“HUAAAAAAA GUE NGIDAM SUAMI GUE VI! GAK MAU TAU POKOKNYA LO BAWAIN SUAMI GUE KEMARI!”
Pekikan Sarah menarik atensi banyak orang. Dalam keadaan yang sedang hamil seperti sekarang ini wanita itu memang sering melupakan tentang apa itu rasa malu. Vivi yang sedang bersamanya pun hanya bisa meringis zaat melihat wanita hamil itu tiba-tiba menjerit seperti orang hutan kesetanan tak tau tempat.
“Gue bilang juga apa, jangan percaya sama omongan cowok! Pak Devan dah pasti selingkuh disana! Masa pergi udah dua bulan kagak balik-balik anjir!”
Sarah menarik ingusnya yang hendak keluar. Didepan sana Vivi merengut sangat kesal. Pasalnya sejak tadi wanita hamil tersebut terus merengek meminta Devan. Apalagi saat wanita itu hendak menghubungi ponsel Devan, bukannya sang suami yang menjawab, justru layanan telepon lah yang terdengar. Ponsel lelaki tersebut tidak aktif, bahkan sudah dari semalam Sarah mencoba menghubungi. Bahkan akhir-akhir ini Sarah merasa Devan telah mencampakan dirinya dan juga anak mereka.
“Terus gue harus gimana?”
Kali ini suara Sarah terdengar pelan. Sambil melinting ujung bajunya, wanita itu menunduk. Terlihat bajunya kusut. Perutnya sedikit menonjol keluar. Kandungannya sudah berjalan lima bulan.
“Lo jawab jujur, sebenernya Lo komunikasi nggak sih sama pak Devan.”
Sarah mengangguk. Vivi menghela nafas.
“Terus kenapa pak Devan belum pulang juga?”
“Katanya sebentar lagi pulang, tapi, nggak tahu kapan, soalnya Paman nya baru siuman dua hari lalu.”
Vivi menggaruk rambutnya kasar. “Gue tuh bingung harus gimana, Gue kayak nggak yakin aja sama pak Devan, masa doi betah jauh-jauh dari Lo selama ini?”
Sarah tak langsung menjawab ucapan temannya itu. Pandangannya ia alihkan pada jendela diluar ruangan tempatnya makan. Keduanya saat ini tengah berada di restoran. Bahkan sudah menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk duduk dan makan disana.
Getaran pendek kemudian terdengar dari ponsel Sarah. Wanita itu langsung membukanya sembari sibuk menyedot minuman miliknya.
“Siapa?”
“Nggak tahu, nomor asing, nomor darimana sih ini, pake ngirim gambar segala.”
Sarah menunjukkan layar ponselnya. Terpampang satu foto dengan dua orang didalamnya. Sarah sedikit acuh. Kemudian menyodorkan layar ponselnya kepada Vivi
“Lo kenal Vi?”
“ITU LAKIK LO BANGKE!”
Vivi geram ditempatnya. Jelas foto yang baru saja ia lihat adalah Devan bossnya. Dan Sarah justru dengan santainya terlihat biasa saja usai melihat itu. Lihat juga bagaimana sekarang wanita itu justru hanya menampakkan wajah cengonya.
“Astaga! Sarah itu pak Devan anjir!”
“Masa iya?” Pasalnya Sarah hanya mengunduh gambar tersebut kemudian langsung menunjukkan nya kepada Vivi. Wanita itu kemudian menarik ponselnya dari hadapan Vivi
“Terus nih cewek siapa? Kok suami gue sama bule sih, mereka ngapain disana? Pantesan aja telponnya mati, nggak taunya lagi nyari bini muda ternyata.”
Wajah Sarah yang semula adem, ayem, kalem dan hanya kepolosan yang tercetak jelas sekarang berubah menjadi seseorang yang siap menerkam siapa saja terutama suaminya sendiri.
“Positif thinking aja, siapa tahu rekan bisnisnya, sekretarisnya, or something like that, Lo harus percaya sama suami Lo.”
Vivi ngeri sendiri saat melihat ekspresi Sarah. Padahal sejak tadi dia lah yang sibuk mencak-mencak. Namun sekarang, sepertinya Sarah lah yang akan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE BOSS
RandomSarah Adinda. Adalah seorang sekretaris, ralat budak korporat dari seorang laki-laki bernama Devan. Mendadak dituduh selingkuh saat pergi kencan buta oleh bossnya sendiri. Padahal keduanya sedang tidak terlibat hubungan apapun. Saat kencan buta mi...