Part 5

638 33 3
                                    

Sagam Pov
Aku tidak menyangka akan bertemu perempuan itu lagi disini. Semenjak pertemuan kami, aku memang tidak bisa melupakannya. Aku sering meilihat fotonya di ponselku. Mengingat wajahnya yang teduh membuatku merasa tenang. Bahkan Sakha mengatakan jika aku seperti orang bodoh terus melihat foto yang tidak terlihat jelas wajahnya.

Disaat liburan keluarga ini, aku merasa bahwa ini adalah keputusan terbaik yang aku ambil karena bisa bertemu lagi dengannya bahkan berkenalan dengannya.

“Bang mau makan apa? Daritadi cuma diliatin terus makanannya. Nggak selera?” Tanya Mama yang melihatku hanya tersenyum melihat makanan di depanku.

Saat ini kami sedang makan malam setelah pulang dari kebun apel. Mungkin Mama heran melihat kelakuanku dua hari terakhir. Pasalnya sejak dua hari yang lalu semenjak bertemu lagi dengan perempuan yang baru aku ketahui namanya, membuatku terus tersenyum mengingatnya.

“Lagi kasmaran dia Ma. Jangan diganggu.” Ujar Sakha yang merasa aneh melihatku tersenyum terus menerus.

“Serius kamu Bang? Sama siapa? Kenalin dong sama Mama.”

Kata Mama senang, mendengar bahwa anaknya sedang jatuh cinta. Soalnya diantara kami berdua belum pernah ada yang mengenalkan seorang perempuan pun pada  Mama.

“Jangan dengerin Sakha, Ma. Lagi mabuk dia, omongannya ngawur.” Kilahku.

Bukannya aku tidak ingin bercerita, hanya saja aku baru saja berkenalan dengan Hanum. Aku tidak ingin sesumbar sebelum pasti mengenai Hanum. Memang aku akui jika tertarik kepada Hanum tapi itu saja tidak cukup.

“Iya juga nggak apa-apa kali, Bang. Sudah waktunya juga kalian memikirkan masa depan.” Kakek ikut memojokkanku untuk berkata jujur.

“Papa juga nggak masalah kalau kalian mulai meperkenalkan seseorang kepada kami. Jodoh tidak akan tahu, kalaupun tidak berjodoh kita tetap bisa bersillaturahmi kan, yang pasti harus seiman ya. Jadi kapan Bang mau dikenalin?”

“Aku tidak tahu. Ini baru pertemuan kedua kami, itupun tidak sengaja dan kami baru kenalan juga. Meskipun Aku tertarik padanya tapi ini masih terlalu awal untuk langsung mengenalkan pada keluarga. Nanti jika memang kami diberi kesempatan lagi untuk bertemu Aku akan meminta nomor ponselnya itupun jika dia tidak keberatan memberikannya.” Jelasku agar mereka mengerti situasiku saat ini dengan Hanum seperti apa.

“Mama percaya dengan pilihan kalian berdua. Mama tidak ingin menghakimi seseorang tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Yang terpenting bagi Mama, dia perempuan yang shalehah dan memahami kodratnya sebagai perempuan dan ibu rumah tangga meskipun sebagai wanita karir juga.” Terang Mama.

“Papa juga setuju dengan Mama. Kenalkan dulu kepada kami sekalipun nantinya kami tidak menyukai perempuan yang kalian bawa tapi setidaknya kami sudah mengenalnya sebelum menilai. Papa juga yakin kalian tidak akan mengenalkan sembarangan perempuan, terutama kamu Sakha. Jangan kamu pikir Papa tidak tahu jika kamu selalu bergonta-ganti teman kencan. Beruntung hanya sekedar itu jika berlanjut ke ranjang Papa sendiri yang akan menyeretmu pulang.” Sahut Papa menanggapi ucapan Mama.

Aku hanya tertawa melihat ekspresi terkejut Sakha. Memang apa yang dikatakan Papa benar adanya dan Sakha tidak menyangka jika Papa mengetahui kelakuannya.

“Aku tidak melakukannya. Hanya sekedar dekat.” Bela Sakha. Dia mencoba untuk tetap tenang. “Jika benar apa yang dikatakan Papa, akan Mama potong juniormu itu.” Sambung Mama kesal mengetahui kelakuan Sakha.

“Aku tahu Ma.. Aku tahu batasannya, tenang saja.” Sakha mencoba menyakinkan kami semua.

“Kalo Kakek tidak masalah selama Kakek bisa mendapatkan cicit dengan cepat.” Ujar Kakek mencoba mencairkan emosi Mama dan Papa, yang ada justru mengundang tatapan membunuh dari kami kecuali Sakha.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang