Part 15

878 58 4
                                    

“Aku sudah dengar dari Shaka kejadian tempo hari. Bagaimana kondisi kaki kamu?” Tanya Sagam saat mereka sedang video call.

“Baik kok Mas, masih nyeri aja sedikit kadang-kadang.”

“Yakin cuma itu saja? Nggak mau cerita kalau kondisi kaki kamu jauh lebih parah dari itu? Aku dengar dari Shaka kalau pergelangan kaki kamu nggak hanya keselo tapi juga retak sedikit. Kenapa nggak jujur saja sama Mas?”

Hanum hanya diam mendengar ucapan Sagam. Memang dia tidak menceritakan kondisinya yang sebenarnya pada Sagam. Alasannya karena dia merasa tidak enak karena bisa dibilang Felly masih saudara dari Sagam.

“Kamu merasa nggak enak karena Felly keponakannya Budhe gitu. Kamu sudah lihat sendiri kan bagaimana sikap Shaka padanya. Sikapku juga sama seperti Shaka, kami berdua tidak pernah menyukai sikap Felly. Terutama dengan dia yang selalu mengejar-ngejar kami. Jadi mulai sekarang jangan pernah sungkan untuk mengatakan semuanya padaku jika nantinya Felly dan Budhe mengganggumu. Aku ingin kamu merasa aman dan nyaman di tengah-tengah keluargaku. Bisa?”

“Akan aku usahakan Mas.”

“Maaf ya bangunin kamu jam segini. Aku ingin kamu temanin sampai nanti seperti biasa. Biar kamu nggak ngantuk, kamu simak aku ngaji ya.”

Memang mereka video call tidak seperti biasanya. Setelah sholat malam Sagam menghubungi Hanum. Saat ini masih jam tiga pagi dan biasanya mereka akan video call setelah sholat subuh sampai menjelang Sagam akan apel pagi.

Sagam mengaji dengan khidmat hingga membuat Hanum yang mendengarnya sampai menitikkan air mata. Lantunan ayat-ayat Al-quran yang indah ditambah dengan suara Sagam yang merdu saat membacanya. Untungnya dia merekam semuanya sejak awal mereka video call. Sehingga jika Hanum ingin mendengar Sagam mengaji dia hanya perlu memutar video rekamannya. Bahkan saat sholat subuh pun Sagam melarang Hanum untuk mematikan sambungannya agar nanti setelah sholat subuh mereka bias langsung berbicara.

“Dua hari lagi tugasku disini selesai dan aku pilih langsung pulang. Nanti kamu kerumah pas jadwalku pulang ya. Nggak boleh ke rumah Mama kalau nggak dua hari lagi. Semalam aku udah bilang sama Mama kalau kamu bakalan datang dua hari lagi pas aku pulang. Kalau yang lain pingin ketemu kamu ya ketemu aja di luar janjian dimana gitu atau main aja ke rumah kamu. Pokoknya apapun yang terjadi kamu datang ke rumah dua hari lagi. Oh ya kamu sudah terima paket dariku? Suka?”

“Alhamdulillah suka Mas. Terimakasih banyak tapi kenapa mesti repot-repot gitu.”

“Hahaha..Nggak repot kok. Shaka yang repot soalnya dia yang aku mintai pendapat untuk memilih gamis itu tapi malah aku beli dua-duanya. Kamu pakai yang hitam ya, aku suka modelnya. Simple tapi modis, dua hari lagi kamu ke rumah pakai yang itu ya. Aku pingin lihat.”

“Iya insya’allah Mas.”

“Ya sudah aku tutup besok aku telfon lagi. Jangan lupa pesanku, ke rumah Mama dua hari lagi pakai baju gamis hitam itu.”

“Iya Mas. Kamu hati-hati ya disana.”

“Iya, Love you. Assalamu’alaikum.”

Ini pertama kalinya Sagam mengatakan cinta pada Hanum. Hanum terpaku mendengar perkataan cinta Sagam. Cukup lama Hanum terdiam dan memandang Sagam tanpa berkedip. Perasaannya terasa menghangat mendengar ucapan cinta Sagam. Namun Hanum masih bingung dengan perasaannya kepada Sagam hingga saat ini. Sagam tersenyum lembut melihat reaksi Hanum. Rasanya tidak akan puas memandang wajah ayu Hanum ditambah dengan ekspresi terkejutnya sekarang. Hingga akhirnya Hanum mendapatkan kembali suaranya dan menjawab salam dari Sagam tadi kemudian sambungan video call tersebut terputus.

Selesai telfon, Hanum mengambil kruk lalu menuju dapur membantu Bunda memasak. Karena kejadian Hanum jatuh hingga membuat kakinya keseleo bahkan retak, Hanum memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang pembicara dan digantikan oleh Vita sepenuhnya. Selain itu, dua minggu lagi adalah pernikahan Hanum dan Sagam jadi Hanum memilih fokus menjadi ibu rumah tangga dan fokus dengan kafe dan restorannya.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang