Part 21

647 53 7
                                    

“Mas Shaka udah pulang?” Sambut Felly menghampiri Shaka yang memasuki ruang keluarga.

Menggelayut manja di lengan Shaka.
Shaka baru saja pulang kantor. Dia tidak memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh keluarganya karena dia ingin segera menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Semua memilih mengabaikan Felly dan meneruskan pekerjaan mereka.

Keluarga Shaka dibantu oleh sepupu-sepupunya sedang membuat dan menghias hantaran yang akan diberikan kepada Hanum saat pernikahan. Tidak ketinggalan Budhe Anna dan Felly juga ikut membantu meskipun terlihat semua orang mengacuhkan mereka ketika datang tadi. Tanpa berbicara Shaka melepaskan tangan Felly kemudian naik menuju kamarnya.

Setelah selesai membersihkan diri dan makan Shaka bergabung dengan keluarganya. Duduk di sebelah Mamanya yang sedang menghias mukena. Tidak hanya mukena tapi ada barang-barang lain seperti tas, sepatu, aksesoris dan juga perhiasan. Meskipun Hanum tidak pernah meminta tapi Shaka memberikan semuanya. Hanum hanya mengatakan mahar yang diberikan padanya adalah yang diberikan penuh keikhlasan oleh Shaka. Jadi dia tidak menyebutkan secara detail, sedikasihnya Shaka saja ingin memberikan apa. Dan Shaka sudah menyiapkan itu jauh-jauh hari.

“Mas, lihat deh! Baguskan? Aku yang hias ini. Beruntung banget Hanum dapet suami kayak kamu. Udah ganteng, pengusaha, mengerti perempuan seperti ini, Hanum mesti bersyukur banget tuh dapetin kamu.” Tunjuk Felly pada barang yang ia hias. Sepatu dan tas merek terkenal dan edisi terbatas pula. Dalam hati dia memberikan segala sumpah serapahnya pada Hanum karena mendapatkan hantaran begitu banyak dan tentunya mahal. Harusnya dia yang mendapatkan semua ini.

“Kamu sudah menyiapkan permintaan Hanum, Sayang?” Tanya Bu Annisa tanpa menghiraukan ucapan Felly.

“Sudah Ma. Mama tenang saja. Semuanya sudah siap hanya menunggu harinya saja.” Jawab Shaka menoleh pada Mamanya yang sudah selesai merangkai mukena dalam keranjang hantaran. “Baguslah. Semua persiapan juga sudah selesai. Hanya tinggal beberapa hantaran ini saja.”

“Wah lagi pada merangkai hantaraan nih! Ada yang perlu dibantu nggak?” Tanya Radit yang baru memasuki rumah.

“Bang Radit…. Oleh-olehnya mana? Jahat banget liburan nggak ngajak-ngajak.” Todong kedua adiknya setelah Radit duduk diantara keduanya, lesehan di karpet.

“Baru juga dateng udah ditodong oleh-oleh. Tawarin minum kek, makan kek atau apa gitu. Dasar adik durhaka kalian itu. Gimana persiapan Ka? Udah selesai semua?” Tanpa menghiraukan rengekan adiknya, Radit bertanya pada Shaka.

“Sudah selesai Bang.”

Radit menangguk kemudian menyodorkan sesuatu pada Shaka. “Ini ada oleh-oleh buat Hanum, mukena khas Bali. Tolong kasih ke dia, kalau ntar aku yang ngasih sendiri kamu cemburu nanti. Punya lo juga disitu, sarung khas Bali juga. Ini oleh-oleh lho ya bukan hadiah pernikahan. Ada sendiri nanti buat hadiah pernikahannya.” Sekali lagi Radit mengabaikan tatapan adik-adiknya karena memberikan oleh-oleh untuk Hanum tapi mereka tidak.

“Ma, sekalian aja dirangkain buat hantaran juga.”
Radit kaget mendengar ucapan Shaka.

“Serius mau dibuat hantaran juga? Disandingin sama barang-barang mahal ini? Bercanda lo, Ka?” Budhe Anna mendengus kasar dan menatap sinis anak dan keponakannya.

“Sama aja, Bang.” Jawab Shaka santai.

“Abang….” Kedua adiknya akhirnya mengeluarkan suara protes.

“Tuh punya kalian masih dalam tas. Sama juga mukena buat yang perempuan dan sarung buat yang laki-laki. Nggak usah bawel semua kebagian. Cuma buat Hanum sama Shaka aja yang khusus.” Jawab Radit akhirnya pada kedua adiknya yang dihadiahi kecupan di kedua pipinya.
Kemudian Kakek, Pak Wahyu dan Pak Wisnu bergabung dengan mereka di ruang keluarga.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang