Part 6

589 34 0
                                    

Sudah dua bulan berlalu semenjak liburan keluarga di Malang. Sekarang Hanum ingin fokus dengan cafe yang ia dirikan dengan sahabat-sahabatnya. Dan lagi mereka berencara membuka restoran juga sehingga membutuhkan banyak tenaga dan fikiran untuk rencana ini. Hari ini mereka janjian bertemu di salah satu cabang café mereka untuk membahas lanjutan rencana mereka.

“Selamat datang, mau saya… lho Mbak Lea? Aku kirain pelanggan barusan.” Ucap salah satu pegawainya melihat Fillea yang masuk. “Silahkan masuk mbak. Mbak Hanum sudah dari pagi disini kalau Mbak Maya barusan datang.” Lanjut pegawai tersebut.

“Terimakasih Fitri. Aku naik dulu ya.” Jawab Fillea mendengar ucapan salah satu pegawainya.

Kafe yang mereka dirikan mempunyai dua lantai. Dimana lantai dua digunakan sebagai kantor mereka dan ruang pribadi Mereke seperti tiga kamar tidur, kamar mandi dan ruang tv untuk mereka bertiga jika mengharuskan untuk menginap. Lebih seringnya mereka akan tidur di ruang tv jika sudah berekumpul daripada tidur di kamar masing-masing.

“Assalamu’alaikum… Fillea yang cantik jelita, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung datang.” Seru Fillea heboh melihat kedua sahabatnya.

“Wa’alaikumsalam.” Hanum dan Maya berdiri dari duduknya dan menyambut Fillea dalam pelukan mereka.

“Astagaaa… Kangen banget sama kalian berdua. Sumpah kangen banget banget pokoknya.” Ujar Fillea usai cipika-cipiki dan melepas pelukan pada kedua sahabatnya.

“Kita juga, Lea. Kamu yang paling susah diajakin ketemuan. Sibuk terus nggak ada liburnya.” Cibir Maya karena memang Fillea yang paling susah diajak ketemuan.

“Yah gimana dong emang sibuk ini. Perusahaan lagi ada kerjasama bareng sama perusahaan luar negeri jadi kita musti ngebut kerja biar segera mencapai kata sepakat.” Keluh Fillea dengan kondisi perusahaan tempat dia bekerja. “Dan berhubung kita udah ngumpul gini nggak ada yang boleh bahas pekerjaan. Maunya cuma cerita, ngrumpi dan gossip. Buang semua ponsel kalian, nggak ada yang boleh pegang ponsel pokoknya. Hahahaha.” Imbuh Lea lagi.

“Kan kita mau bahas soal rencana pembukaan restoran kita. Lupa?” Lea mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Hanum.

“Hah iya juga sih!  Tapi kalau lagi ngumpul gini rasanya sayang kalau harus bahas pekerjaan aja. Kita udah lama nggak ketemu chattingan juga kadang-kadang. Pinginnya tuh cerita-cerita, manja-manja sama kalian tapi okelah kita bahas kerjaan dulu.” Ceorocos Lea.

Hanum dan Maya hanya tersenyum meihat kelakuan Lea. Sudah terbiasa bagi mereka melihat Lea yang semaunya sendiri seperti itu. Akhirnya mereka membahas tentang restoran yang ingin mereka buka. Sesekali beberapa pegawainya masuk ke ruangan bos mereka untuk mengantarkan makanan, minuman dan cemilan.

Dua jam lebih mereka membahas rencana pembukaan restoran baru ini. Dan mereka sekarang pindah ke ruang tv untuk santai dan saling bertukar cerita bahkan gosip juga.

Ada panggilan masuk di ponsel Hanum namun Hanum sedang pergi ke kamar mandi. Lea memberitahu Maya jika ada panggilan masuk jadi meminta Lea untuk mengangkat panggilan tersebut dan menunggu Hanum sebentar lagi.

“Halo.. Assalamu’alaikum?”

“……”

“Iya benar ini ponselnya Hanum tapi orangnya masih di kamar mandi. Mau nunggu atau nanti telfon lagi?”

“……”

“Oke. Oh itu Hanum udah balik.”
Lea menyodorkan ponsel Hanum dengan pandangan menggoda. Hanum bingung melihat reaksi Lea.

“Mas Sagam.” Ujar Lea tersenyum menggoda Hanum.

Entah sejak kapan tepatnya panggilan itu berubah. Mungkin karena seiring berjalannya waktu mereka mengenal lebih baik satu sama lain dan Hanum tahu bahwa Sagam lebih tua darinya dan sejak kecil Hanum di didik untuk menghormati orang yang lebih tua. Jadi berubahlah panggilan itu dengan tambahan kata ‘Mas’.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang