Hanum terbangun karena merasakan kecupan diseluruh wajahnya. Dia masih sangat mengantuk karena aktivitasnya semalam bersama Shaka baru berakhir jam satu pagi. Kecupan yang awalnya hanya sesekali berubah menjadi tanpa jeda. Mau tidak mau Hanum membuka matanya.
Cup… cup…cup...
Kecupan mendarat di kedua pipinya saat Hanum benar-benar membuka matanya.
“Lelah?” tanya Shaka dengan senyum menggoda. Hanum memandang Shaka yang berada di atasnya. Wajahnya bersemu merah mendengar pertanyaan Shaka. Untunglah lampu kamar temaram jadi wajah merahnya tidak terlihat oleh Shaka. Mungkin.
“Sekali lagi ya sebelum subuh?” sambung Shaka melihat Hanum hanya diam menatapnya dengan sesekali mendaratkan kecupan di wajah Hanum.
“Jam berapa?” tanya Hanum serak khas suara baru bangun tidur. “Mas nggak lelah?” Shaka menggeleng dengan senyum mengembang menjawab pertanyaan Hanum. “Baru jam empat, masih sempat kok kalau sekali lagi.” Hanum mengalungkan tangannya di leher Shaka dan mengecup bibir Shaka sebentar sebagai jawabannya.
Senyum Shaka semakin lebar mendapat persetujuan dari Hanum. Lagi-lagi Shaka mencumbu Hanum dengan sangat pelan dan lembut. Memprioritaskan kenyamanan Hanum daripada nafsunya. Dirasa cukup mencumbu Hanum, Shaka membalikkan posisi mereka hingga Hanum berada di atasnya. Hanum menjerit tertahan karena pergerakan Shaka yang tiba-tiba merubah posisi mereka.
“Mas…” protes Hanum dengan menahan malu. “Gantian ya. Mas bantuin kok tenang aja.” Ujar Shaka lembut menyakinkan Hanum.
Seperti yang dikatakan Shaka bahwa dia akan membantu Hanum hingga mereka sama-sama mencapai puncak bersamaan. Hanum merebahkan dirinya di atas Shaka, dia kelelahan dan kecupan berkali-kali dia rasakan di puncak kepalanya. Shaka memiringkan tubuhnya merebahkan Hanum di ranjang. Shaka bangun mengambil celana tidurnya dan menggapai kaos yang letaknya sedikit lebih jauh dari celana tidurnya. Di pakaikannya kaos tersebut pada Hanum dan membantu bangun untuk mandi.
“Bisa jalan?” tanya Shaka menatap Hanum lembut. Sebuah gelengan yang diberikan Hanum karena dia memang benar-benar lelah dan merasakan sakit dan pegal di sekujur tubuhnya. Shaka menggendong Hanum menuju kamar mandi untuk mandi dan wudhlu untuk menunaikan sholat subuh.
Selesai sholat subuh, Hanum duduk di pinggir ranjang memperhatikan Shaka membereskan peralatan sholat mereka. Setelah selesai Shaka menghampiri Hanum dan berlutut di depannya. Mengambil kedua tangan Hanum untuk digenggamnya dan dikecupnya cukup lama.
Shaka Pov
“Banyak yang ingin mas katakan padamu tapi mas tidak bisa menemukan kata-kata yang cocok untuk mengutarakannya." Ucapku ketika aku sudah duduk bersimpu di depan Hanum. Aku terdiam sejenak memastikan Hanum mendengarkan apa yang ingin ku katakan dan menggenggam kedua tangannya. Hanum hanya diam memandangku, menungguku melanjutkan apa yang akan aku katakan.
"Terima kasih. Hanya itu yang bisa mas ucapkan untuk mewakili semua yang mas rasakan sekarang.” Ku kecup tangan Hanum. “I love you. Aku berharap ini adalah tangisan bahagia bukan kesedihan” Sambungku mengusap pipi Hanum yang basah.
“Aku juga mencintai Mas. Besok kita nyekar ke makam Mas Sagam ya.” Aku mengangguk menyetujui Hanum. Aku berdiri dan duduk di samping Hanum lalu merengkuhnya dalam pelukanku.
Sungguh aku tidak menyangka jika kebahagiaan ini akan datang padaku. Hanum yang kupikir sulit untuk kumiliki karena dia sebelumnya adalah calon kakak iparku dan aku hanya menggantikan posisi saudara kembarku menjaganya. Tidak disangka dia memiliki perasaan yang sama denganku.
“Sebagai awal yang baru dalam rumah tangga kita… sekali lagi ya?” aku bisikkan kata terakhir di dekat telinganya dan dia mengurai pelukan kami.
“Mas…” dia terlihat sangat terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
RomanceHanum Khairunissa, perempuan 24 tahun seorang pembicara dan memiliki beberapa usaha dengan sifat ramah, sopan dan wajah yang ayu. Seorang perempuan berhijab yang mandiri sejak masa SMA. Sagam Alif Mahendra, laki-laki 28 tahun seorang polisi yang ber...