"Calon istri tunggu saya." Sarah meringis. Merutuki dirinya sendiri sebab telah mengklaim Devan sebagai calon suaminya. Bagaimana tidak, setelah ucapannya itu Devan semakin gencar menggoda dirinya dengan terus memanggilnya calon istri.
Sarah berjalan dengan cepat menuju parkiran. Tak lupa menutupi wajahnya dengan kedua tangan sebab panggilan absurd yang Devan berikan mampu menarik perhatian beberapa orang yang melihat.
Tak terkecuali juga Sella yang terus memandang dari dalam restoran.
"Bapak gak malu apa manggil saya kaya gitu, sedangkan saya ngomong begitu cuma buat nyelametin harga diri saya loh." Sarah bersidekap dada menatap Devan. Kini keduanya sudah duduk tenang di mobil. Tak lama kemudian mobil mereka mulai meninggalkan pelataran restoran dengan Devan yang menyetir.
"Apapun itu, kamu akan tetap jadi istri saya."
"Bapak jangan sembarangan ngomong kaya gitu ke perempuan."
"Saya cuma bilang ke kamu."
"Kalo saya baper gimana? Kalo saya beneran ngarep jadi istri bapak gimana? Saya juga perempuan, gampang meleyot kalo denger begituan."
"Artinya kamu mau nikah sama saya?"
"Gak," ujar Sarah datar.
"Kenapa?"
"Ya gak pengen aja."
"Gimana caranya supaya kamu mau nikah sama saya?" Kali ini Devan bertanya sembari menghentikan laju mobilnya. Tubuhnya sedikit ia miringkan menatap Sarah, sedang Sarah menolehkan kepalanya ingin tahu kenapa Devan menghentikan mobilnya.
"Mana saya tahu," ujar Sarah mengedikan bahunya acuh. "Tunggu aja setelah bulan purnama nanti, siapa tahu saya berubah pikiran."
Seperkian detik Devan hanya menatap Sarah datar, ia kemudian melajukan mobilnya kembali menyusuri jalanan.
"Kalau saya tiba-tiba diambil orang kamu jangan nyesel."
Sarah mengedikan bahunya. "Simpel aja itu tandanya kita gak berjodoh."
"Jodoh gak jodoh pokoknya harus jodoh! kalo gak, ya gak bisa harus jodoh."
"Itu maksa namanya."
-
"Denger denger si boss gagal move on loh sama mantan pacarnya." ujar Vivi sembari menyeruput kopi hangat miliknya.
Usai menginjakkan kakinya lagi di dalam kantor, Sarah memutuskan untuk membuat kopi sejenak. Tapi hal itu tak akan terjadi jika sudah bertemu Vivi dan pastilah mereka akan menggosipkan sesuatu terlebih dahulu. Jadi lah mereka berakhir membicarakan Devan saat ini.
"Siapa? Mantan yang mana?" Sarah nampak acuh menanggapi ucapan temannya itu.
"Mantannya sewaktu SMA, katanya sih cinta pertama gitu, eaaa gak nyangka orang kaya pak Devan pernah ngalamin cinta monyet juga," ujar Vivi tertawa.
Sarah hanya mengangguk sebagai jawaban "Udah lama paling juga udah lupa."
"Katanya cinta pertama itu gak akan bisa dimiliki atau dilupain, rasanya masih ada tapi udah gak bisa diungkapin karena situasinya udah beda, entah karena yang satu udah ada pasangan atau memang udah gak yakin aja sama perasaannya masing-masing."
Kira kira seperti itulah ucapan yang Vivi katakan hari itu padanya. Membuat fokusnya beberapa hari ini teralihkan karena hal itu. Ia bahkan sesekali mengingat kembali ucapan Devan.
"Kalau saya tiba-tiba diambil orang kamu jangan nyesel."
Dua ucapan tersebut berhasil membuat pikiran Sarah terbang kemana mana. Seakan ucapan Devan waktu itu memberinya makna tersirat kalau seseorang mungkin akan datang menghampiri Devan jika Sarah tak kunjung yakin dengan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE BOSS
RandomSarah Adinda. Adalah seorang sekretaris, ralat budak korporat dari seorang laki-laki bernama Devan. Mendadak dituduh selingkuh saat pergi kencan buta oleh bossnya sendiri. Padahal keduanya sedang tidak terlibat hubungan apapun. Saat kencan buta mi...