduk di sofa menghadap Hangga. Menunggu Hangga menjelaskan apa yang terjadi di rumah.

“Tadi… Budhenya Shaka datang ke rumah. Beliau mengatakan hal-hal buruk tentang Shaka di depan semua keluarga besar kita.”

Flashback On

“Assalamu’alaikum…” Ucap seseorang di sepan pintu kemudian masuk ke ruang tamu.

“Wa’alaikumsalam…” Jawab semua orang di ruang tamu.

“Ada apa Bu Anna? Apa ada yang bisa saya bantu?” Pak Bagyo menahan tangan istrinya untuk tidak beranjak dari duduknya di sebelah Sekar dan dia yang menanyakan kepentingan Budhe dari calon menantunya ini. Hangga yang sedang merekam persiapan pernikahan Hanum meletakkan handycamnya di meja dan mendekati Ayahnya yang berdiri di depan Bu Anna.

“Silahkan duduk Bu Anna..” Ujar Hangga mempersilahkan untuk duduk.

“Tidak perlu. Saya hanya sebentar disini.” Bu Anna mengibaskan rambutnya kebelakang, melepas kacamata hitamnya dan menatap semua orang remeh.

“Saya hanya mau menyampaikan, jika apa yang kalian lakukan ini sia-sia. Saya pastikan pernikahan ini tidak akan pernah terjadi jika kalian mengetahui siapa sebenarnya Shaka.”
Bu Anna menatap satu-persatu orang yang ada dalam ruang tamu. Melihat reaksi mereka akan ucapannya barusan namun semuanya hanya diam mendengarkan.

“Saya hanya merasa kasihan dengan keluarga kalian. Sepertinya keluarga kalian ini keluarga baik-baik yang taat dengan agama. Lihatlah sebagian besar perempuan disini mengenakan hijab, Hanum juga. Bagaimana mungkin kalian menikahkan anak kalian dengan laki-laki yang selalu menikmati dunia malam. Hanya karena permintaan terkahir dari Sagam, kalian menikahkan Hanum dengan Shaka tanpa mencari tahu lebih dulu seperti apa Shaka.”

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang