Hanum merasa aneh dengan sikap Shaka. Awal mereka kenal Shaka orang yang irit bicara, cuek dan dingin. Namun setelah mereka menikah ada sedikit perubahan dalam diri Shaka. dia mulai sedikit banyak bicara, sikapnya manis dan sedikit usil juga. Sekarang, tepat satu bulan pernikahan mereka sepertinya Shaka mulai kembali ke sifat aslinya dulu. Atau mungkin hanya perasaan Hanum saja karena mereka sedang berjauhan.
Sudah dua minggu Shaka berada di New Zeland mengurusi perpindahan kantor pusatnya. Tiga hari yang lalu kantor pusatnya sudah resmi pindah ke Jakarta namun masih ada beberapa yang harus di lagi. Dan semenjak tiga hari lalu juga Shaka tidak pernah menghubuninya. Ingin Hanum menghubungi Shaka namun takut mengganggu Shaka.
“Hai… ngelamun aja pagi-pagi. Susulin gih suaminya kalau kangen.” Ujar Maya saat masuk ke ruangan mereka.
Saat ini Hanum dan Maya sedang berada di restoran mereka. Sedangkan Lea dia mengecek kafe yang berada di Lombok dan Bali.“Apaan sih, May.” Elak Hanum dan pura-pura fokus dengan kertas di depannya.
“Lagi ada masalah sama Mas Shaka? nggak baik lho kalau kelamaan marahnya.” Hanum menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “Terus kenapa?”
“Sudah tiga hari ini Mas Shaka nggak kasih kabar. Khawatir kalau dia kenapa-napa tapi takut ganggu kalau aku hubungi duluan. Sebelumnya, dia akan kirim pesan kalau nggak bisa telfon tapi ini sama sekali nggak kasih kabar.”
“Ya di hubungi duluan dong, Hanum. Wajar kalau kamu ngehubungi dia duluan. Kalaupun dia sibuk nanti saat dia senggang pasti akan menghuungi balik kan. Udah telfon sana daripada mukamu lecek gitu.” Hanum menuruti perkataan Maya namun beberapa kali mencoba tidak tersambung.
“Nanti dicoba lagi. Mungkin ponselnya dia nggak kebawa atau nggak ada signal. Ayo sekarang ke kafe.”
Hanum menganngguk lesu menuruti Maya. Apa mungkin dia membuat kesalahan sampai Shaka marah padanya. Tapi kalaupun iya kenapa baru tiga hari ini bukan sejak awal Shaka pergi. Hingga sore dia berada di kafe dan setelah sholat ashar dia baru pulang ke rumah.
“Assalamu’alaikum… lagi masak apa, Ma?” tanya Hanum saat memasuki dapur.
“Wa’alaikumsalam… kamu udah pulang?” Jawab Bu Annisa dan Mbok bersamaan. Hanum mengangguk dan mengambil minuman di meja dapur.
“Mandi sana. Pasti capek kan kamu seharian di kafe?”
“Nanti aja, Ma. Mau bantuin Mama dulu baru mandi.”
“Sudah sholat?” Hanum mengangguk dan berjalan mendekati Bu Annisa. “Ya sudah. Mama lagi masak lalapan ini. Papa lagi pingin makan lalapan katanya. Kamu bisa kan bikin tumis kangkung? Biar Mbok yang siapin bahan-bahan buat sambalnya.”
“Oke, Ma.”
Mereka sibuk memasak hingga pukul setengah enam. Hanum pamit ke kamar untuk membersihkan diri. Selesai mandi dan sholat, Hanum mengaji sebentar sebelum turun untuk makan malam. Sebelum turun Hanum mengecek ponselnya. Ada chat masuk dari Shaka.
Mas Shaka 16.50 wib
Ada apa?Me 18.20 wib
Nggak ada apa-apa. Cuma mau tahu kabarnya Mas saja.
Sehat kan?Mas Shaka 18.22 wib
Iya sehat.Me 18.23 wib
Mas Shaka kapan pulang?Mas Shaka 18.24 wib
Ini masih di Lombok. Mungkin satu minggu disini.
Nanti aku hubungi lagi.Me 18.25 wib
Mas Shaka hati-hati disana. Jangan lupa makan dan sholat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
RomantikHanum Khairunissa, perempuan 24 tahun seorang pembicara dan memiliki beberapa usaha dengan sifat ramah, sopan dan wajah yang ayu. Seorang perempuan berhijab yang mandiri sejak masa SMA. Sagam Alif Mahendra, laki-laki 28 tahun seorang polisi yang ber...