Part 1

1.4K 61 0
                                    

Hanum Khairunissa, perempuan berhijab yang ramah, sopan dan memiliki paras ayu. Standar kecantikan perempuan Indonesia dengan kulit kuning langsat, tinggi ukuran perempuan asia dan lesung pipi di kedua pipinya saat tersenyum.

Perempuan yang berprofesi sebagai seorang pembicara dan memiliki usaha bersama yang dia dirikan dengan sahabat-sahabatnya namun berbanding terbalik dengan sifatnya yang cukup tertutup padahal pekerjaannya mengharuskan Hanum bersosialisasi dengan banyak orang. Namun Hanum akan menjadi pribadi yang hangat dan penyayang apabila berada ditengah-ditengah keluarganya.

“Pagiii….” Seru Hanum ketika keluar dari kamarnya yang berada di samping ruang keluarga.

“Pagi juga sayang.” Jawab Pak Bagyo dan Bu Rita bersamaan pada anaknya.

Mereka sedang berada di meja makan untuk memulai sarapan bersama. Sudah menjadi kewajiban jika mereka harus sarapan bersama sebelum memulai aktivitas.

“Sarapan sama apa nih Bun?”

“Kamu maunya sarapan sama apa? Roti bakar, bubur ayam, lontong sayur sama nasi goreng. Tinggal pilih mau makan yang mana.” Jawab Bu Rita promosi.

“Banyak banget Bun, memang keluarganya Kak Hangga mau ikut sarapan juga?”

“Nggak, tadi habis jogging sama Ayah, mampir dulu ke taman depan perumahan ternyata banyak yang jualan. Eh si Ayah malah ngeborong, ini tadi kalo nggak Bunda stop pasti dibeli semua.” Omel Bunda yang hanya ditanggapi lirikan dibalik koran yang dibaca Ayah.

Hanum hanya tertawa mendengar omelan Bundanya, baginya ini sudah biasa karena setiap pagi Bundanya akan mengomel yang tentunya karena kelakuan suaminya. Tidak lengkap rasanya sebelum sarapan tanpa mendengar omelan nyonya rumah.

“Baiklah, karena ada banyak makanan di meja makan jadi Hanum mau makan mie goreng aja.” Ucap Hanum ringan.

“Lhaa? Kan mie goreng nggak ada Dek?” Jawab Bu Rita bingung.

“Ayah juga mau sarapan sama mie goreng kalau gitu. Kayaknya enak sarapan mie goreng special buatan Bunda.” Sahut Pak Bagyo setelah selesai dengan korannya.

Hanum yang mendengar jawaban Ayahnya hanya mengulum senyum saja karena sebentar lagi sang nyonya rumah akan merajuk atau mengomel lagi mungkin. Bunda menghembuskan nafas dengan kasar, meskipun sudah terbiasa dengan tabiat suaminya di waktu sarapan entah kenapa tetap saja rasanya menyebalkan. Terkadang suami dan anaknya akan menjadi tim yang solid untuk membuatnya kesal di pagi hari. Mengabaikan suami dan anak bungsunya, Bu Rita memulai sarapannya dengan nasi goreng.

“Bercanda Bunda sayang jangan marah malu sama cucu, iya nggak Dek?.” Kata Pak Bagyo menggoda istrinya lagi. Setelah itu mereka sarapan dengan diselingi godaan Ayah pada Bunda. Inilah setiap pagi yang Hanum lalui. Baginya Keluarga adalah tempat terbaik untuk berbagi dalam segala hal.

Hanum anak kedua dari dua bersaudara, ia mempunyai seorang Kakak laki-laki yang lebih tua delapan tahun darinya yakni Hangga Ramadhan. Hangga sudah berkeluarga, istrinya bernama Sekar Arumningtyas dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Erlangga Putra Ramadhan. Keluarga Hangga tinggal di kompleks perumahan yang sama dengan orangtua Hangga hanya berbeda blok saja.

Oleh karena itu panggilan ‘adek’ masih melekat padanya meskipun sudah beranjak dewasa. Selain merupakan anak bungsu yang pada umumnya memang selalu dimanja oleh orangtua dan saudaranya, Hanum merasa panggilan ‘adek’ jauh lebih terasa hangat dan merasa sangat disayangi oleh orangtua dan kakaknya. Begitupun dengan kakak iparnya, Sekar memperlakukan Hanum seperti adik kandungnya sendiri sehingga rasa kekelurgaan lebih erat.

“Ayah, Bunda.. Hanum mau minta ijin, lusa ada undangan mengisi seminar di Bandung. Acaranya cuma dua hari tapi berhubung selesai acara pas weekend jadi anak-anak satu tim mau sekalian liburan gitu, pulangnya minggu malam biar nggak macet.” Ucap Hanum minta ijin.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang