Calon istri

62.9K 4.1K 172
                                    

Sarah Adinda, wanita berusia 24 tahun yang sejak kecil bermimpi  untuk menjadi seorang Sekretaris. Penampilan rapi, hak tinggi dipadu dengan blouse simple, pergi melakukan perjalanan bisnis dan melakukan semua hal yang dikerjakan oleh seorang Sekretaris. Hal itulah yang menjadikan dirinya ingin menjadi seorang sekretaris.

Kini, sudah dua tahun wanita itu berhasil menjadi seorang Sekretaris, dan semua yang ia bayangkan berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan sekarang. Tak pernah sekalipun ia berpikir, jika menjadi Sekretaris boss maka ia juga harus mengurusi boss-nya itu. Dari mulai menyiapkan pakaian, hingga Sarapan, semua itu masuk dalam job desk-nya. Mau menolak pun tak bisa, karena gaji yang ditawarkan bukanlah nilai yang sedikit. Bagi rakyat kapitalis rendah sepertinya itu adalah nilai yang fantastis.

"Sarah dimana dasi saya?!"

"Di lemari bagian paling bawah pak, ada di kotak nomor 3."

Sarah berteriak dari ruang dapur, dirinya tengah sibuk berkutat dengan panci, kompor, dan yang lainnya. Statusnya masih lajang tapi setiap pagi aktivitasnya sudah sama seperti orang yang telah bersuami

Menyiapkan sarapan. Menyiapkan setelan kantor. Memasangkan dasi. Untuk siapa? Tentu saja untuk bosnya yang selama ini memberinya gaji 20 juta per bulan.

"Sarah kamu sudah siapkan tas kerja saya kan?" tanya sang bos sembari memasang dasi dengan asal asalan. Laki-laki itu baru saja turun dari kamarnya menghampiri Sarah.

"Saya ambilin didalem," ujar Sarah setelah mematikan kompor.

Sarah berjalan menuju ruang kerja bos nya itu. Laki-laki itu  tinggal di sebuah apartemen yang cukup mewah, dan Sarah sendiri sudah seperti nyonya di rumah tersebut karena setiap hari selalu seliweran disana. Bahkan akses apartemen itu pun Sarah memilikinya.

"Ini pak," ujar Sarah menyerahkan tas kerja bossnya itu.

"Hem pakaikan saya dasi."

Sarah mengangguk. Memasang dasi untuk bossnya itu sudah ia lakukan setiap pagi dalam dua tahun belakangan ini.

"Ada apa dengan wajahmu? Kenapa semakin hari malah terlihat semakin jelek."

Sarah menghela nafasnya pelan. Sabar. Sudah biasa jika bosnya itu selalu mengejek dirinya. Tapi, tidak bisakah bosnya itu tak menyebalkan sekali saja? Oh ayolah selama dua tahun ini ia terus menerus menjomblo karena sibuk mengurusi bosnya itu.

"Kalau saya jelek memang kenapa?"

Mereka lalu duduk di meja makan, dengan Sarah yang mulai menyiapkan sarapan untuk bosnya itu. Setelah selesai, mereka kemudian sarapan bersama.

"Gak papa saya seneng aja liat muka kamu yang jelek itu."

"Pasti bapak senang kan liat saya jelek, terus saya gak dapet pacar?"

Sarah menatap bosnya itu yang lebih memilih sibuk dengan makanannya. Mengindahkan ucapan Sarah, membuat wanita itu berdecak pelan. Padahal kan tadi, dia, duluan yang memulai obrolan. Eh, sekarang dia juga yang seenaknya memutuskan pembicaraan.

"Sarah."

"Iya pak?" Jawab Sarah. Matanya menatap laki-laki itu yang telah selesai dengan sarapannya. Pandangan mereka lalu bertemu. Wajah tampan itu kadang membuat Sarah melupakan betapa menyebalkannya sikap laki-laki itu.

"Kamu udah ketemu sama calon istri saya?"

Sarah mengernyit. Menerka nerka siapa calon istri dari bosnya itu mengingat dia adalah seorang jones yang sayangnya berwajah tampan. Lagipula mengapa tiba-tiba membahas istri? Sarah bahkan baru tahu jika bosnya itu memilikinya.

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang