Part 25

970 58 6
                                    

Hanum sedang duduk menonton tv saat pintu rumah terbuka dengan cukup keras. Dia menoleh dan menemukan Shaka yang bersandar di pintu untuk menopang tubuhnya. Segera dia lari untuk membantu Shaka.

“Pak Tomo, tolong bantu saya memapah Mas Shaka ke kamar.” Pinta Hanum pada satpam rumah yang berada di teras saat itu.

“Ayo Mbak. Kalau Mbak Hanum nggak kuat biar bapak saja yang memapah, Mbak Hanum cukup pegangi Mas Shaka saja.” Hanum mengangguk menyetujui. Mereka membawa Shaka ke kamar dan merebahkannya di atas ranjang.

“Pak, saya minta tolong bawakan kopernya Mas Shaka kesini ya. Nanti taruh dipojokan kamar saja. Sama tolong minta Mbok Jum bawakan teh hangat dan air untuk kompres.”

“Baik, Mbak.”

Hanum lalu melepas sepatu dan kaos kaki yang dipakai Shaka. Mengambil pakaian ganti untuk Shaka dengan yang lebih nyaman daripada setelan jas formal.  Mengelap keringat di dahi Shaka. Sepertinya Shaka sedang demam karena saat Hanum membantu memapah Shaka tadi suhu tubuhnya terasa sedikit panas. Menghubungi dokter keluarga untuk memeriksa kondisi Shaka.

Tok tok

Mbok Jum mask bersamaan dengan Pak Tomo. “Non, ini teh hangat sama air kompresnya. Ada yang bisa mbok bantu lagi?”

“Nanti saya akan panggil mbok kalau butuh sesuatu. Pak tolong bantu saya mengganti baju Mas Shaka.” Pak Tomo mengangguk dan berdiri di samping Hanum. Meminta bantuan Pak Tomo untuk mengganti bajunya Shaka karena badan Shaka yang cukup besar untuk Hanum.

“Kalau begitu saya permisi Non.”

“Iya mbok. Nanti kalau dokternya sudah datang langsung antar kesini ya mbok.”

Mbok Jum hanya mengangguk lalu keluar kamar. Hanum dan Pak Tomo mengganti baju Shaka agar lebih nyaman dan juga baju yang sbelumnya basah karena keringat. Selesai mengganti baju, Pak Tomo undur diri dan Hanum duduk di damping Shaka untuk mengompres dahinya. Terlihat tidur Shaka kurang nyama karena dia bergerak gelisah. Sepuluh menit kemudian dokter keluarga Mahendra datang dan langsung mengecek kondisi Shaka.

“Bagaimana dok?” tanya Hanum setelah dokter selesai memeriksa.

“Yang pasti dia kelelahan. Dia terlalu memforsir tenaganya dan tidak diimbangi dengan makanan dan minuman yang bergizi sehingga dia demam dan flu. Untuk saat ini saya berikan suntikan vitamin dan resep obat serta vitamin untuk diminum yang bisa ditebus di apotek. Dia hanya butuh istirahat yang cukup untuk menyembuhkan demam dan flunya. Usahakan tidak sering bangun kecuali ke kamar mandi. Kalau keadaannya tidak menunjukkan kemajuan, bisa dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.” Jelas dokter pada Hanum. Hanum mendengarkan dengan seksama instruksi dokter.

“Baik dokter. Terimakasih sudah datang.”

“Kalau begitu saya permisi dulu.”

“Mbok, tolong diantar sampai depan ya dan minta Pak Tomo untuk menebus obat ini. Ini uangnya mbok. Kalau sudah tolong sekalian buatkan bubur biar obatnya bisa langsung diminum.”

“Baik, Non. Saya permisi.”

Hanum duduk dan mengompres lagi. Perasaannya terenyuh melihat kondisi Shaka saat ini. Kakek, Mama dan Papa sedang pergi ke Kalimantan untuk menghadiri undangan dari relasi bisnisnya. Rencananya mereka pulang masih dua hari lagi karena sekalian untuk liburan.

Akhir-akhir ini Shaka memang terlihat sangat sibuk. Setelah dua minggu mengurusi perpindahan kantor pusat perusahaannya, dia juga langsung memantau pembangunan resort di Lombok. Mungkin karena jadwalnya yang cukup padat dan makan jika ingat yang membuatnya tumbang sekarang.
Mbok Jum masuk mengantarkan bubur, obat dan segelas air putih kemudian keluar lagi. Jam menunjukkan pukul dua siang, Hanum harus membangunkan Shaka agar dia meminum obatnya sekarang. Memang Shaka sudah terlihat tidak sepucat tadi sebelum diberikan suntikan vitamin tapi tetap saja harus memiun obat untuk menurunkan demamnya dan flu.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang