Part 22

1.1K 55 2
                                    

“Lelah?” Shaka menoleh dan bertanya pada Hanum yang duduk di sampingnya.

“Lumayan. Kakiku rasanya kram, mungkin karena nggak pernah pakai heels lama.” Jawab Hanum dengan sedikit memijit kakiknya yang terasa kram.

Mereka sedang melaksanakan resepsi dari jam enam sore tadi. Sekarang pukul delapan malam dan tamu masih banyak yang berdatangan. Untunglah waktu acaranya tinggal satu jam lagi jadi mereka bisa beristirahat di kamar hotel yang sudah dipesan khusus untuk mereka berdua.

Hanum kaget merasa ada tangan yang mengurut kakinya yang sebelah karena tangan yang satunya dia gunakan memegang buket bungan.

“Mas…” Panggil Hanum lirih. “Hmm…” hanya deheman yang Shaka berikan.

“Mas ngapain? Udah nggak apa-apa jangan dipijit, malu kalau ada yang lihat.” wajah Hanum memerah seketika melihat Shaka memijit kakinya.

“Biar nggak tambah parah kramnya. Lagipula pasti yang lihat juga
maklum.” jawab Shaka acuh.

“Duh pengantin baru, masih dipelaminan udah pijit-pijitan. Sabar kali, nunggu pindah ke kamar ntar.” Ucap Lea saat akan memberikan selamat di atas pelaminan. Ucapannya mengundang banyak senyum menggoda dari kedua orangtua yang berada di atas pelaminan dan juga beberapa tamu yang berada di dekat pelaminan.

“Lea… Jangan aneh-aneh. Ditahan dulu usilnya, kamu ini kebangetan.” Tegur Maya dengan menepuk pelan bahu Lea.

“Ish Buna mah gitu… Aku selalu di anak tirikan sedangkan Hanum selalu dibela.” Rajuk Lea.

“Oh sekarang manggilnya udah Buna ya bukan Miss lagi?” sahut Hanum menggoda Maya.

“Bener banget, Num. udah naik level sekarang, tinggal pengesahan secara resmi aja.” jawab Lea menggoda Maya.

“Lea... udah cukup Kamu juga Num, kenapa ikutan Lea sih.” Wajah Maya sudah seperti kepiting rebus mendengar godaan dari kedua sahabatnya.

“Selamat ya Num. jangan lupa sama kita-kita meskipun udah nikah. Samawa yak. Selamat juga buat Mas Shaka, titip Hanum yak jangan sampai lecet. Hadiahnya harus dibuka malam ini juga.” Ucap Lea nyleneh.

“Selamat untuk kalian berdoa. Samawa ya dan menghadapi segala masalah dengan kepala dingin. Komunikasi penting untuk kalian berdua.” Ujar Maya dan mendorong Lea untuk segera turun dari pelaminan agar tidak berbicara hal yang lebih memalukan lagi.

“Iya cepet nyusul.” Jawab Shaka, sedangkan Hanum melirik Shaka heran. Kenapa kelihatannya Shaka dekat dengan kedua sahabatnya padahal yang dia ketahui mereka hanya pernah ketemu beberapa kali dan tidak terlibat pembicaraan sama sekali.

“Widiiih…. Pengantin baru mah hawanya beda yak. Ada manis-manisnya gitu katanya. Kita kapan, Bie?” Ucap Adin saat dia berada di depan Hanum untuk memberikan selamat.

“Kapan-kapan bisa. Jangan banyak ulah buruan gih, nggak liat antriannya masih panjang di belakang.” Sahut Vita mendoron Adin agar cepat turun.

“Dih kamu mah gitu. Padahal kita yang lamaran duluan eh malah Mbak Hanum yang nikah duluan.” Gerutu Adin karena Vita tidak menanggapi ucapannya.

“Makanya jangan kebanyakan main mulu. Ntar kalo Vita capek nunggunya gimana?.” Jawab Hanum menggoda Adin. Wajah Adin semakin cemberut mendengar jawaban Hanum. “Selamat ya Mbak, akhirnya nikah juga. Beda sama yang di depan itu cuma berani sampai lamaran doang halalinnya belum berani dia.” Sindir Vita pada kekasihnya. Hanum hanya mengulum senyum. “Selamat juga Mas.”

“Habis dari sini kita ke KUA, Bie. Mbak dan Mas selamat ya semoga samawa. Cepet kasih kita ponakan biar Zafran ada temen mainnya. Ayo Bie, kita ke KUA sekarang.” Adin menarik Vita turun dari pelaminan.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang