Part 12

472 30 0
                                    

Hanum memulai aktivitasnya kembali sebagai seorang pembicara setelah acara pembukaan restoran mereka berjalan lancar. Dua hari yang lalu dia baru saja pulang dari Flores dan meminta jadwalnya digantikan Vita selama satu minggu ini. Restorannya terletak dua ratus meter dari kafenya. Restoran dengan tema makanan khas jawa serta dekorasi seperti rumah tradisional jawa. Tidak hanya makanan khas jawa tetapi ada juga makan khas nusantara lainnya.

Saat ini Hanum baru saja menyelesaikan mengajinya setelah sholat subuh serta menunggu panggilan video call dari Sagam. Seperti kebiasaan mereka setiap hari. Sagam akan memulai harinya denga Hanum dan mengakhiri harinya dengan Sakha atau keluarganya yang lain. Terkadang mereka akan melakukan video call bersama-sama.

“Assalamu’alaikum.. Mas.”

“Wa’alaikumsalam. Maaf telat karena ada banyak yang perlu disiapkan untuk apel pagi ini.”

“Nggak apa-apa. Sehrusnya nggak perlu telfon kalau sibuk masih bisa lain kali kan.”

“Nggak enak rasanya. Tadi niatnya juga gitu tapi rasanya ada yang kurang. Oh ya kamu udah buka email? Aku baru dapat notif pagi tadi.”

“Sudah Mas, semalam. Rencananya kapan Mas bisa pulang lagi untuk mengukur baju?”

“Ini yang mau aku bilang sekalian pamitan sama kamu. Maaf aku nggak bisa pulang, soalnya besok aku harus berangkat ke Sulawesi ikut mengejar kelompok teroris disana. Tugas terakhir sebelum aku pindah ke Jakarta nantinya. Jadi fitting besok kamu bakalan ditemenin Shaka. Secara garis besarnya aku udah bilang ke Shaka. Lagipula selera kami sama begitupula dengan bentuk tubuh. Aku udah bikin janji juga sama Mbak Pita kalian bakal fitting besok, katanya Mbak Pita bisanya setelah makan siang. Maaf ya?”

Hanum menghela nafasnya berat. Dia tidak begitu dekat dengan Shaka, ditambah lagi pertemuan pertama mereka tidak pada momen yang tepat. Tapi dia harus melakukannya karena memang hanya tinggal urusan dengan WO yang belum selesai.

“Baiklah Mas. Besok aku kan menemui Mbak Pita untuk itu.”

“Tunggu di rumah, aku meminta Shaka menjemputmu ke rumah. Atau kamu ada acara lain besok?”

“Tidak. Hari ini rencana aku akan mengunjungi kafe dan restoran jadi besok aku free.”

“Baguslah. Kalau begitu sudah dulu ya. Nanti aku hubungi lagi. Assalamu’alaikumm.”

“Wa’alaikumsalam.”

Entah kenapa rasanya Hanum merasa seperti akan menikah dengan Shaka bukan Sagam. Nama Shaka tidak pernah ketinggalan pada pembahasan rencana pernikahan mereka. Seperti saat mereka memilih cincin pernikahan, semua yang Sagam ingin kan selalu dengan embel-embel ‘Shaka suka ini’ atau ‘Shaka suka itu’. Tapi Hanum hanya diam, mungkin saja selera mereka berdua sama. Dan saat tadi Hanum ingin menanyakan alasannya ternyata mereka tidak cukup waktu untuk berbincang.

Di restoran
Hanum, Maya dan Lea saat ini sedang bereda di restoran mereka. Menjelang sore tadi Hanum dan Maya yang awalnya berada di kafe mereka pindah menuju restoran mereka sekaligus bertemu dengan Fillea disana. Sama halnya dengan kafe, lantai dua dari restoran ini adalah kantor serta tempat istirahat mereka dengan fasilitas tidak jauh beda dengan di kafe.

Saat ini mereka berada di spot terbaik restoran mereka yakni area outdoor. Restoran mereka di bagi menjadi dua area yakni area indoor dengan kursi dan meja serta duduk lesehan sedangkan area outdoor yakni dengan gazebo di kelilingi tanaman hijau serta pemandangan air terjun buatan dan kolam ikan di bawahnya.

Sore hari dengan semilir angin sejuk membuat siapapun yang memilih tempat outdoor akan merasa hidup kembali setelah lelah seharian beraktivitas. Meskipun restoran mereka baru saja buka, sudah banyak pengunjung yang datang karena suasana yang asri dan terasa sangat homey.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang