Part 7

506 32 1
                                    

Hari ini Sagam berencana untuk datang ke rumah Hanum. Mumpung dia masih ada di Jakarta dia ingin memanfaatkan waktu dengan baik untuk mengenalkan diri pada keluarga Hanum. Semalam menjelang tidur mereka bertukan pesan. Sagam menanyakan kegiatan Hanum untuk esok hari apa saja dan siang ini Sagam memiliki waktu bertamu ke rumah Hanum.

Saat sarapan Sagam tidak lelah terus tersenyum membuat keluarganya heran melihat Sagam.

“Kamu sehat Bang?” Ujar Mamanya dengan meletakkan tangan pada dahi Sagam mengecek suhu tubuh anaknya.

“Salah makan kali dia. Sejak kemarin dia seperti itu.” Sahut Kakek pada menantunya.

“Kamu kenapa Bang? Nggak kesambet kan?” Papanya juga ikut heran melihat anaknya terus tersenyum.

“Alhamdulillah sehat walfiat tanpa kekurangan satu apapun.” Jawab Sagam tanpa mengendurkan senyum di bibirnya.

“Pah telfon ustad Pah. Kayaknya anak kita kesambet deh.”

“Anak gadis mana yang membuat kamu senyum terus begitu?” Tembak Papanya tepat sasaran.

“Papa tahu dari mana?” Tanya Sagam bodoh.

“Kamu pikir Papa nggak pernah muda apa melihatmu terus tersenyum seperti itu. Anak gadis mana? Gadis kan? Kenalin sama Mama sama Papa.” goda Papanya.

“Hehehehe. Nanti Pah kalau dia sudah yakin sama Abang.” Sahut Sagam.

“Jadi beneran karena perempuan? Bau-baunya Kakek bakalan dapat cicit nih”

“Kok kamu nggak cerita sih Bang sama Mama.”

“Bukannya nggak mau cerita, Ma. Baru kemarin juga Sagam mengutarakan perasaan sama dia, belum sempat aja.”

Akhirnya mengalirlah cerita tentang mereka mulai dari awal bertemu sampai kemarin.

“Serius Bang langsung diajak nikah?”

“Iya Ma. Abang nggak mau kelamaan jadi langsung aja. Dia juga nggak nolak ataupun mengiyakan tapi meminta untuk mengenal keluarganya dulu bukankah itu bagus? Setidaknya dia memberiku kesempatan. Setelah aku mendapat restu dari kedua orangtuanya baru aku akan mengenalkan pada kalian. Nggak masalah kan?”

“Tentu saja tidak, Bang. Kami akan selalu mendukung Abang.” sahut Papanya.

"Maaf karena Abang nggak ijin dulu sama Mama, Papa dan Kakek untuk langsung mengajaknya menikah. Abang yakin dia perempuan yang tepat buat Abang. Nanti jika kalian sudah bertemu dengannya dan mengenalnya pasti kalian akan bisa langsung menerimanya dengan baik."

"Nggak apa-apa, Bang. Mama sama Papa percaya sama pilihan kamu. Cepat kenalkan kepada kami jika sudah mendapat restu dari keluarganya." Sahut Mamanya.

"Siapa namanya, Bang?"

“Hanum. Hanum Khairunissa Pah.” Papa mengangguk sebagai respon. “ Bekerja atau masih Kuliah?” sambung Mama.

“Dia soerang pembicara dan memiliki kafe di Jakarta setahuku. Nanti Mama bisa tanya dia. Dan hari ini Abang akan ke rumahnya untuk mengenalkan diri selagi masih ada waktu libur.”

“Bagus kalau kamu gerak cepat. Jangan terburu-buru tapi juga jangan terlalu lama biar nggak keduluan orang lain.” Ujar Kakek.

“Good morning…” Sapa seseorang masuk ruang makan.

“Abang udah selesai, mau siap-siap dulu terus langsung berangkat ke rumah Hanum.” Undur Sagam.

“Iya. Nanti langsung berangkat aja nggak usah pamit lagi biar nggak diganggu sama itu orang.” Sahut Mamanya dan di angguki Papa dan Kakeknya.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang