Keliling Eropa

13.3K 921 92
                                    

🍄
🍄
🍄

Istri mana sih, yang enggak curiga, waktu suaminya pamit pergi cuma dua minggu, tapi, kelabasan sampai dua bulan. Kalau Vivi yang berada pada posisi Sarah, jangankan nunggu dua bulan, waktu dua minggu kepergian suami pun sudah pasti dia akan teror setiap malam agar lekas pulang.

Kalo kata dia, Devan sih niatan jadi bang Toyib. Makanya nggak pulang-pulang.

Keputusan Sarah untuk menyusul Devan hingga ke Austria, jelas sangat Vivi dukung dengan semangat kemerdekaan. Perempuan itu sudah berjanji dalam benaknya, jika, ternyata Devan benar berselingkuh dari Sarah, maka, dialah yang akan maju di garda terdepan untuk memberi pelajaran pada lelaki tersebut.

Kalau perlu, sekalian saja dengan wanita yang menjadi selingkuhan nya itu, akan Vivi remuk redamkan tulang-tulangnya agar berhenti menggoda suami orang. Pokoknya, keduanya akan habis jika ketahuan enak-enakan dibelakang Sarah yang tengah hamil jabang bayi laki-laki itu.

“Sarah, pokoknya, Lo tenang aja, kalo sampe ketauan pak Devan selingkuhin Lo, gue nggak akan segan lagi sama doi, kalo abis itu—abis itu gue dipecat, gue rela.”

Vivi ragu akan kata terakhir yang keluar dari mulutnya itu. Seperti Sarah, dia sendiri pun penikmat gaji besar dari perusahaan Devan. Mereka berdua kan dulunya sama-sama masyarakat kapitalis rendah. Sebelum berakhir Sarah menikahi Devan hingga bertabur harta, berbeda dengan Vivi yang masih sama seperti dulu, kan. Jadi, melepas begitu saja pekerjaan nya sekarang, tentu saja agak berat, tapi, tenang saja karena Vivi ikhlas.

Setelah itu, mungkin dirinya akan menumpang saja pada Sarah.

Di Bandara, kini keduanya berjalan berdampingan, tanpa koper, tas besar, atau apapun hal yang menunjukkan mereka baru saja datang dari luar Negeri.

Dibandingkan Vivi yang sejak tadi terus mengoceh, Sarah justru diam saja sambil terus berpikir. Raut wajahnya, terlihat lebih baik dengan saat di restoran bahkan pesawat tadi.

Saat turun dari pesawat, wanita hamil itu terpikirkan sesuatu, membuat beberapa kali senyumnya nampak mengembang, bukan senyum tulus, melainkan senyum licik.

“HP Lo masih non-aktif kan Vi?”

“Iya, kenapa?”

“Kali aja Mas Devan nelpon Lo, HP gue kan juga mati.”

“Terus mau gimana? Nggak usah dihidupin aja?”

“Nggak usah ya? Lagian, juga, Lo nggak ada gebetan yang harus dihubungi kan.”

Vivi melayangkan tatapan sinisnya. “Halah, yang pasangannya selingkuh mah nggak di ajak!”

Sarah melotot. Kemudian mengejar Vivi yang sudah melarikan diri. Setelah lelah karena aksi kejar-kejaran yang terjadi, keduanya memilih damai dan kini berakhir di sebuah taksi. Masih dengan nafasnya yang ngos-ngosan, hingga menimbulkan raut penasaran dari sang supir.

“Hotelnya mending yang deket sama perusahaan aja, lebih enak, kali aja bisa nge-gep pak Devan gitu.” 

“Lo yakin banget Mas Devan selingkuh?”

“Nggak sih, tapi, cuma itu persepsi yang ada di otak gue, soalnya, semua cowok sama aja, pasti ada apa-apanya.” Tutur Vivi.

Setelah sampai di sebuah Hotel, keduanya langsung check-in. Mengambil satu kamar suite, yang tentu saja dibayar oleh Sarah. Karena jujur saja, akibat Sarah yang mendadak menyeretnya menuju bandara hingga sampai kemari, Vivi tak membawa uang cukup. Tapi, kalau digunakan untuk membeli cilok, sih, itu lebih dari cukup, hehe.

Keduanya bahkan tidak membawa baju ganti. Dan saat Vivi menyinggung hal tersebut, wanita hamil berhambur harta itu pun hanya menunjukkan tiga kartu debit yang ia bawa. Black card dan juga Gold card serta satu ATM rakyat biasa milik Sarah.

Vivi nyengir saja melihatnya. Oke. Berarti seluruh kehidupannya selama disana, akan ditanggung dengan sukarela oleh teman baiknya itu. Vivi tak perlu khawatir lagi bukan, sebuah privilege mempunyai teman kaya raya.

Setelah berhasil mendapatkan satu kamar dengan segala kemewahannya itu, keduanya langsung memutuskan untuk istirahat. Dan untuk pakaian, tak perlu risau, karena seperti kata orang, ada uang maka semuanya akan beres.

Beberapa waktu berlalu, Sarah dan juga Vivi baru saja menghabiskan makan malam mereka, saat itu juga seseorang datang mengantarkan beberapa pakaian yang telah di pesannya.

“Gue nggak sabar deh buat besok, pasti mereka kaget dong, apalagi pak Devan, nggak sabar gue liat ekpresi kagetnya itu.”

Dengan terus bicara, Vivi menjajal satu persatu pakaian brended miliknya. Sarah hanya menggelengkan kepalanya sambil duduk di single sofa.

“Gue udah nggak mikirin Mas Devan beneran selingkuh atau enggak.”

Ucapan Sarah menghentikan aktivitas Vivi.

“Ya nggak bisa gitu dong! Lo harus pikirin lah, aneh, ini tuh menyangkut rumah dan tangga Lo!”

“Rumah Tangga! Nggak usah pake dan!”

Vivi merucutkan bibirnya. Terserah mulutnya mau bilang apa. Disini yang lebih aneh kan Sarah. Bisa-bisanya tak memikirkan masa depan rumah tangganya, Devan selingkuh, itu masalah besar, rumah tangga nya dipertaruhkan. Memangnya Sarah mau jadi janda.

“Gue nggak mau jadi janda, tapi, gue nggak mau dateng jauh-jauh kesini, tuh, cuma, buat mergokin Mas Devan, Vi.”

“Lah, itu, kan, tujuan kita kesini bego!”

“Sebelumnya iya, tapi, setelah dipikir lagi, mending kita have fun nggak sih? Sebelum nanti gue berhadapan sama peliknya masalah rumah tangga.”

Vivi hanya diam. Perempuan itu tak langsung menjawab. Bukan karena sedang berpikir solusi terbaik, melainkan ia diam karena sadar diri, dirinya tak mempunyai uang untuk liburan dadakan nya itu.

“Terus?”

Persetan dengan nyambung atau tidaknya jawaban yang Vivi lontarkan. Untuk sekarang, hanya itu yang bisa dia katakan.

“Kita keliling Eropa aja.”

Sarah bicara dengan binar cerah pada matanya. Ya, wanita itu sih banyak uang, berbeda dengan Vivi yang raut mukanya nampak gelap, mendung, dan frustasi. Jangan kan keliling Eropa, keliling Negara sendiri saja wanita itu belum pernah.

“Tenang ajalah! Nggak usah tegang gitu, Lo manfaatin aja, kali, punya temen kaya raya kek gue!”

Ucapan Sarah kemudian berhasil mengundang wajah sumringah dari Vivi. Wanita itu kemudian memeluk Sarah kegirangan. Setelah Sarah mengeluh sesak karena sakingnya kuatnya dipeluk, Vivi baru melepaskan pelukannya itu.

“Tapi kita ngawang nya terlalu jauh nggak sih?”

Vivi merasa, setelah bicara kesana kemari tentang keburukan yang mungkin Devan lakukan, wanita itu baru sadar, jika, itu semua, belum pasti terjadi dan mungkin saja hanya pikiran mereka yang melebih-lebihkan.

“Ya kita liat besok.”




HALLO-HALLO! SILIMIT MILIM!
JANGAN LUPA VOTE! KARENA KALO VOTE KALIAN AKAN DAPET PACAR, EHEK!

SPAM KOMEN PLEASE! SOALNYA MOOD BANGET LIATIN KOMEN, HEHE!

SEE YOU!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang