Green Company

8.3K 1K 54
                                    

PENCET BINTANG KALO MAU DAPET PACAR! KOMEN KALO MAU DAPET SUGAR DADDY, HEHE.


Jam makan siang sudah hampir tiba. Sarah tengah berada di mobil sekarang. Ia berniat mengantarkan makan siang untuk Devan. Hitung-hitung ia sedang membuat suami senang setelah memberinya perkebunan sawit bukan.

For your information, kedua orang tua mereka sudah tahu mengenai kabar kehamilannya. Cukup senang tentu saja, mau bagaimana pun akan ada personil baru di keluarga besar keduanya. Orang tua Devan pun sudah berjanji akan datang saat mendekati kelahiran cucu mereka. Keduanya bahkan sudah heboh memikirkan nama dan tetek bengek lainnya untuk sang cucu, sekalipun, kehamilannya masih sangat muda.

Di lampu merah, samar - samar Sarah menangkap suara keributan. Usai menolehkan kepalanya pada kafe di dekat jalan, barulah ia tahu dua pasangan sedang ribut disana.

Terlihat si cowok baru saja diguyur satu gelas jus oleh si perempuan. Ckckck, kasihan sekali. Sarah duga pasti ia baru saja ketahuan selingkuh. Untung ganteng tuh cowok, coba saja kalau jelek, apa kata orang. Sudah pasti akan di bilang muka pas pasan gayanya nyelingkuhin cewek.

Sarah geleng - geleng di tempatnya. Hingga seperkian detik kemudian matanya melotot bak ingin keluar.

"Ehh busset abang gue tuh!"

Wanita itu keluar dengan cepat. Menghampiri Satria yang sejak tadi terlihat dicaci maki, bahkan mereka tengah menjadi pusat perhatian apalagi dengan datangnya Sarah.

"Kenapa nih?! Ketahuan selingkuh Lo ya?!"

"Sembarangan! Nih cewek mendadak marah - marah!" Belum hilang rasa kesalnya sekarang, Sarah justru datang menambah kejengkelan laki-laki tersebut.

Sedangkan Sarah menahan tawanya saat ini. Mendadak ia tertarik dengan keributan disana.

"Gimana gak marah! Gue liat Lo berduaan sama pacar gue di apartment, apalagi sampe hsksksksks."

"Boong! Gila Lo! Gue masih lurus!" Satria menyugar rambutnya frustasi.

Dia pikir, pria normal sepertinya akan melakukan hal seperti itu. Apalagi katanya? Berduaan dengan pacarnya yang seorang lelaki! Goddam!

"Oke sebentar, kayanya ini ada kesalah pahaman." Sarah menengahi. Sudah tak tega melihat kakaknya yang terlihat memprihatinkan. Apalagi jas kantornya yang rapih sudah basah akibat guyuran si perempuan. Sudah di pastikan kalau pria itu sehabis rapat disana.

"Bener nih! Lo tuh salah paham! Liat muka gue! Ada tampang-tampang orang nge-gay huh?!"

Perempuan tersebut diam. Tak menjawab dengan amarah seperti sebelumnya. Ia memandang Satria dengan seksama. Benar juga, Satria yang tampan itu akan sangat disayangkan jika seorang gay. Lagipula karena emosi ia langsung melabraknya tadi.

Satria berdecak kesal. Melepaskan jas miliknya itu dibantu Sarah. Keributan yang sudah tak terdengar membuat semua orang yang menatapnya mulai mengacuhkan kembali ketiganya. Sembari menunduk, perempuan tersebut berujar.

"Maaf... "

"Kalaupun bener harusnya Lo bersyukur karena tahu semuanya sebelum terlambat! Gak main marah aja, emang setelah itu Lo mau balikan sama dia." 

"Ya gak lah! Gila aja!"

"Emang Lo ngapain bang sama pacarnya dia di apartment?" Sarah penasaran ada hubungan apa kakaknya itu dengan cowok tersebut.

"Dia pasti liat gue jatuh di sofa bareng Evan."

Satria merengut. Sarah mengerutkan keningnya.

"Jadi Lo pacarnya Evan?"

Wanita itu mengangguk sebagai jawaban. Inget Evan kan? Yang pingsan sewaktu nge-date bersama Sarah karena Devan mengaku sebagai calon suaminya waktu itu.

Satria kemudian bertanya Sarah hendak kemana. Setelah tahu bahwa adiknya itu akan pergi ke kantor sang suami, Satria memilih untuk ikut dengannya dan meninggalkan mobilnya disana.

Perempuan yang diketahui pacar dari Evan itu pun berulang kali membungkuk sambil meminta maaf hingga Satria memasuki mobil milik Sarah.

"Mimpi apa gue semalem sampe dilabrak cewek begitu," omel Satria kemudian mobil pun melaju dikendarai Sarah. Beruntungnya ia karena tak sampai di omeli pengendara lain akibat meninggalkan mobilnya di sana.

"Makanya Lo nikah bang, biar gak dikata gay sama orang - orang."

"Gak! Gue belom siap!"

"Apasih yang belom Lo siap? Kerjaan udah, rumah ada, tampang juga gak jelek-jelek banget gue liat."

"Gue belom siap mental, belom siap di galakin istri."

Sarah hanya berdecak sebagai balasan. Tak lama kemudian mereka sampai di pelataran kantor milik Devan. Mereka lalu berjalan menuju lift. Beberapa orang mulai memandang keduanya dengan penasaran. Apalagi dengan kondisi Satria saat ini. Baju basah, rambut berantakan, dan kedatangannya disana adalah untuk meminjam stelan milik Devan.

"Suami Lo ada baju ganti kan?"

"Ada."

Satria hanya mengangguk. Menunggu lift sampai kemudian menuju ruangan Devan berada. Nampak meja sekretaris sekarang di isi oleh Risa yang sedang sibuk bekerja. Dan meja yang semula milik Risa sekarang sudah tak ada disana.

"Siang mbak... silahkan masuk, pak Devan ada di ruangannya." Sarah tersenyum sebagai respon. Sedangkan Satria sudah main masuk saja meninggalkan Sarah.

Sarah menyusul masuk ke dalam. Hingga kemudian ia berhenti karna Satria yang juga berhenti dipintu masuk.

"Busset, rame bener nih ruangan! Dah gitu ijo semua, suami Lo niatan jadi buto kah?" tuturnya menatap Sarah heran.

"Ijo gimana sihhh, astaghfirullah!" Sarah membulatkan matanya. Baru sekarang ia menginjakan kaki di ruangan Devan yang katanya habis di renovasi.

"Pak!"

Sarah berjalan mendahului Satria. Devan yang tengah sibuk bekerja pun mendongak kala mendengar suara sang istri yang memanggilnya.

"Kamu kok gak bilang mau kesini, hmm?"

Devan berjalan menghampiri Sarah. Wanita itu tak menjawab karena masih sibuk mengamati ruangan Devan yang baru. Melihat Sarah yang kebingungan Devan hanya terkekeh, ia lalu mendaratkan bibirnya itu di kening sang istri lalu mencium ke perut Sarah.

"Gimana ruangannya? Bagus?"

"Bagus darimana? Keluar pintu berasa keluar dari klepon gue!"

Devan melihat ke belakang Sarah. Disana Satria masuk dengan penampilan acak acakan sambil tersungut-sungut menahan kesal.

"Bagus kok, jangan dengerin bang Sat, kasihan banget dia barusan abis di labrak cewek sambil dikatain gay."

"Btw kalo di sekolah biasanya kan diterapin green school. Nah gimana kalo perusahaan kamu gitu juga, jadi nanti green company." Lanjut Sarah lalu menggiring Devan duduk di sofa.

"Stress! Kalo mau bikin lembah hijau ya jangan di perusahaan juga kali!"

"Ntar orang ngira, karyawan Lo bukan masuk perusahaan tapi masuk hutan!" Ujar Satria tak habis pikir.

"Sirik aja orang miskin!" Tukas Sarah. Menurut Sarah, kakaknya itu terlalu berlebihan. Konsep green company yang Sarah maksud, adalah dengan menanam pohon dan tanaman - tanaman hijau di sekitar perusahaan supaya sejuk. Bukan memenuhi isi perusahaan dengan pohon.

"Si paling kaya!" Sahut Satria lalu meminjam pakaian milik Devan seperti niatnya semula. Meninggalkan sang adik dan suaminya yang terlihat cocok karena sama - sama stress, pikirnya.




YANG GAK VOTE SEMOGA JOMBLO TERUS NGAHAHA!







STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang