Part 14

500 37 0
                                    

Hari ini Hanum diminta Bu Anisa untuk datang ke rumahnya karena Bu Anisa ingin mengajak Hanum untuk melihat persiapan pernikahannya yang ditangani oleh Mama Anisa. Tidak hanya Hanum tapi juga dengan Bunda Rita. Sekalian jalan-jalan menurut Bu Anisa.

Rencana mereka dimulai dengan menemui pihak katering, butik yang menangani baju seragam keluarga dan terakhir toko perhiasan tempat Sagam dan Hanum memesan cincin pernikahan. Bu Anisa menjemput Hanum dan Bundanya untuk langsung menuju tempat katering. Mereka tidak diperbolehkan membawa mobil sendiri karena nantinya Shaka akan bergabung saat mengambil cincin dan akan diantar pulang oleh Shaka.

“Assalamu’alaikum.. calon besan. Aduh tambah singset aja Jeng, saya nggak mau kalah dong sama Jeng Rita biar nanti kita nggak kalah cantik sama pengantinnya.” Ucap Bu Anisa saat Hanum dan Bundanya keluar rumah menghampiri mobil Bu Anisa. Kemudian mereka cipika-cipiki dan Hanum mengulurkan tangan pada Mama Anita untuk salim.

“Duh, Jeng Anisa bisa aja. Sudah tua begini ya nggak mungkin lah bisa menyaingi pengantinnya nanti.” Balas Bu Rita yang mengundang tawa Bu Anisa dan Hanum.

“Saya mau minta maaf dulu, nanti setelah dari butik saya harus pulang karena haru mengahadiri undangan dengan Ayahnya Hanum setelah maghrib. Jadi, Jeng Anisa bisa lanjut sendiri dengan Hanum. Tidak apa-apa kan?” lanjut Bunda Rita.

“Ya nggak apa-apa, Jeng. Kalau begitu Hanumnya saya ajak ke rumah dulu boleh? Nanti biar diantar Shaka pulangnya.”

“Ya boleh dong, Jeng. Saya malah seneng kalau Hanum bisa lebih dekat dengan keluarga calon suaminya.”

“Wah, baguslah kalau begitu. Saya jadi bisa berlama-lama dengan Hanum. Maklum saya tidak punya anak perempuan jadi dengan adanya Hanum saya senang sekali akhirnya ada perempuan lain di rumah selain saya. Kalau begitu ayo berangkat sekarang biar nanti Jeng Rita nggak telat datang ke acaranya.”

Mereka lalu berangkat menuju tempat katering. Hanum duduk di depan membiarkan kedua ibu duduk di kursi belakang dan saling bertukar cerita. Hanya satu jam mereka berada di katering karena semuanya selesai lebih cepat dan pemilihan menu tanpa ada perbedaan pendapat yang berarti. Hanum hanya menjadi pendengar yang baik dan sesekali menimpali jika ditanyai pendapat mengenai makanan tertentu. Setelah itu mereka langsung menuju butik. Disana mereka janjian dengan Maya, Fillea dan juga Sekar.

Butik yang dipilih oleh Mama Anisa sangat detail dalam pengerjaan. Baju seraam yang mereka pesan sudah jadi dan hanya menambahkan detail-detail bajunya atau payet saja. Satu-persatu dari mereka mencoba baju masing-masing. Semuanya pas tidak ada komplain tinggal menunggu baju mereka benar-benar selesai kemudian fitting untuk terakhir kalinya. Hanya milik Sekar yang perlu dirombak sedikit di bagian dada. Maklum karena dia sedang menyusui jadi baju yang dikenakan harus senyaman mungkin dan memudahkan dia untuk menyusui tentunya.

Saat mereka keluar dari butik jam menunjukkan pukul satu siang. Mereka memutuskan makan di mall tempat Hanum memesan cincin. Mereka memilih restoran sushi untuk menu makan siang mereka. Hingga pukul tiga sore mereka masih berada di restoran yang sama. Banyak bertukar cerita tapi lebih dominan membahas pernikahan Hanum dan Sagam. Maya dan Fillea pamit lebih dulu untuk mencari kado pernikahan Hanum di mall yang lain. Karena mereka sudah melihat-lihat di mall ini dan tidak ada yang membuat mereka tertarik. Sepuluh menit kemudian Hangga datang untuk menjemput Bunda dan istrinya serta anakanya.

Setelah semua pergi, Hanum menuju kasir dan membayar semua tagihan kemudian Bu Anisa mengajaknya menuju supermarket sambil menunggu Shaka datang.

“Halo…Assalamu’alaikum.” Ucap Bu Anisa. Mungkin Shaka yang telfon.

Wa'alaikumsalam.. Mama lagi dimana?”

“Di supermarket, bagian ikan. Kesini aja langsung.”

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang