Happy reading!
•
•
•Pagi pagi sekali Sarah mendapat telepon dari Devan, mengatakan kalau hari ini ia akan berangkat sendiri tanpa Sarah. Sarah pun dengan senang hati menerimannya, lain lagi jika Sarah ditelepon pagi pagi hanya untuk datang dan membuatkannya sarapan. Ugh! Tampaknya semakin kesini Sarah semakin bosan melakukan pekerjaan bagai istri tapi tak bersuami.
Hari ini ia datang sesuai jadwal rapat yang diadakan. Demi rapat pagi ini, Sarah rela hanya tidur selama empat jam agar ia sama sekali tak melakukan kesalahan. Namun semuanya pupus kala saat ia datang diruang rapat, Devan justru sudah berada disana. Dan parahnya lagi adalah Devan sedang berdiri ditempat yang harusnya Sarah lah yang disana.
Suara pintu yang terbuka menarik atensi seluruh orang disana. Apa maksudnya ini! Devan bilang dirinya yang harus memimpin rapat, kenapa sekarang berubah? Sial! Bisa bisanya ia masuk kedalam jebakan maut milik Devan. Ia jelas saja dikerjai, dan bodohnya ia tak tahu akan hal itu. Apalagi sekarang ia harusnya menjadi pengganti sekretaris Arya, kan.
"Oh iya Sarah saya lupa kalau hari ini kamu jadi sekretarisnya pak Arya, jadi kemarin saya nyuruh kamu menghafal. Sorry ya," ujarnya tersenyum manis. Sangat manis malah. Sampai-sampai Sarah rasanya ingin mengarungi Devan dan menceburkan nya ke sungai hingga kemanisan nya itu luntur.
"Sorry dengkulmu," gumam Sarah dengan senyum tipis yang ia tunjukan. Orang orang disana hanya menatap bingung ke arah Sarah. Mereka hanya diam membiarkan Devan kembali melanjutkan presentasinya.
"Kalau tidak ada urusan silahkan pergi kamu mengganggu disini."
Lagi-lagi Sarah hanya tersenyum. Saking sibuknya mengumpati Devan Sarah sampai belum beranjak dari tempatnya.
Brak!
Setumpuk berkas yang sejak kemarin ia bawa sekarang dibanting di atas meja. Kesal. Bisa bisanya setelah mengerjai Sarah tanpa kasihan Devan malah tersenyum manis tanpa dosa.
"Kurang ajar! Beraninya tuh orang ngerjain gueeeeee astagaaaa sabarrr orang sabar jodohnya ganteng Sarah... "
Di meja kerjanya sebagai sekretaris Sarah meluapkan kekesalannya. Mulai dari menjambak rambutnya sendiri hingga menghentak hentakan kakinya kuat diatas lantai. Merasa frustasi dan juga ingin menangis secara bersamaan.
Matanya kemudian menatap bekal sarapan milik Devan yang masih terisi penuh. Jelas sekali Devan belum memakan sarapannya karena dirinya lah yang membawa makanan tersebut. Ditengah amarah dan juga bisikan setan yang ia dapat, Sarah jadi terpikirkan sesuatu untuk membalas perbuatan Devan padanya.
-
Devan baru saja menyelesaikan rapatnya. Pukul sepuluh pagi ia pun baru kembali ke ruangannya berniat untuk sarapan. Setelah melewati meja kerja Sarah yang sekarang kosong dan menyambar bekal yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya itu, Devan pun bergegas memasuki ruangan.
Tak ada yang aneh hingga ia benar benar menghabiskan seluruh makan didalam kotak bekal tersebut. Hingga sampai disuapan terakhir barulah ia merasa perutnya sedikit mulas dan buru buru masuk kedalam kamar mandi.
Untuk pertama kalinya Devan merasa seperti ini. Biasanya ia tak mengalami apapun walaupun telat makan sekalipun. Tapi kali berbeda, lagi lagi perutnya mulas. Membuatnya kembali berulang kali memasuki kamar mandi dengan tubuh yang sudah lemas. Keringat dingin bercucur didahi mulusnya. Dasi yang tersusun rapih pun sudah tidak berbentuk lagi akibat ia menariknya kencang supaya sedikit longgar.
Merasa lelah karena terlalu sering keluar masuk kamar mandi tangannya kemudian terulur ingin menghubungi Sarah. Disaat seperti ini hanya Sarah lah yang bisa membantunya. Baru saja ingin menekan tombol, Devan mengurungkan niatnya. Sarah sedang bekerja untuk Arya sekarang. Ia kemudian beralih menghubungi asistennya.
"Iya pak ada yang bisa saya bantu?" tanya Risa selaku asistennya.
"Tolong belikan obat pereda mulas, ah tidak obat diare maksud saya," ujar Devan sembari menahan kembali mulas diperutnya.
"Mau yang pil atau sirup?"
"Cari saja! Intinya obat sakit perut!" geram Devan kemudian kembali memasuki kamar mandi. Ia benar benar tak habis pikir dengan asistennya itu, bisa-bisanya dikeadaan genting justru menanyakan mau yang pil atau sirup. Memangnya ada obat sakit perut dalam bentuk cair? Entah asistennya yang benar atau ia yang tak tahu kan yang terpenting obat sakit perut. Begitu saja susah!
"Kenapa lama sekali?!" sentak Devan sembari menyambar obat ditangan Risa.
Risa tak menjawab, berdiri didepan meja kerja milik Devan sembari menunggu sang boss selesai memakan obatnya.
"Kasihan pak Devan," cicitnya merasa iba.
Devan yang sedang menenggak air minum langsung melirik ke arah Risa tak mengerti. "Apa maksud kamu?"
Risa lalu mendongak "Kayaknya mbak Sarah kebanyakan ngasih obat ke makanan bapak."
Devan mengernyit, obat apa yang dimasukan Sarah kedalam makananannya. Ah berarti kemalangannya sejak tadi tak lain adalah karena ulah sekretarisnya itu. Awas saja gajinya akan ia potong 100%
"Kalau kamu tahu kenapa gak dicegah huh? sekongkol sama dia, begitu?"
"Saya gak tahu pak suer cuma liat sekilas doang terus denger mbak Sarah bilang siap siap pantat lo panas kalo perlu kebakar sekalian. Saya mana berani negur senior pak."
"Dia bilang begitu?!"
"Panggil dia kesini!"
•
•
•
YANG GAK VOTE SEMOGA JOMBLO TERUS NGAHAHA!
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE BOSS
RandomSarah Adinda. Adalah seorang sekretaris, ralat budak korporat dari seorang laki-laki bernama Devan. Mendadak dituduh selingkuh saat pergi kencan buta oleh bossnya sendiri. Padahal keduanya sedang tidak terlibat hubungan apapun. Saat kencan buta mi...