Restu Satria

14.6K 1.6K 74
                                    

"Bos Lo yang kurang ajar itu?" 

"Bukan kurang ajar bang, emang gitu orangnya."  

"Dan lo mau nikah sama dia?" 

Sarah mengangguk dengan pelan menjawab pertanyaan kakaknya itu. Sebenarnya ia sendiri tak tahu haruskah ia menerima ajakan Devan atau tidak, baginya menikah dengan Devan bukan masalah besar jika harus terjadi. Hanya perlu kesabaran extra mungkin. Dan perihal tentang perasaannya kepada Arya. Sarah sudah angkat tangan! Gak tahu lagi harus gimana.

"Mungkin iya."

"Serius dong! Jangan ragu kayak gitu, ini nikah lho Sar nikah! Bukan hal yang bisa dipermainkan, kalau seandainya Lo sekarang nikah sama dia karena alasan yang bahkan Lo aja gatau bisa aja rumah tangga Lo gak bertahan seumur hidup!" 

Mendengar Satria yang terlihat kesal tak ada yang membuka suara lagi hingga kemudian satu pertanyaan muncul dari bibir pria dewasa itu. "Gini deh, Lo cinta sama dia?"

Tak ada jawaban yang terlontar dari Sarah. Ia juga tak tahu pasti akan hal itu. Melihat Sarah yang hanya diam saja tanpa penjelasan Satria pun langsung mengerti. Tangannya kemudian meremas rambutnya merasa frustasi.

"Lo sendiri gak yakin sama perasaan Lo, gimana mau nikah? Jangan dipikir nikah cuma sekedar ijab qabul, resepsi, terus tidur bareng!"

"Rumah tangga itu banyak ujiannya, oke lah kalo masalah ekonomi gak akan ada karena suami Lo kaya, tapi seandainya setelah Lo nikah dan Lo sadar Lo gak cinta sama suami Lo sendiri Lo mau apa? Apa ya bukan pisah yang Lo mau? Belum lagi kalo ternyata setelah nikah Lo sukanya sama orang lain. Kasihan suami Lo baru nikah langsung jadi duda!"

Mendengar kalimat terakhir dari sang kakak membuat Sarah tak kuasa menahan cekikikan "Becanda pak?" 

"Muka gue keliatan becanda?" tanya Satria balik dengan wajah garang.

"Gak sih." 

Dibalik Satria yang sedang menceramahi adiknya itu orang tuanya tersenyum bangga. Setidaknya setelah mereka tiada Satria lah yang akan menjaga Sarah nantinya. Sesering apapun mereka berdebat ternyata Satria juga memikirkan masa depan sang adik.

"Apasih yang mau Lo dapet dari pernikahan tanpa cinta?" kali ini Satria bertanya dengan nada pelan sembari memandang adiknya itu.

"Dia cinta sama gue." 

"Dia pernah bilang?"

Ucapan Satria yang terakhir membuat Sarah terdiam sementara. Seingatnya pun Devan tak pernah mengatakan itu. Hanya ajakan menikah lah yang sering Devan ungkapkan.

"Dia bilang suka sama gue makanya dia ngajakin nikah."

"Kenapa gak pacaran dulu?" 

"Dia gak mau pacaran maunya langsung nikah." Sarah asal menjawab. Ia juga sebenarnya tak tahu Devan mau langsung menikah atau pacaran dulu. 

"Ibu pikir niatnya itu baik karena langsung ngajak nikah, lagipula pacaran juga tujuannya cuma satu, yaitu putus. Entah putusnya untuk menikah atau putus untuk berpisah. Ayah sama ibu juga gak pernah pacaran, ayahmu langsung ngajak nikah, iya kan Yah?" ujar sang Ibu yang langsung diangguki oleh suaminya itu.

"Yang ibu bilang bener Satria, kalau masalahnya belum mengenal lebih jauh, Ayah yakin Sarah udah kenal jauh sama boss bahkan keluarganya, iya kan Sarah?" 

"Papanya dulu masih aktif dikantor jadi udah sering ketemu, orangnya juga baik, keluarganya juga, cuma ya itu anaknya yang kadang-kadang suka aneh."

Satria berdecak sebal. "Aneh aja lo mau."

"Abis gimana ya bang, sekalipun gue nyari yang lain itu pasti udah harus ganteng, good attitude, good akhlak, manners bagus, good rekening penting juga. Belum dicari udah ada yang ngajuin diri, ya, walaupun akhlaknya rada kurang dikit ya maklumi lah kan gada yang sempurna di dunia ini," ujarnya diakhiri senyuman tengil.

"Maruk bet lo!" sahut Satria menoyor kepala adiknya itu.

"Jadi direstuin kan?" 

"Cium kaki gue dulu!"

"Idih najiss!"

-

"Devan serius ma."

Di rumahnya. Devan tengah dibuat pusing oleh kedua orang tuanya. Sejak tadi ia sudah mengatakan kepada mamanya itu kalau ia akan menikah. Tapi mamanya justru tak serius dalam menanggapi hal itu. Hanya menjawab ya terserah, memangnya ada yang mau denganmu? Sama halnya dengan sang Papa

"Pah Devan mau nikah." Kali ini Devan menatap papanya yang sejak tadi membaca koran. Seakan menikah bukan hal yang penting untuk dibicarakan dengan Devan, ayahnya santai-santai saja membaca berita.

Lalu ibunya pun ikut ikutan membaca majalah fashion tak peduli apa kata putra sulungnya itu. Disebelahnya nampak Selena sedang sibuk mengerjakan sesuatu di laptop sembari duduk di atas karpet. Mereka semua terlihat santai. Kecuali Devan yang nampak uring-uringan sendiri. 

"INI DEVAN MAU NIKAH LOH! N-I-K-A-H MASA RESPONNYA GITU BANGET." 

Devan mengatakannya sembari berkacak pinggang, menatap tak percaya kepada orang tuanya yang hanya diam saja. Semua orang menghiraukan ucapan Devan seakan pria tersebut tak ada disana.

Orang tuanya pikir mungkin Devan sedang kumat karena tiba-tiba mengatakan akan menikah, padahal dia sendiri yang membatalkan pertunangannya dengan Devina, lalu dengan siapa Devan akan menikah sekarang? Ibunya pikir Sarah yang sudah lama berhubungan dengan Devan pun sepertinya enggan menikahi putranya itu. 

Decakan kemudian terdengar dari orang yang sejak tadi muring-muring mengatakan ingin menikah "Kadang-kadang Devan mikir kalau sebenernya Devan ini anak tiri," ujarnya menghela nafas pasrah. Ia lalu duduk di sofa dengan frustasi.

"Sejak kapan kamu tahu itu nak?" Ibunya tiba-tiba saja merespon. Membuat Devan memicingkan matanya curiga.

Sontak ayahnya pun meletakan koran yang sejak tadi ia pegang. Mengelus elus punggung rapuh istrinya itu yang mulai sesenggukan sembari menutupi wajahnya. Selena yang mendengar itu pun ikut menenangkan ibunya. 

Devan yang melihat hanya bisa duduk sembari menampilkan wajah cengo miliknya. Hey dia hanya bercanda, jangan bilang kalau dia memang benar anak tiri. Atau yang lebih parah adalah ia anak pungut? 

"Sebenernya Papa sama Mama setuju gak akan mengungkit hal ini Devan, lagipula kita udah anggap kamu sebagai anak kita sendiri?" ujar papanya tanpa menghentikan gerakan tangannya mengelus punggung sang istri.

"Apa?" Devan menganga tak percaya. "Gausah drama, Devan becanda." 

Tak ada yang membalas ucapan yang Devan lontarkan. Semuanya diam membisu membuat Devan meremas rambutnya frustasi. "Beneran anak tiri?"

Papanya langsung mengangguk "Papa udah berencana ngeluarin kamu dari KK setelah kamu tahu."

Mama serta Selena sontak menolehkan kepalanya menatap sang kepala keluarga rumah tersebut. Ekspresi mereka, terlihat sedikit terkejut.

"Fine! Bentar lagi Devan juga bakal bikin KK sendiri." ujarnya kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.

Usai kepergian Devan sang ibu langsung mencubit pinggang suaminya itu kuat, membuatnya langsung meringis menahan sakit.

"Keterlaluan! Kalo Devan gak pulang ke rumah lagi itu semua karena Papa!"

"Papa kan cuma ngikutin drama yang Mama buat," ujarnya membela diri. 

"Tapi gak gitu juga caranya! Pokoknya besok kita harus ke kantor Devan buat minta maaf."

Yang dimarahi pun hanya mengangguk pasrah. Mau bagaimanapun ia membela diri sudah pasti ia akan tetap salah dimata istrinya itu. Jadi lebih baik ia diam dan menurut daripada berakhir tidur di luar.




YANG GAK VOTE SEMOGA JOMBLO TERUS NGAHAHA!

STRANGE BOSS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang