Sepuluh juta

8.4K 823 19
                                    

Hallo, hallo muehehe, nungguin tydack? happy reading!
.
.
.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas lebih lima belas menit. Waktu istirahat bagi para karyawan dan pekerja lainnya sekedar untuk menikmati kopi atau pun makan siang.

Hingga saat ini pun Satria masih berada di perusahaan Devan. Laki-laki itu sedang tak mood untuk kembali bekerja. Jadi lah dia berdiam di kantor Devan dan sekarang tengah duduk di kantin menikmati makanannya. 

"Gara-gara Lo, makan siang gue kurang," tutur Devan kepada Satria. Makan siang yang sengaja Sarah buatkan untuk Devan memang habis di makan oleh suami dan juga kakaknya. Rebutan, tentu saja. Apalagi sekarang porsi makan Devan bertambah lebih banyak dari biasanya. Tentu saja satu dibagi dua tak akan cukup untuk menenangkan perutnya itu.

"Udah mending Lo cari istri deh, ngerecokin rumah tangga orang aja!"

"Jangan sampe anak gue lahir Lo belom nikah!" tambahnya lagi yang semakin membuat kuping Satria panas.

Sarah dan juga Vivi, yang tadi Sarah paksa untuk ikut makan siang disana hanya jadi pendengar setia.

"Sssstttt diem! gue gak khawatir kalo belom nikah sampe sekarang, gue lebih khawatir kalo anak Lo cewek."

Mendengar ucapan Satria, Devan mengerutkan keningnya tak mengerti, "terus kenapa?"

"Anak perempuan pertama, katanya itu versi cewek dari bapaknya, bayangin aja kalo Sarah ngelahirin anak cewek, masa ntar cantik-cantik kelakuan setan!" sinis Satria

Devan hanya manggut-manggut, "lebih kasihan anak gue ntar, punya Om, tapi gay." ujar Devan yang langsung membuat Satria terbatuk karena terkejut.

"Sialan!"

Setelah itu tak lagi terdengar percakapan antara keduanya. Vivi yang sejak tadi menyimak pembicaraan pun akhirnya berbisik kepada Sarah yang sedang duduk di depannya.

"Pak Satria beneran gay?"

Sarah menggeleng sebagai jawaban. Masih sibuk dengan makanannya sekarang.

"Tapi lucu gak sih, kalo pak Satria nge-gay bareng pak Devan?"

"LEBIH LUCU KALO DIA NGE-GAY SAMA BAPAK KAMU! "

"GUE BUKAN GAY SIALAN!"

Vivi menjatuhkan sendok di tangannya. Matilah dia, karena Devan mendengar perkataannya barusan. Apalagi Satria juga ikut menimpali perkataan Devan.  Suasana meja tersebut mendadak dipenuhi hawa mencekam untuk Vivi, ia merasa karirnya sedang berada di ujung tanduk sekarang, ah tidak! di ujung jurang lebih tepatnya.

Di saat kebingungan dirinya hendak melakukan apa, terdengar suara batuk yang sejak tadi tak berhenti berasal dari Sarah. Wanita itu terkejut saat mendengar ucapan Vivi tadi.

Devan sontak menepuk-nepuk punggung Sarah pelan sambil memberinya air minum. Setelah di rasa sudah membaik, mereka kembali melanjutkan makan siangnya dengan tenang. Kecuali, Vivi yang sedang ketar - ketir memikirkan nasibnya saat ini. Ya walaupun keduanya tidak ada yang nampak mempermasalahkan. Tetap saja wanita terus terus ovt.

Setelah makan siang, mereka kembali pada pekerjaannya masing-masing. Kecuali, Satria yang masih tetap mengekor Sarah kemana pun adiknya itu pergi. Di sinilah mereka berada saat ini, di ruangan milik Devan.

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang