Part 17

502 37 0
                                    

“Hanum minta maaf Ma, karena baru datang hari ini.” Ujar Hanum saat menemui Bu Anisa di kamarnya.

Memeluk Bu Anisa yang kembali menangis tersedu saat melihat Hanum masuk kamarnya dengan memakai kruk. Cukup lama Bu Anisa memeluk Hanum hingga membuat Hanum merasa kebas pada kaki dan tubuhnya karena posisi duduknya yang kurang nyaman. Sesuai dengan pemintaan Sagam, Hanum datang ke rumah Sagam saat hari kepulangan Sagam bertugas. Saat dia memasuki rumah tadi, banyak tatapan sinis dari keluarga Sagam untuknya terutama Budhe Anna dan Felly.

Wajar jika mereka menatapnya seperti itu, sebagai calon istri Sagam dia tidak ada saat jenazah datang bahkan sampai pemakaman selesai. Hanum menyalim satu-persatu keluarga yang ada dan tangannya di tampik oleh Budhe Anna serta Felly saat berada di depan mereka. Shaka yang berada tidak jauh dari ruang tamu langsung menghampiri Hanum dan menuntunnya menuju kamar Mamanya.

“Ngak apa-apa Sayang. Mama tahu itu permintaan Sagam, yang terpenting sekarang kamu ada disini. Jangan perdulikan orang lain, mereka tidak tahu jika Sagam yang melarangmu datang. Kamu menginap disini ya, temani Mama.” Ujar Bu Anisa setelah dia melepaskan pelukannya pada Hanum dan mampu menguasai diri setelah menangis. Mereka duduk berhadapan di atas kasur dengan Bu Anisa bersandar pada kepala ranjang. Wajah ayunya terlihat sembab dan sayu.

“Tapi Ma…”jawab Hanum ragu.

“Sudah Mama bilang, jangan perdulikan omongan orang lain. Mama yang akan mengatasi mereka, kamu cukup ada disini sama Mama, Papa, Shaka dan Kakek. Mama akan memberitahu Bundamu agar kamu di ijinkan menginap disini.” jelas Bu Annisa meyakinkan Hanum.

“Melihat kamu… Mama merasa jika Sagam masih ada disini. Saat Sagam menghubungi Mama, tidak ada firasat apapun jika Sagam akan pergi meninggalkan Mama. Kami video call seperti biasanya namun malam itu kita melakukan panggilan video call grup. Padahal seluruh keluarga sedang berkumpul saat itu. Kakek menyarankan untuk mengajakmu juga tapi Sagam menolak. Dia bilang dia akan menghubungimu sendiri nantinya karena nggak mau diganggu sama kita semua. Kami mengbrol seperti biasanya tidak ada yang aneh. Dia tidak berhenti menggoda Shaka yang masih betah sendiri. Mengatakan jika dua hari lagi dia pulang dan akan segera menikah denganmu. Membuat Shaka yang awalnya mengabaikan ucapan Sagam jadi terbawa emosi lebih tepatnya merajuk. Sagam hanya tertawa melihat reaksi Shaka karena memang Shaka tidak pernah bereaksi seperti itu. Menasehati Shaka untuk berhenti berkencan dan mencari satu perempuan terbaik untuk dijadikan istri. Perempuan shalehah seperti kamu yang harus Shaka cari. Mengatakan kepada kami bahwa kami harus menjagamu sampai dia pulang nanti. Meminta kami tidak mengajakmu ke rumah sebelum dia pulang. Pokoknya apapun yang terjadi jangan membawamu datang ke rumah, jika tidak ada Sagam atau Shaka di rumah sampai dia pulang.” Lanjut Bu Anisa.

Menggengam tangan Hanum cukup erat saat bercerita. Mencoba untuk tetap tegar dihadapan Hanum karena tidak hanya dia yang merasa kehilangan Sagam. Hanum hanya mengelus punggung tangan Bu Anisa untuk menguatkannya. “Mama sudah makan? Jika belum ayo Hanum temani makan.” Hanya itu yang mampu Hanum ucapkan setelah mendengar cerita Bu Anisa.

Bu Anisa menatap Hanum lama, dia merasa sesak yang dia rasakan karena kepergian putranya sedikit menghilang dengan menatap wajah Hanum. Mengusap wajah Hanum dengan pelan dan menganggukkan kepala mendengar ajakan Hanum. Mereka keluar kamar bersama dengan Bu Anisa menuntun Hanum untuk berjalan. Mengabaikan tatapan sinis kepada Hanum. Menuju meja makan dan meminta Mbok Jum untuk memanggil Shaka dan keluarga yang lain untuk makan bersama. Mbok Jum tersenyum senang mendengar ucapan majikannya karena dari kemarin majikan perempuannya ini belum makan sama sekali. Lalu pergi ke lantai dua dan memanggil Shaka untuk makan bersama.

Hari menjelang sore ketika mereka mulai makan. Hanya ada Pak Wisnu, Pak Haryo, Shaka, Radit, Risma, Rista, Bu Anisa dan Hanum di meja makan. Sedangkan keluarga yang lain enggan bergabung karena Hanum. Menunjukkan dengan terang-terangan jika tidak menyukai Hanum.

Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang